Rabu, 29 Oktober 2014

Cerpen : Sepakbola Senja Karya Arif Riduan




Hari Minggu adalah hari keluarga bagi saya. Setelah sibuk satu minggu penuh lepas rasanya penat pekerjaan ketika bercanda sambil bermain playstation bersama anak pertama saya yang berumur 10 tahun di rumah. Ahmad sekarang duduk di bangku kelas 5 Madrasah Ibtidayah Negeri Kelayan, tempat saya bersekolah dulu. Ketika itu kami bermain game sepakbola, saya memainkan club sepakbola asal Inggris, Chelsea dan Ahmad memainkan Manchester United. Ahmad tidak bermain sendirian, dia didukung ibunya yang juga penggemar MU, sepanjang pertandingan ibunya selalu mengganggu saya agar saya kalah dalam pertandingan kali ini, kadang-kadang dia teriak-teriak ketika tembakan pemain Chelsea menyeset, kadang-kadang menggelitik pinggang saya. Pokoknya istri saya yang bernama Nur Ain ini pengen Chelsea kalah.
            Tentu saja Chelsea menang, walaupun menangnya hanya dengan adu finalti. Istri dan anak saya yang tadinya sorak sorai kini tersipu tanpa kata, saya pun hanya tertawa kecil, melihat kekalahan mereka berdua.
“ Iiihh, Ayah curang ! jelas aja ayah menang, anak kecil yang dilawan, tutur istri saya yang masih gak terima kelahannya.
“ iya, Bunda, ayah curang ! gimana kalau kita yang main Bunda ? ayah kita tinggal aja, ayah curang, Ahmad mengajak ibunya bermain.
            Dengan menerima nasib, saya pun pindah duduk di belakang mereka bermain Playstation. Penuh keceriaan yang saya lihat dari wajah lucu mereka, sambil tertawa dan sesekali Dinda mencoba menggoda saya karena gak diajak bermain. Seketika itu ingatan saya mulai datang tentang masa kecil saya dulu yang suka bermain bola.
            Setiap hari, sekitar jam 16:00 wita atau jam 4 sore, saya dan temannya selalu bermain sepakbola dilapangan sekolah. Nama saya Irfan Ramadan dan dipanggil Ervan, (keren cuy !). Reza adalah sahabat saya yang sangat suka bermain bola, dia adalah striker terbaik dikalangan anak kecil seumur kami. ada pula teman-teman yang lain, yang hebat bermain sepakbola, seperti Firdaus, Andy, Ahyar, Madi dan lainnya. Saya sebagai pemain belakang yang diperhitungkan oleh teman-teman, karena tendangan saya yang keras apabila menyapu bersih bola dari lawan.

