Senin, 13 Oktober 2014

Nasihat Sebagai Media BKI


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Bimbingan Konseling
Menurut Santoso S Hamidjojo, Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebarkan ide atau gagasan, sehingga dapat sampai kepada penerima.
Sedangkan media dalam bimbingan konseling adalah sebagai hal atau sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau pengantar ketika konseling melaksanakan bimbingan konseling atau segala sesuatu yang dapat digunakan dalam melaksanakan bimbingan konseling.
B.  Teori Tentang Nasihat
1.      Pengertian Nasihat
Kata nasehat berasal dari bahasa Arab. Diambil dari kata kerja “nashaha” (نَصَحَ), yang maknanya “khalasha” (خَلَصَ). Yaitu murni serta bersih dari segala kotoran. Bisa juga bermakna “khâtha” (خَاطَ), yaitu menjahit.
Imam al-Khaththabi rahimahullâh menjelaskan arti kata nashaha, sebagaimana dinukil oleh Imam an-Nawawi, Dikatakan bahwa nashaha diambil dari “nashaha-rajulu-tsaubahu” (نَصَحَ الرَّجُلُ ثَوْبَهُ) apabila dia menjahitnya. Maka mereka mengumpamakan perbuatan penasihat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasihatinya, dengan usaha seseorang memperbaiki pakaiannya yang robek.
Nasehat secara bahasa dari kata ‘nash’ yang berarti khalus, bersih atau murni, lawan dari curang atau kotor. Sehingga jika nasihat tersebut dalam bentuk ucapan harus jauh dari kecurangan dan motivasi kotor. Sedangkan secara istilah, sebuah kata yang mengungkapkan kemauan berbuat baik kepada obyek yang diberi nasihat. Hal ini juga dikemukakan oleh Ibnul-Atsîr nasihat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan keinginan memberikan kebaikan pada orang yang diberi nasihat yaitu mengokohkan tiang agamanya.
Jadi yang dimaksud nasehat dalam pembahsan ini adalah memberikan arahan yang baik melalui perkataan atau ucapan dengan jujur dan penuh motivasi.
2.      Jenis-Jenis Nasihat
Dalam memberikan Konseling terhadap klien perlu juga untuk memperhatikan bahasa yang hendak digunakan dalam memberikan nasehat. Hal ini bertujuan agar nasehat yang disampaikan mampu untuk dipahami oleh klien. Nasehat dalam hal ini tidak hanya berhubungan dengan manusia saja akan tetapi berkaitan dengan Allah, Rasul, Kitab dan para pemimpin. Nasehat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a). Nasihat Dari Allâh.
Nasihat dari Allâh, ialah menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya dengan seluruh anggota badannya selagi mampu melakukannya. Apabila ia tidak mampu melakukan kewajibannya karena suatu alasan tertentu, seperti sakit, terhalang, atau sebab-sebab lainnya, maka ia tetap berniat dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan kewajiban tersebut, apabila penghalang tadi telah hilang.
Nasihat karena Allâh adalah dengan berjihad melawan orang-orang yang kufur kepada-Nya dan berdakwah mengajak manusia ke jalan Allâh. Adapun makna nasihat untuk Allâh, ialah beriman kepada Allâh, menafikan sekutu bagi-Nya, tidak mengingkari sifat-sifat-Nya, mensifatkan Allâh dengan seluruh sifat yang sempurna dan mulia, mensucikan Allâh dari semua sifat-sifat yang merusak, melaksanakan ketaatan kepada-Nya, menjauhkan maksiat, mencintai karena Allâh.
b). Nasehat dari Kitabullah
Al-Imam Ibnu Nashr al-Marwazi rahimahullâh berkata; Nasihat untuk Kitabullah, ialah dengan sangat mencintai dan mengagungkan kedudukannya karena Al-Qur’an itu adalah Kalâmullâh, berkeinginan kuat untuk memahaminya, mempunyai perhatian yang besar dalam merenunginya, serius dan penuh konsentrasi membacanya untuk mendapatkan pemahaman maknanya sesuai dengan yang dikehendaki Allâh untuk dipahami, dan setelah memahaminya ia mengamalkan isinya. Maksudnya beriman kepada firman-firman Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, mengakui bahwa itu semua tidak sama dengan perkataan manusia dan tidak pula dapat dibandingkan dengan perkataan siapapun, kemudian menghormati firman Allah, membacanya dengan sungguh-sungguh, melafazhkan dengan baik dengan sikap rendah hati dalam membacanya.
