Rabu, 12 Juni 2013

sejarah dakwah


SEJARAH DAKWAH
ARIF RIDUAN

BAB I
PENDAHULUAN
(Surat al-Hadid / 57: 25)
            Ayat ini dinukilkan mendahului uraian mengenai dakwah Islamiyah dizaman Daulah Abbasiyah, karena inti ajaran yang terkandung didalamnya kita jumpai kembali dalam perjalanan sejarah Daulah Abbasiyah, yang lebih lima abad itu.
            Ayat 25 surat al-Hadid ini berintikan ajaran-ajaran:
1.      Para rasul diutus Allah dengan membawa bukti-bukti nyata tentang Allah sendiri dan makhluk-Nya.
2.      Para rasul dibekali dengan Kitab sebagai neraca agar dengan neraca itu manusia menegakkan keadilan.
3.      Dalam menegakkan keadilan, Allah menciptakan besi untuk dimanfaatkan manusia diwaktu perang dan diwaktu damai.
4.      Dengan ini Allah ingin hendak mengetahui siapa yang memfaatkan kegunaan besi untuk membantu tegaknya Agama Allah dan Risalah Rasul-Nya, dan siapa yang berbuat sebaliknya.
5.      Akhirnya, Allah memperingatkan bahwa Allah Maha Kuat dn Maha Perkasa untuk menyiksa mereka yang membangkan.
Bahagian yang pertama dari sejarahnya ia telah berpedomankan Neraca untuk menegakkan kemakmuran dan keadilan, dengan memanfaatkan kegunaan besi dimasa damai dan kejayaan yang menakjubkan, dan telah sanggup menempatkan dirinya sebagai Khalifah Penguasa Dunia. Tetapi, setelah memakai “neraca manusia” untuk menegakkan kemakmuran dan keadilan dan mulai meninggalkan Neraca Allah, pudar pulalah keagungan dan kejayaannya; kemakmuran yang bina menjadi bencana baginya; keadilan yang ditegakkan menjadi tidak adil, bahkan akhirnya pemanfaatan keagungan besi dengan cara yang tidak wajar telah mengakhiri sejarah kehadirannya dipermukaan bumi ini, seperti yang dijelaskan dalam uraian-uraian selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Naik Turunnya Dakwah Islamiyah
Daulah Abbasiyah yang mendukung dakwah Islamiyah dalam waktu lebih lima abad itu, telah membagi oleh Daulah Abbasiyah kedalam empat periode, sehingga dalam masa empat periode terjadi pula naik turunnya dakwah Islamiyah, atau dengan kata lain suka dukanya dakwah slamiyah, yang dengan ringkasan dapat dituliskan sebagi berikut:
                   I.            Masa Daulah Abbasiyah I
Masa Daulah Abbasiyah I yang dimulai dengan Khalifah Abdul Abbas as-Safah (132-136 Hijriyah/750-754) dan berakhir dengan Khalifah al-Wasiq (227-232 Hijriyah/ 842-847), adalah masa yang sangat gemilang bagi dakwah Islamiyah.
            Dalam masa ini, kota-kota Baghdad, Basrah, dan Khaufah meruakan pusat-pusat kegiatan dakwah Islamiyah dalam arti yang luas, atau dengan istilah lain; pusat-pusat kegiatan kebudayaan Islam.
            Kota Baghdad sebagai ibukota Negara merupakan kota Internasional yang mkmur dan mewah, yang mempunyai kemampuan dalam taraf yang tinggi.
            Para Khalifah pada masa Daulah Islamiyah I pada hakekatnya mereka juga ulama yang memcintai ilmu, memuliakan ulama-ulama dan pujangganya, serta membuka pintu istana bagi mereka selebar-lebarnya.
            Para putra khalifah diberi pendidikan khusus dalam istsna-istana oleh ulama-ulama dan pujangga-pujangganya, agar mereka juga menjadi ulamadan pujangga.
            Kebebasan berfikir merupakan cirri khas yang lain dari jaman ini, sehingga disamping lahir hal-hal positif lahir pula hal-hal yang negatif. Kebanyakkan para khalifah berdada lapang dalam hal ini, umpamanya khalifah al-Makmun; beliau sendiri beraliran Syi’ah, perdana menterinya Yahya bin Aqsam beraliran Sunnah, dan seorang menterinyaAhmad bin Abi Daud beraliran Muktazilah.