            Keceriaan kami selalu terusik ketika orang-orang dewasa mulai berdatangan dan bermain bola. Kami yang hanya anak-anak diumur 10-12 tahun hanya bisa mengalah dengan orang-orang dewasa ini. Saat itu lapangan sepakbola hanya ada satu, yakni di halaman Sekolah Dasar dikampung kami. Hal itu terjadi setiap hari, sehingga durasi kami bermain bola hanya sekitar 30 menit, bahkan sering kuang dari pada itu. Bukan anak-anak namanya jika hanya berdiam diri saja, kami pun melanjutkan permainan selanjutnya, yakni bermain air di sungai. Berenang di sungai kebanggaan orang Kelayan.
            Musim kemarau pun tiba. Musim inilah yang kami tunggu-tunggu. Alfi mengajak kami untuk membawa peralatan yang kami miliki guna membersihkan sawah yang sudah dipanen untuk kami jadikan lapangan sepakbola. Alfi adalah teman kami yang paling tua, umurnya 14 tahun, namun dia masih duduk di kelas 6 SD. Pastilah dia menjadi ketua atau yang kami segani waktu itu, karena umurnya tua dari kami.
“ yang punya parang bawa, celurit juga bawa !, pokoknya alat untuk memotong rumput bawa aja, kita mencari lokasinya dulu, sekalian kita bersihkan agar besok kita sudah bisa main sepakbola” kata Alfi yang udah duluan membawa golok untuk membersihkan sawah.
            Saya pun diam-diam ke dapur rumah, tempat ayah saya meletakkan parang miliknya. Kalau ketahuan ayah, saya membawa parang miriknya pasti beliau gak mengijinkan. Kata beliau “ jangan di bawa ke sawah, ananti parang ayah jadi karatan “. gitu, kalau ayah lihat saya bawa parang miliknya. Saya berhasil mengambil parang dan bergegas menyusul teman-teman yang sudah ada di sawah yang akan dijadikan lapangan dengan peralatan mereka masing-masing.
            Rumly, sangat cekatan menebas batang-batang pagi yang sudah dipanen, ya, maklum teman saya ini adalah anak seorang petani yang sering membantu orang tuanya bekerja disawah. Rumly dan teman-teman yang lain bertugas untuk memotong batang-batang padi, Saya serta Ahyar dan Andy bertugas untuk mengangkut potongan-potongan batang padi yang berserakan ditengah lapangan ke pinggir lapangan.
            Adzan magrib sebentar lagi tiba, karena radio orang mengaji al-quran mulai terdengar dipengeras suara Langar Arrahman di kampung kami. Alfi pun menyerukan kepada kami agar aktivitas membikin lapangan ini disambung besok sore. Lapangan 16 X 10 meter pun sudah terbentuk, tinggal membikin tiang gawang dan membersihkan sisa-sisa batang padi yang belum sempat terangkut untuk di bawa ke pinggir lapangan.
            Besok hari sekitar jam 4 sore , setelah semuanya selesai lapangan pun sudah bisa dipakai untuk bermain sepakbola, Andy membawa bola plastik yang dibelinya enam ribu rupiah dengan uang pribadinya ke lapangan untuk kami bermain bola. Andy adalah anak orang yang lebih berada dan lagi pula dia tidak pelit, sangat sering dia membawa bola miliknya untuk kami mainkan bersama.
            Dimulai dengan pim-plah ( hom pimpa), kami pun terbagi menjadi dua club, yakni club pertama Alfi, Andy, Daus, Dali, Upin dan saya, clup kedua Ahyar, Madi, Reza, Fahri, dan Adan. Club saya di kapteni oleh Alfi dengan striker andalan Daus dan Club yang menjadi lawan kami di kapteni oleh Madi dengan striker andalannya Reza serta Madi sendiri.
            Permainan kali ini sangat seru, dengan berbagai imajinasi yang muncul dari jurus-jurus tendangan teman-teman, begitu juga saya. Mulai dari jurus tentangan membelah bumi sampai tendangan Captain Tsubasa selalu terdengar takala ada yang menendang di depan mulut gawang. Gawang kami pun berhasil dibobol oleh Reza yang sangat piawai menggiring bola. Karena gol tersebut kami harus melepas baju yang kami pakai sebagai hukuman dan sebagai pembeda, agar tahu yang mana kawan dan mana yang lawan. Jadi, yang tidak memakai baju adalah kawan di club kami. Itulah aturannya, untuk gol-gol berikutnya siapa yang kebobolan harus pust-up sebanyak sepuluh kali.
            Jual beli serangan selalu terjadi disepanjang pertandingan, tak ketinggalan saya pun menyumbangkan satu gol untuk club saya kali ini. Begitu juga teman-teman yang lain. Selebrasi yang lucu kadang terlihat ketika gol tercipta dari kedua club. Bukan hanya bermain bola yang membuat kami senang, namun tikah laku yang lucu juga membuat suasna bermain kami semakin menarik.
            Tak terasa pengeras suara lantunan ayat suci Al-qur’an mulai terdengar Langgar Arrahman, itu tandanya kami harus menyudahi permainan sepakbola pada hari ini. Dengan skor 14 : 8 , yaitu kemenangan Reza dan kawan-kawan membuat kami harus melaksanakan hukuman selanjutnya, yaitu bagi club yang kalah gak boleh memakai baju dari lapangan sampai ke rumah. Itulah aturan permainan yang harus kami taati, walau tak tahu kenapa harus ditaati.
            Hampir setiap hari kami bermain sepakbola di lapangan yang kami bikin. Sesekali sifat nakal anak-anak kami muncu, terkadang disaat kami mulai lelah karena permainan sepak bola yang seru. Fahry teman saya yang terkenal dengan ide-ide kreatifnya, walau terkadang ide kreatifnya tersebut cenderung nakal sering sekali mengajak kami mengambil kelapa milik orang lain. Saat itu sudah seperti perang saja, ide kreatif Fahry disambut baik oleh Alfi yang menagtur skema pencurian kelapa yang akan kami lakukan.
“ Fahry yang naik pohon kelapanya nanti, Andy, Lupin dan Dali bertugas mengambil kelapa yang sudah dijatuhkan, Arif, Reza dan Madi bertugas memantau situasi kalau-kalau yang punya kelapa tahu atau melihat, dan saya akan duluan kedalam (mencari persawahan) untuk mencari pohon mana yang akan kita selesaikan “ tutur Alfi mengatur skema.
            Setelah Alfi kembali dan mengarahkan ke tempat pohon kelapa yang akan kami eksekusi, kami pun melaksanakan tugas yang telah dibagi. Bergegas Fahry menaiki pohon kelapa dan menjatuhkannya, dan Andy Cs segera memungut kelapa yang dijatuhkan untuk dibawa ke tempat yang telah kami rencanakan. Saya pun menaiki pohon jambu sambil memantau kalau-kalau yang punya pohon kelapa datang begitu juga Madi dan Reza memantau di sisi sawah yang lain. Tak lama dari kejauhan Madi melihat seseorang menuju ke tempat kami, Madi pun berlari-lari kecil untuk meberi tahu yang lain bahwa ada orang yang menuju ketempat ini.
“ hey, ayo turun ada orang yang menuju kesini “ kata Madi menyeru Fahry untuk turun dari pohon.
“ ya sudah, ayo kita bawa kelapa kelapa yang sudah kita petik, eh, Andy, dimana kamu tadi membawa kelapa yang lain” Seru Alfi
“ di sana , dekan arah kuburan sana” sahut Andy dengan nada pelan
            Kami pun bergegas membawa kelapa-kelapa tersebut ketempat lain. disana kami menyantap puas hasil kenakalan kami. Tanpa rasa bersalah kami pun melanjutkan permainan sepakbola kami. Dan hal tersebut sering terjadi, dengan skema yang baik kelapa muda selalu berhasil kami ambil.
            Beberapa minggu kemudian Alfi pun mengutarakan niatnya untuk mengadakan perlombaan sepakbola untuk umur sebaya kami di lapangan yang sudah kami buat.
“ Van, bagaimana kita mengadakan perlombaan sepakbola di lapangan ini, kalau main-main saja gak asik juga kan ? “ tanya Alfi kepada saya ketika kami berkumpul di lapangan.
“ betul juga Fi, lagi punya musim kemarau juga akan berakhir, kita nunggu satu tahun lagi untuk bisa bermain di lapangan sawah ini “ saya menjawab.
“ saya setuju, gimana kalau kita adakan CUP (maksudnya turnamen sepakbola) saja “ sahut Andy yang mendengarkan perbincangan kami.
“ kira-kira apa dong nama Cupnya nanti ?” tanya Alfi kepada kami