            Demikian jauhnya sudah kemerdekaan berfikir dizaman itu sehingga tidak boleh seorang dipaksa menganut suatu aliran dalam agama. Terjadilah umpamanya beberapa orang bersaudara dalam suatu rumah tangga bukan dalam satu Madzhab, seperti Abu Za’di berputra enam: dua diantaranya berMadzhab Syi’ah, dua berMadzhab Murjiah, dan dua lainnya berMadzhab Kharijiyah (Khawarij).
            Diantara cirri khas yang lain dari zaman ini, yaitu meningkatkannya usaha penerjemahan, dimana telah diterjemahkan dari berbagai bahasa kedalam bahasa Arab bermacam ilmu pengetahuan, seperti filsafat, ilmu kedokteran, ilmu bintang, ilmu pasti, ilmu fisika, ilmu music, dan lain-lainnya.
            Suatu penbidangan ilmu dizaman ini telah menampakkan wajahnya yang nyata. Ada bidang yang disebut Ilmu Arab Asli, yaitu yang terpenting diantaranya Ilmu Lughat, syair, dan Khitabah; dan ada bidang yang disebut Ilmu Islam, yaitu Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Hikmat, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, dan lain-lain; ada yang disebut Ilmu Baru, seperti Filsafat, ilmu-ilmu Eksakta, Ilmu Musik dan lan-lain.
            Zaman ini, disamping telah menampilkan sejumlah besar pujangga besar, seperti Humayri, Abu Nawas, Abu Taman, Abu Atahiyah, Muslim  bin Walid, Khuza’i. juga telah melahirkan sejumlah Ulama besar, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’e, Imam Ahmad bin Hambal, Qadhi Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan Syibany, Abdurrahman bin Qasyim, dan telah menghasilkan para ahli sejarah kenamaan, seperti Abu Ismail Azdy, Waqidy, Ibnu Sa’d, Hisym, Ibnu Ishaq, Abdul Malik bin Hisyam Humairy.
·         Perluasan Wilayah Dakwah
Dalam Daulah Abbasiyah I tidak banyak usaha untuk memperluas wilayah dakwah Islamiyah, hanya membina wilayah-wilayah yang telah ada dalam segala bidang, terutama dalam bidang politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Wilayah Mesir yang telah menjadi wilayan dakwah Islamiyah semenjak zaman Khalifatur Rasyidin, diusahakan agar menjadi basis bagi dakwah Islamiyah untuk daerah bekas jajahan Kerajaan Romawi Timur sekitar Laut Tengah, antara lain dengan membina ibukota untuk menggantikan kota Futsat, yaitu kota Askar, kota mana kemudian menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyah dalam arti seluas kata.
Wilayah Afrika yang telah mulai dimasuki dakwah Islamiyah sejak Daulah Amawiyah, dan disana dengan ditangani oleh Panglima Aqabah bin Nafi telah dibangun kota Kairawan (di Tunisia sekarang) dalam tahun 51 Hijriyah, yang dijadikan sebagai benteng yang kuat untuk Angkatan Perang dan Angkatan Dakwah, dilanjutakan pembinaannya oleh Daulah Abbasiyah. Penduduk Asli Afrika Utara, turunan Bar-bar, yang telah masuk dalam agama Islam, menggabungkan diri dalam Angkatan Dakwah dan Angkatan Perang Islam, selesailah penaklukan seluruh Afrika Utara, tidak saja dibawah pimpinan para pewira seluruh Arab, bahkan juga dibawah pimpinan para perwira turunan Barbar, seperti Panglima Thariq bin Ziyad, yang amat terkenal itu, dan selanjutnya dalam waktu kurang dari setengah abad seluruh Andalusia dapat dikuasai Dakwah Islamiyah. Sekalipun selama masa Daulah Abbasiyah I pengolakan politik terjadi selih berganti, namun usaha pemantapan sasaran dakwah Islamiyah berjalan dengan baik, terutama dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
·         Dakwah Islamiyah di Andalusia
Setelah Daulah Amawiyah berakhirnya Daulah Abbasiyah dalam tahun 132 Hijriyah (750), maka diwilayah Andalusia terjadi kekacauan politik, karena perebutan jabatan gubernur antara Suku Madhariyah dengan Suku Yamaiyah, sehingga pernah Andalusia empat bulan tanpa gubernur.