“ gimana kalau Senja Cup aja, gini kita mulai pertandingannya sekitar jam lima-an, jika mulai terdengar mengaji dari langgar maka habislah waktunya “ saya memberika ide.
            Semuapun sepakat kami akan mengadakan Senja Cup yang akan di selenggarakan di lapangan yang sudah kami buat. Lupin yang memiliki tulisan yang bagus diminta oleh Alfi untuk membuat pengumuman akan diadakannya Senja Cup. Saya pun mempotocopi pengumuman tersebut sebanyak 20 lembar yang uangnya dari hasil patungan kami satu orang seribu rupiah guna mendanai Senja Cup ini. Pengumuman yang sudah diperbanyak kami sebar ke kampung kampung sebelah, isi pengumuman tersebut di antaranya maksimal peserta kelas 6 SD dan membayar uang pendaftaran 5000 rupiah satu tim dan pendaftarannya di buka besok hari jam 3 siang.
            Besok harinya banyak anak-anak sebaya kami datang ke lapangan untuk mendaftarkan tim ke Senja Cup yang kami adakan. Ada enam tim yang mendaftar dan dua tim dari kami tuan rumah jumlahnya ada delapan tim yang akan bertanding. Nama tim tersebut ialah tuan rumah Brazil dan Egle FC, sedangkan tim tamu ialah Telukkubur FC, Ankomgur, Yukaba, Bocah Junior, X-FC , serta Bintang 29. setelah ada 8 tim yang mendaftarkan kami pun mengacak tim yang akan bertanding mulai besok. Pertandingan diatur dalam sistem gugur. Partai pembuka Yukaba melawan Bocah Junior.
            Besok harinya ketika Yukaba dan Bocah Junior bertanding Saya dan Andy ditugaskan untuk membeli makanan ringan untuk nanti dijadikan hadiah Senja Cup dari sejumlah uang dari pendaftaran. Pertandingan pertama dimenangkan oleh tim Yukaba.
            Pertandingan yang telah terselenggara beberapa hari menyisakan partai puncak yakni Egle Fc melawan Bocah Junior yang sebelumnya mengalahkan Brazil dan Yukaba, serta kami Egle Fc berhasil mengalahkan X-Fc dan Bintang 29. Hadiah yang berupa minuman fanta beberapa botol dan mie instan serta beberapa makanan ringan lainnya telah menunggu di pinggir lapangan untuk sang juara Senja Cup.
            Partai Final pun tiba, Saya dan Daus sebagai pemain belakang, Alfi sebagai pemain tengah , Adan sebagai penjaga gawang serta Reza striker andalan kami sudah berada di dalam lapangan berhadapan dengan anak-anak dari tim Bocah Junior yang selalu menang telak terhadap lawannya. Tanpa ada wasit yang memimpin pertandingan pun dimulai. Jual beli serangan terjadi, tak berselang lama tendangan keras dari Ferry membentur tumit kaki saya sehingga bola mengarah ke gawang yang dijaga oleh Adan padahal tindak saya untuk menghalau bola tersebut. Adan pun terkecoh dan gol untuk Bocah Junior pun tercipta.
            Rasa kecewa terlihat dari wajah teman-teman yang menyesalkan gol bunuh diri dari saya. Mengingat tim Bocah Jonior sulit sekali dijebol oleh lawannya membuat kami semakin takut akan kekalahan.
“ woyy.. semangat woy, baru satu kita kebobolan, waktu masih panjang senja masih lama, ayo semangat “ teriak Madi di pinggir lapangan, yang timnya sudah gugur dikalahkan oleh Bocah Junior sebelumnya.
            Reza dan kerjasamanya dengan Alfi belum mampu membobol gawang Bocah Junior yang dijaga oleh Iky Kok yang dikenal sangat piawai menjaga gawang. Tendangan-tendangan keras dari Daus pun tak mampu mencatatkan namanya di pertandingan kali ini sebagai mencetak gol. Saya sebagai pemain belakang sangat kewalahan menahan serangan dari duet penyerang Bocah Junior Ferry dan Amat yang gencar mengintar gawang kami. Saya pun hanya bisa sapu bersih dengan tendangan keras untuk menghalau serangan mereka.
            Hari mulai menggelap, namun kumandang ayat suci Al-quran dari pengeras suara langgar belum terdengar, itu tandanya pentandingan belum berakhir. Sorak-sorai dukungan teman-teman sayup-sayup terdengar memberikan semangat agar kami memenangkan pertandingan final Senja Cup ini.
            Ketika bola berhasil saya rebut dari Ferry, saya langsung mengumpan lambung kepada Reza yang sudah ada di depan gawang Bocah Junior, Reza berhasil menyambut umpat dari saya dan dia berhadapan langsung denan Iky Kok penjaga gawang Bocah Junior, Reza pun mengecohnya seakan-akan ingin menendang akan tetapi mengumpan kepada Daus yang ada di sampingnya. Daus pun mengarahkan bole kegawang dan berhasil mencetak gol untuk penyeimbang. Tak berselang lama gol kedua Daus pun terjadi saat tendangan keras tak bisa dibendung oleh Iki Kok.
            Teriak kawan-kawan serta selebrasi Daus yang melepas baju dan memutarkannya dengan tangan, menjadikan suasana bak kejuaraan piala dunia. Suara lantunan ayat suci al-Qur’an pun  terdengar itu tandannya waktu pertandingan pertandingan sudah habis, dengan skor 2-1 tim kami pun memenangi Senja Cup yang kami selenggarakan sendiri. Dengan bangganya saya mengangkat botol fanta yang berwarna hijau mengelilingi lapangan, seakan-akan botol yang berisi fanta tersebut adalah piala.
            Makanan ringan dan snack-snack yang dijadikan hadiah kami santap bersama-sama, tak lupa tim Bocah Junior pun kami tawarkan untuk bergabung menikmati snack-snack hadiah, namun mereka menolak dan bergegas meninggalkan lapangan dengan wajah-wajah mereka yang kecewa. Suka riya mengiringi senja pada saat itu, anak-anak yang seharusnya pulang kerumah pada saat itu belum juga pulang.
            Adzan magrib pun menandakan Senja telah usai, malam akan datang, kami pun berlarian menuju ke rumah masing-masing, dengan snack yang ada didua belah tengan, berlari kencang menuju ke rumah dengan pikiran menerka nanti setelah di rumah saya akan di marahi oleh ibu saya, karena kaki yang kotor dan pulang magrib tentu akan membuat kemarahan ibu. Itu yang saya pikirkan sepanjang saya berlari. Saya lihat teman-teman yang lain juga berlari kencang dengan senyuman indah di wajah mereka.
            Sudah saya duga, ibu pun memarahi saya dan menggiring saya menuju ke kamar mandi, ibu pun memandikan saya dengan marah-marah.
“ Van, Vaaaan.. sudah tahu senja, kenapa gak pulang, kan sudah ibu bilang kamu boleh main boleh, kamu boleh jalan-jalan, tapi kalau sudah mau magrib ya pulang, mandi terus ke langgar sholat magrib” ibu marah.
            Saya hanya bisa jawab “ iya buu’ Ervan janji gak akan telat pulang lagi “. Ibu memandikan saya sambil marah-marah sesekali gayung kecil untuk memandikan saya dipukulkan ibu ke pantat saya.
            Padahal saya udah besar gak perlu dimandikan sama ibu lagi kali ini dimandikan ibu karena badan kotor dan telat pulang. Setelah saya selesai dimandikan ibu, bergegas saya memakai maju dan mengambil peci dan berlari keluar rumah menuju ke langgar Arrahman untuk sholat magrib, padahal untuk menghindari omelan ibu yang selanjutnya saya melarikan diri dengan alasan bergeges ke langgar, padahal di langgar udah hampir salam.
            “ gooooooooool “ teriak anak saya berhasil menbobol gawang ibunya dipermainan Playtation mereka membuat sama kembali jaman sekarang, khayalan masa lalu tentang sepakbola senja hilang dikejutkan dengan teriak kegembiraan Ahmad.
            Kasihan Ahmad hanya bisa bermain sepakbola melaui Playtation, sekarang gak ada lagi sawah yang bisa dijadikan lapangan, karena saat kemarau tanah akan membangkan keras dan kering. Lapangan sekolah gak diperbolehkan lagi untuk bermain sepakbola karena mengotori lingkungan sekolah dan dikhawatirkan membuat kaca-kaca sekolah menjadi pecah. Ya setidaknya ibunya menjadi gak repot memandikan sambil marah-marah jika Ahmad pulang magrib dan berbadan kotor.