Setelah Kordova menjadi ibukota Andalusia, maka kota tersebut menjadi saingan yang setaraf bagi Baghdad, yang keduanya menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyahdan kebudayaan Islam satu di Barat dan satu d Timur. Kemajuan dan tamaddun yang dicapai Andalusia kalau tidak lebih, pasti tidak kurang dari kemajuan dari tamaddun yang dicapai Daulah Abbasiyah di Timur.
·         Dakwah dan Byzantium
Usaha untuk melebarkan Dakwah Islamiyah kewilayah-wilayah kerajaan Byzantium (Roma Timur) masih dilanjutkan oleh Daulah Abbasiyah setelah masa Daulah Amawiyah gagal merebut ibukota mereka Konstantinopel.
Dalam memperluas daerah dakwah Islamiyah, berkali-kali terjadi peperangan antara Angkatan Perang Islam dengan Angkatan Perang Byzantium, dan berkali-kali pula terjadi perdamaian. Sungguh pun penyerangan dibawah pimpinan dibawah Khalifah Muktsim telah berhasil merebut sebagian besar Asia Kecil, namun ibukotanya Konstantinopel masih belum ditaklukkannya. Walau pun demikian, dalam masa Daulah Abbasiyah I sayap dakwah Islamiyah telah bertambah, melebar kedaerah-daerah Kerajaan Byzantium.
·         Dakwah Melebar keIndia
Pengembangan dakwah Islamiyah kedaerah India yang beragama Hindu, yang telah dimulai sejak zaman Khlaifatur Rasyidin dan dilanjutkan oleh Daulah Amaewiyah; dan dilanjutkan pula oleh Daulah Abbasiyah.
Demikianlah, Khalifah Mansyr telah mengangkat Hisyam bin Amru menjadi Gubernur Sind dengan tugas melanjutkan pengembangan dakwah Islamiyah kedaerah-daerah lain, sehingga dalam masa Khalifah Mansurlah dakwah Islamiyah menguasai Kashmir, sementara dalam Khalifah Mahdi (158-169 Hijriyah = 775-785) Angkatan Dakwah Islamiyah dan Angkatan Perang Islam melakukan kampanye besar kedaerah India lainnya dan dalam tahun 159 Hijriyah (776) kota Baghdad dikepung dan ditaklukkannya. Dakwah Islamiyah terus meluas dinegeri Sind dalam masa Khalifah Makmun (198-218 Hijriyah = 813-833), dakwah Islamiyah berkembang terus dengan pesatnya di negeri-negeri yang terletak antara Kabul, Kashmir dan Miltan.
                II.            Masa Daulah Abbasiyah II
Dalam masa ini dimulai dengan Khlifah Mutawakkal yang mulai memerintah dalam tahun 232 Hijriyah (847) sampai dengan berakhirnya pemerintahan Khalifah Muthi dalam tahun 334 Hijriyah (946), yaitu tahun lahirnya Daulah Buwaihiyah, dan zaman ini juga dinamakan Turki karena berpengaruhnya turunan Turki dalam urusan Negara.
Oleh tekanan-tekanan yang terus menerus dari turunan Turki yang diberikan kekuasaan terhadap para khalifah, maka dalam masa ini terjadilah kekalutan politik yang membuat kedudukan Khalifah tidak ada artinya sama sekali, hanya sebagai boneka-boneka belaka. Disamping itu, para Khadam juga memainkan peranan yang menetukan, karena para Khalifah memerlukan batuan mereka, dan untuk imbalannya maka diberi pula kepada mereka kedudukan-kedudukan penting, sehingga pengaruh mereka dalam istana-istana khalifah menentukan.
Menurut Dr. Hasan Ibrahim Hasan, ada bebera orang khalifah dari Daulah Abbasiyah II yang telah berusaha keras untuk mengembalikan Daulah Abbasiyah kepuncak kekuatan dan kejayaannya, dan menurutnya pula bahwakerajaan kecil yang lahir dimasa itu, seperti Samaniyah, Daulah Buaihiyah, Daulah Hamdaniayah, Daulah Ghaznawiyah, dan Daulah Saljukiyah, telah meninggalkan jejak terpuji dalam memajukan peradaban dan kesenian.
·         Gerakan Politik/Agama
Menurut Dr. Hasan Ibrahim Hasan, bahwa lahirnya Daulah Abbsiyah II ditandai oleh munculnya gerakan-gerakan politik dan agama, yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah masa ini. Parti Syi’ah dengan sektenya telah menimbulkan revulosi berdarah yang menyebabkan goncangan tersendiri bagi perumahan Daulah Abbasiyah, sementara partai-partai politik Khawarij dan Zanji cukup juga menimbulkan Daulah Abbasiyah, sekalipun akhirnya dapat ditindas. Di samping itu, lahir pula gerakan Mu’tazilah yang lebih memusatkan pengetahuannya kepada Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Yunani, seperti yang dilakukan oleh organisasi Akhwanus Safa, para pengarang Risalah Ikhwanus Safa yang masyur itu. Selanjutnya berkembang dengan baik Madzhab Ahli Sunnah dengan munculnya Abi Hasan Asy’ary dan Hujjatu Islam Imam al-Ghazali, disamping bergolak pula paham-paham orang-orang tasawuf, baik yang moderat, ataupun yang ekstrim.
·         Perluasan Dakwah Islamiyah
Pertarungan sengit terus menerus terjadi antara Daulah Abbasiyah II dengan Kerajaan Byzantium, dimana kalah menang senantiasa silih berganti. Karena terjadinya perpecahan dan kekacauan politik didalam, maka dalam menghadapi Kerajaan Byzantium yang menentang dakwah Islamiyah tidak mendapat kemajuan yang berarti, bahkan mengalami kemunduran.
Satu hal yang lain menyebabkan bertambah lemah Daulah Abbasiyah berhadapan dengan Kerajaan Byzantium, yaitu berhasilnya Byzantium mengikat perjanjian damai dengan Daulah Amawiyah yang berpusat dikota Kordova, daulah mana dalam kedudukan bermusuhan dengan Daulah Abbasiyah.
Dalam pada itu, Daulah Amawaiyah yan gtelah mengikat perjanjian damai dengan Byzantium, mengambil keuntungan dari perjanjian tersebut, yaitu disamping mereka menguatkan kedudukan dakwah Islamiyah di Andalusia, juga meluaskannya ke pulau-pulau disekitar Laut Tengah dan pantai Laut Tengah di Italia dan Perancis, bahkan menduduki gunung-gunung dan lembah-lembah yang strategis, sehingga pada pertengahan abad kesepuluh kota Torino dapat didudukinya dan dalam tahun 325 Hijriyah (935) Angkatan Dakwah Islamiyah telah melintas perbatasan Liguria dan memasuki kota Genoa serta mnguasai pula lalu lintas Pegunungan Alpen yang curam. Tidak cukup hingga disitu, bahkan dilintasinya bagi Pegunungan Alpen Utara dan Mereka dari danau-danau Knastan disebelah selatan saampai kekota-kota Genoa, Maresie, dan Nice di selatan, seterusnya mereka mengembangkan dakwah Islamiyah di daerah baru ini, sehingga sampai sekarang masih tersisa nama perkampungan Arab di kota Nice, yaitu Conton de Sarazins.
·         Pusat Kegiatan Dakwah dan Kebudayaan
Perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam dalam zaman ini, sungguh sangat menajubkan, terutama terjemehan  buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing kedalam bahasa Arab. Dorongan para Khalifah agar pertumbuhan ilmu pengetahuan ditingkatkan, telah menyebabkan para ulama dan sarjana berlomba-lomba mengarang dan menterjemahkan, mengedakan dan penyelidikan, bahkan istina-istana khalifah menjadi pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan Islam.
Kebangkitan alam pikiran dan kebebasan mimbar, merupakan cirri yang sangat khas dari dakwah Islamiyah dimasa ini, sehingga karenanya terjadilah pertukaran pikiran yang seru antara aliran-aliran dalam berbagai madzhab, dari telah meninggalkan jejak yang kekal dalam kebangkitan ilmu pengetahuan.