“ selesai “

Sabtu, 18 Oktober 2014

IMPL3 ikut baksos FKUB Banjarmasin








Halaman dan sekitar masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin Kalimantan Selatan

IMPL3 (ada dimana-mana)














Impl3 ada dimana-mana..
Impl3 adalah sahabat sejati..

aku bangga, aku impl3 !!!

Kerukunan Antar Umat Beragama

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.

Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat.

Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.

B. Rumusan Masalah
a) Kendala apa yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia?
b) Bagaimana masyarakat menghadapi permasalahan/kendala dalam mencapai kerukunan antar umat beragama di Indonesia?
c) Apakah Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam?
d) Bagaimana Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama kami dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan antar umat beragama serta permasalahan yang di hadapi. Semoga Bermanfaat.

D. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan Negara.

Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa.

"Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara," katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu.

Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa persoalan, baik yang bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering muncul.

Menurut dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak boleh berhenti," katanya.

Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan. Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas agama," katanya.

Mengelola kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar.

"Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu bukan untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar," katanya. Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di masing-masing kelompok masyarakat.

"Karena mungkin masalah yang selama ini terjadi di antara pemeluk agama terjadi karena tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke pihak lain. Terputusnya jalinan informasi antar pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka- prasangka yang mengarah pada terbentuknya penilaian negatif," katanya.

Senada dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk membangun persaudaraan antar- umat beragama.

Menurut dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah- masalah kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan nilai spiritual," katanya. Ia juga menambahkan, supaya efektif dialog antar-umat beragama mesti "sepi" dari latar belakang agama yang eksklusif dan kehendak untuk mendominasi pihak lain. "Sebab untuk itu butuh relasi harmonis tanpa apriori, ketakutan dan penilaian yang dimutlakkan. Yang harus dibangun adalah persaudaraan yang saling menghargai tanpa kehendak untuk mendominasi dan eksklusif," katanya.

Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Budi S Tanuwibowo, agenda agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan untuk menjawab tiga persoalan besar yang selama ini menjadi pangkal masalah internal dan eksternal umat beragama yakni rasa saling percaya, kesejahteraan bersama dan penciptaan rasa aman bagi masyarakat. "Energi dan militansi agama seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga hal mulia itu," demikian Budi S Tanuwibowo.


BAB II
PEMBAHASAN
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
A. Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis, Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia.

Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama terhadap agama lain sangat penting.

Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian.

Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.

B. Kendala-Kendala
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.

Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik. 

2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya.

Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.

3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.

Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.

Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun berkepanjangan.

C. Solusi
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan dari “sejarah politik” (political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence) di antara para pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu, juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat disebut sebagai “non-agama.”

Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.

2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.

Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama, seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan antarpenganutnya.

Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.

Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama.

Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.

D. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam
1. Makna agama Islam
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan ummat manusia pada sebagai penerima amanah allah yang dapat menjalagkan amanah tersebut secara benar dan kaffah.