Dr. Hasan Ibrahim Hasan telah menikhtitsarkan beberapa tempat yang menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyah dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yang sarinya tercantum dibawah ini:
1.      Isfahan dan Ray
2.      Kota Bukhara
3.      Istana Tabristan
4.      Istana Khawazim
5.      Istana Ghaznah
6.      Istana Mushil dan Halab
7.      Istana Mesir
8.      Istana Amawiyah
Ibukota Daulah Islamiyah lainnya, sehingga dengan demikian Andalusia menjadi pusat tamaddun dan kemajuan Islam di bumi belahan Barat; menjadi Ka’bahnya para ulama dan para pujangga, sementara mesjid-mesjidnya menarik orang-orang Eropa datang kesana untuk menampung Ilmu pengetahuan. Kutubkhanah Kordova terkenal sebagai kutubkhanah terbesar, yang mempunyai jutaan jilid buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Dengan uraian singakat diatas, jelaslah bahwa dalam zaman Daulah Abbasiyah II, dakwah Islamiyah betul-betul bergerak sangat luas dalam bidang Ilmu pengetahuan dan kebudayaan.


             III.            Masa Daulah Abbasiyah III
Masa Daulah Abbasiyah III dinilai Jarji Zaidan sebagai masa keemasan Islam dalam bidang ilmupengethuan, karena dalam zaman ini berbagai bidang ilmu pengetahuan telah matang meranum dan berbagai kitab telah dikarang, terutama dalam ilmu bahasa, sejarah, jughrafi, adab dan filsafat.
Dakwah Islamiyah dalam masa Daulah Abbasiyah III tidak mengalami kemajuan dalam bidang politik, bahkan menderita kemunduran; tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan mengalami kemajuan-kemajuan yang pesat, melebihi zaman sebelumnya.
Kemunduran dalam bidang politik, karna perpecahan berat yang terjadi dalam Daulah Islamiyah, dimana bermunculan kerajaan-kerajaan kecil yang dalam kenyataannya telah berdiri sendiri, memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad, sehingga muncullah beberapa ibukota Negara yang lain, yang sekaligus menjadi kegiatan dakwah Islamiyah dalam bidang ilmu pengatahuan dan kebudayaan.
Masa Daulah Abbasiyah III ditandai oleh lahirnya ahli-ahli fikir, para sarjana, para pujangga, para pengarang, para ahli filsafat dalam berbagai kota Mamlakah Islamiyah, sejak dari ujung Turkestan di Timur sampai ke ujung Andalusia di Bart, yang termasuk didalamnya Daerah Belakang Sungai, Afganistan, Tabri,tan, Khawazim, Persia, Daerah, antara Dua Sungai, Maghribi, Andalusia, Mesir, Syam, dan lain-lain.
·         Keutamaan Masa Daulah Abbasiyah III
Zaman ini, masa Daulah Abbasiyah III, mempunyai keutamaan dan cirri-ciri khas sendiri, yang juga menjadi keutamaan dan ciru-ciri khas dari dakwah Islamiyah yang didukungnya.
1.      Matangnya Ilmu dan Banyaknya Kutubkhanah
2.      Lahirnya Mausu’at
3.      Aneka Ragam Ilmu
4.      Ilmu Pendidikan Rumah Tangga
5.      Kitab-kitab Ilmu Politik
6.      Ilmu Politik Ekonomi
7.      Ilmu Sosiologi
Satu lagi Ilmu yan amat penting, yang diciptakan dalam Daulah Abbasiyah III, yaitu ilmu sosiologi atau ilmu umran.
             IV.            Masa Daulah Abbasiyah IV
Masa Daulah Abbasiyah IV dimulai dengan masuknya kekuatan bersenjata Saljuk ke Baghdad dalam tahun 447 Hijriyah (1075) dan berakhir dengan masuknya Baghdad kedalam kekuasaan Mogul dalam tahun 656 Hijriyah (1261) serta berpindahnya Khilafat Abbasiyah Ke Mesir.
Selama masa Daulah Abbasiyah IV ini telah terjadi pergeseran-pergeseran politik yang menjejakkan pengaruh mendalam dalam Mamlakan Islamiyah dan umat Islam.
Ahli sejarah Jarji Zaidan telah mencatat beberapa pergolakan dan pergeseran politik dalam Daulah Abbasiyah IV, yang diikhtisarkan sebagai berikut:
1.      Daulah Saljukiyah
Pergerakkan politik yang terpenting, yaitu lahirnya Daulah Saljuk pada waktu Mamlakah Abbasiyah dalam keadaan melemah.
Dinsati Saljuk memerintah dibawah bayangan Daulah Abbasiyah IV, dan yang benar-benar berkuasa adalah mereka, bukan Dinasty Abbasy. Para khalifah Daulah Abbasiyah hanya lambing semata-mata. Pada waktu itu, daerah kekuasaan Syria,dan seperti telah dijelaskan bahwa mereka memasuki Baghdad dalam tahun 447 Hijriyah.
2.      Penyerbuan Tentara Salib
Dalam keadaan kekacauan dan pergeseran-pergeseran politi yang mengkhawatirkan itu, Tentara Nasrani berusaha untuk mematahkan sayap dakwah Islamiyah dengan menyerbu Syria dan menaklukkan negeri-negeri pantai serta menguasainya dari tahun 492-582 Hijriyah. Pendudukan Tentara Salib atas negeri Syam, telah menyebabkan melemahnya daya pengaruh dakwah Islamiyah, yang terasa sampai dewasa ini dinegeri tersebut.
3.      Pada akhir Daulah Abbasiyah IV ini, muncullah Jengkhiz Khan, Panglima Tentara Mogul melakukan penyerbuan dahsyat terhdap Mamlakah Islamiyah, dimana ditaklukkan negeri-negerinya, dimusnahkan kota-kotaya, dibinasakan kutubkhanah-kutubkhanahnya, dan disembelih pendudukannya. Dari keturunannya lah lahir Hulako yang menaklukkan Baghdad dan menghancurkannya, serta membunuh khalifah Muktasim dalam tahun 656 Hijriyah. Pendudukan dan pemusnahan yang dilakukan Tentara Mugol ini telah membuat dakwah Islamiyah semakin melemah, bahkan semakin kecil daerah wilayahnya.
4.      Retaknya Andalusia
Dalam masa yang muram bagi dakwah Islamiyah ini, timbul pula krisis dalam tubuh Daulah Amawiyah di Andalusia, dimana terjadi perebutan kekuasaan sesame Islam, sehingga retaklah persatuannya, bahkan akhirnya hancur sama sekali. Keadaan yang demikian telah lama dinanti-nanti oleh kekuatan Nasrani sekitarnya, sehingga peluang baik itu tidk disia-siakan mereka; maka direbutlah Andalusia itu wilayah demi wilayah, pada akhirnya kaum Muslimin dikeluarkan dari bumi belahan barat itu.
Sesuatu terjadi yang dialami dakwah Islamiyah, yang sangat menyedihkan, dimana harus menyerahkan hasil kebudayaannya yang gemilang ketangan Nasrani.
5.      Dinasti Aiyubi dan Fathimi
Pergesekan politik dari Dinasti Abbasi kepada Dinasti Aiyubi dan Dinasti Fathimi, hanya memberi kemunduran kepada dakwah Islamiyah dalam bidang pemerintahan saja, sedangkan dalam bidang pembinaan pendidikan dan kebudayaannya berjalan terus, bahkan dalam beberapa hal bertambah maju. Kota-kota yang dikuasai oleh kedua Dinasti tersebut, tetap menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyah, terutama dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga akhirnya dari daerah-daerah itulah sayap dakwah Islamiyah dikembangkangkan kembali.
Sungguh dalam bidang politik dan perluasan dakwah Islamiyah, masa Daulah Abbasiyah IV mengalam kemunduran yang mencolok, tetapi dalam bebera hal ia memepunyai keistemewaan-istimewaan, seperti yang dicatat Jarji Zaidan:
·         Berkembangnya Madrasah-madrasah
Salah satu keistimewaan zaman ini, yaitu berkembangnya madrasah-madrasah dalam dunia Islam, serta pembeharuan sistem pendidikan, karena ilmu yang telah matang dalam daulah-daulah Islamiyah. Terkenallah sebagai pahlawan membangun madrasah Nidgmul Muluk, dan madrasah yang paling masyhur dizaman itu, yaitu Madrasah Nidhamiyah di Baghdad, yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam Dunia Islam, karena Madrasah tersebut telah mencetak sejumlah besar ulama, pujangga, pahlawan, dan berbagai ahli lainnya.