Agama islam adalah agama yang allah turunkan sejak manusia pertama, nabi pertama yaitu nabi adam as. Agama islam itu kemudian allah turunkan secara berkisenambungan pada para nabi dan rasul rasulnya. Aknir proses penurunan agama islam itu baru menjadi pada masa kerasulan nabi Muhammad pada awal abad ke-v11 masehi. Islam sbagai nama agama yang allah turunkan belum dinyatakan secara eksplisit pada masa kerasulan sebelum nabi Muhammad saw. Tetapi makna yang substansi ajaranya secara implicit memiliki persamaan yang dapat dipahami yang dapat dipahami dari penyataan sikap para rasul. Sebagaimana firman allah dalam surah al- baqarah ayat 132 yang artinya:
"hai anak anakku (kata Ibrahim )sesungguhnya allah telah memilih agama ini bagimu maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam." (Q S al-baqarah 132)

Ajaran agama islam memiliki karakteristik sbb:
1. sesuai dengan fitrah manusia
2. ajarannya sempurna
3. kebenarannya mutlak
4. mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. fleksibel dan ringan
6. berlaku scara universal
7. sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya
8. inti ajarannya adalah tauhid
9. menciptakan rahmat, kasih syang Allah terhadap mahluknya

2. makna ukhuwah insyaniah
Fungsi sebagai rahmat llah telah dijelaskan dalam al-quran surah al anbiya ‘ ayat 107 yang artinya:
‘’dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam’’(QS al- anbiya ‘ayat 107)"

Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam sbb:
1. Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan Allah
2. Islam menghargai dan menghormati manusiasebagai hamba allah, baik mereka muslim maupun non muslim
3. Islam mengatur pemamfaatan alam secara baik dan professional
4. Islam menghormati kondisi spesifk indifidu manusia dan memberikan pelakuan yang spesifik pula.

E. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
1. makna ukhuwah islamiyah
kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati daan empati antara dua orang atau lebih. Persaudaraan sesame muslim berarti saling menghargai dan saling menghormati relativitas masing masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling membantu atau menolong karena diantara mereka terkait oleh satu keyakinan dan dan jalan hidup, yaitu islam.sebagaimana disebutkan dalam al quran surat alhujarat ayat 10: yang artinya:
‘’sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara, karna itu damaikanlah antara kedua”

2. makna ukhuwah insaniyah
konsep sesama persaudaran manusia (ukhuwah insaniyah) di landasi ajaran bahwa semua ummat manusia adalah makhluk Allah. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-quran surah al-maidah ayat 48.
Dalam praktek keterangan yang sering timbul antar ummat beragama dengan pemerintahan disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing masing agama yang mengandung tugas dakwa atau misi
2. Kekurangan pengetahuan pemeluk agama akan agamanya atau sendiri atau agama pihak lain
3. Para pemwluk agamma tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang renda agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam dalam kehidupan masayarakat
5. Kecurigaan masing masing akan kejujuran pihak lain, baik intern ummat, beragama maupun antara ummat beragama dengan pemerintah
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat

Dalam pembinaan ummat beragama, para pemimpin dan tokoh dalam mempunyai peranan yang besar, yaitu:
1. Menerjemahkan nilai nilai dan norma norma agama dalam masyarakat
2. Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang di mengerti masyarakat
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide ide dan cara cara yang di lakukan untuk tugasnyanya pembangunan
4. Mendorong pembangunan dan membimbing masyarakat dan ummat beragama untuk serta dalam usaha

F. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
1. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.

Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang yahudi maupun orang nasrani.

2. Tanggung jawab sosial ummat Islam
Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan ini. Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di antaranya adalah:
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan
2. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
4. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
5. Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik materialnya.

3. amar ma’ruf dan nahi munkar
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.

Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social



BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan berbagai macam bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat antar beragama ada beberapa sebab, antara lain;
1. Rendahnya Sikap Toleransi
2. Kepentingan Politik dan
3. Sikap Fanatisme

Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan Dialog Antar Pemeluk Agama dan menanamkan Sikap Optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...