·         Lahirnya ulama pengarang terkemuka
Sebagai hasil dari pembaharuan pendidikan dan pendirian madrasah-madrasah, sejak dari rendah sampai kepada yang tinggi, maka lahirlah sejumlah ulama-ulama, pujangga-pujangga, pengarang-pengarang, ahli-ahli sejarah, dan lain-lainnya.
o   Dari dunia seni bahasa dan karang mengarang, lahirlah sejumlah pujangga Sebagai hasil dari pembaharuan pendidikan dan pendirian madrasah-madrasah, sejak dari rendah sampai kepada yang tinggi, maka lahirlah sejumlah ulama-ulama, pujangga-pujangga, pengarang-pengarang, ahli-ahli sejarah, dan lain-lainnya.
B.     Lahirnya Lima Besar Islam
Setelah jatuh Daulah Abbasiyah IV, yang diganti oleh Daulah Moghuliyah, maka selama dua setengah abad dakwah Islamiyah telah keihilangan pendukungnya yang kuat, sehingga karenanya ia dalam segala bidang seperti tiada berdaya; tiada berjiwa, seperti orang lumpuh.
Selama lebih dua setengah abad dakwah Islamiyah meraba-raba mencari dirinya sendiri, sehingga pada beberapa bagian dunia ia menemui kembali dirinya, dan dalam tahun 1453 tentara Turki Islam dibawah pimpinan Muhammad al-Fatih dapat merebut kota Konstantinopel, ibukota Kerajaan Byzantium (Romawi Timur) benteng terakhir dari kerajaan Nasrani itu.
Kejatuhan kota Konstantinopel kedalam tangan Angkatan Dakwah dan Angkatan Perang Islam, adalah permulaan dari berjiwanya kembali dakwah Islamiyah, sehingga pada abad XVI Masehi muncullah kepanggung dunia Lima Besar Islam, sebagai pendukung dakwah Islamiyah, yaitu Maroko di Afrika Utara, Istambul di Asia Kecil, Isfahan di Timur Tengah, Arga di Anak Benua India, dan Aceh di Asia Tenggara.
Lima Besar Islam ini yang tumbuh pada awal abad XVI Masehi sekalipun tidak terlalu lama usianya, namun ia telah dapat memberi daya gerak kembali kepada dakwah Islamiyah, sehingga sayapnya meluas kembali kepada beberapa penjuru dunia, seperti yang akan dijelaskan dalam pasal berikut, walaupun hanya mengenai dengan pengembangan dakwah Islamiyah diAceh (Indonesia).



BAB III
PENUTUP
·         Kesimpulan
ü  Daulah Abbasiyah yang mendukung dakwah Islamiyah selama lebih lima abad, dinilai sebagai suatu kerajaan yang telah mencapai tamaddun yang menakjubkan, dimana didalamnya dakwah Islamiyah telah dapat menakjubkan, dimana didalamnya dakwah Islamiyah telah dapat mengembangkan ajarannya dalam arti seluas kata.
ü  Diberinya kesempatan dakwah Islamiyah berkembang seperti seadanya, terutama dibelahan pertama dari sejarahnya, telah menjadikan Daulah Abbasiyah sebagai satu Kerajaan Islam yang telah dapat merubah wajah dunia, dari gelap menjadi terang, dari mundur menjadi maju, seperti dinilai para ahli sejarah.
ü  Dakwah Abbasiyah yang mendukung dakwah Islamiyah dalam waktu lebih dari lima abad itu, oleh para ahli sejarah dibagi kedalam empat periode yaitu:
1.      Abbasiyah I, sejak pembangunannya sampai dengan awal  Khalifah Mutawakkal; 132-232 Hijriyah (750-847).
2.      Abbasiyah II, sejak Khalifah Mutawakkal sampai dengan berkuasanya Daulah Buaihiyah di Baghdad, 232-334 Hijriyah (847-946).
3.      Abbasiyah III, sejak berkuasanya Daulah Buaihiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Tartar dibawah pimpinan Hulako; 467-656 Hijriyah (1075-1261).
4.      Daulah Abbasiyah IV, dimulai dengan masuknyan berkekuatan bersenjata Saljuk keBaghdad dalam tahun 447 Hijriyah (1075) dan berakhir dengan masuknya Baghdad dalam kekuasaan Mogul dalam tahun 656 Hijriyah (1261) serta berpindahnya Khalifah Abbasiyah keMesir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...