c). Nasehat untuk Rasulullah
Al-Imam Ibnu Nashr al-Marwazi rahimahullâh berkata: Sedangkan nasihat untuk Rasûlullâh pada masa hidupnya, ialah dengan mengerahkan segala kemampuan secara sungguh-sungguh dalam rangka taat, membela, menolong, memberikan harta (untuk perjuangan menegakkan agama Allâh) bila beliau menginginkannya, dan bersegera untuk mencintai beliau. Adapun setelah Beliau wafat, maka dengan perhatian dan kesungguhan untuk mencari Sunnah-nya, akhlak, dan adab-adabnya, mengagungkan perintahnya, istiqâmah dalam melaksanakannya. Maksudnya ialah membenarkan ajaran-ajarannya, mengimani semua yang dibawanya, menaati perintah dan larangannya, membelanya semasa hidup maupun setelah wafat, melawan para musuhnya, membela para pengikutnya, menghormati hak-haknya, memuliakannya, menghidupkan sunnahnya, mengikuti seruannya, dan menyebarluaskan tuntunannya.
d). Nasehat untuk para pemimpin
Makna nasihat untuk para pemimpin kaum Muslimin ialah nasihat yang ditujukan kepada para penguasa mereka. Yaitu dengan menerima perintah mereka, mendengar, dan taat kepada mereka dalam hal yang baik, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Al-Khaliq. Tidak memerangi mereka selama mereka belum kafir, berusaha untuk memperbaiki keadaan mereka, membersihkan kerusakan mereka, memerintahkan mereka kepada kebaikan, melarangnya dari kemungkaran, serta mendo’akan mereka agar mendapatkan kebaikan. Karena, dalam kebaikan mereka berarti kebaikan bagi rakyat, dan dalam kerusakan mereka berarti kerusakan bagi rakyat. Nasihat untuk para pemimpin dapat juga dilakukan dengan cara membantu mereka untuk senantiasa berada di atas jalan kebenaran, mentaati mereka dalam kebenaran, dan mengingatkan mereka dengan cara yang baik.
e). Nasehat untuk Kaum Muslimin
Nasihat untuk masyarakat muslim, dilakukan dengan cara menuntun mereka kepada berbagai hal yang membawa kebaikan dunia dan akhiratnya. Nasihat yang dilakukan seharusnya tidak terbatas dengan ucapan, tetapi harus diikuti dengan amalan. Dengan demikian, nasihat tersebut akan terlihat nyata dalam masyarakat muslim, sebagai penutup keburukan, pelengkap kekurangan, pencegah terhadap bahaya, pemberi manfaat, amar ma’ruf nahy mungkar, penghormatan terhadap yang besar, kasih sayang terhadap yang lebih kecil, serta menghindari penipuan dan kedengkian. Maksudnya ialah memberikan bimbingan kepada mereka apa yang dapat memberikan kebaikan bagi kehidupan mereka baik untuk saat ini maupun hidup masa depannya.
C. Analisis Nasihat Sebagai Media BKI
Berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling Islam nasihat merupakan salah satu cara dari Al-mauidzoh Al-hasanah, yang mengingatkan bahwa segala sesuatu perbuatan pasti memiliki sanksi dan akibat. Dalam KBBI nasihat berarti petunjuk pada jalan yang benar. Ini juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Sehingga dalam memberikan nasihat harus disampaikan secara persuasif dengan kalimat-kalimat yang sesuai. Dalam melakukan konseling perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik, niscaya pesan yang diinginkan sulit menimbulkan efek yang positif terhadap klien.
Berkenaan dengan Bimbingan dan konseling Islam, nasehat harus dibingkai dalam model penyampaian yang santun dan lemah lembut. Hal ini dilakukan untuk memunculkan motivasi pada klien yang dinasehati, agar nasehat yang diterima mampu mengarahkan kehidupannya menjadi lebih baik. Berikut ini adalah contoh nasehat dalam Al- Qur’an yang disampikan secara santun. Yaitu dalam surat Thaha ayat 44:
Ÿwqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh©9 ¼ã&©#yè©9 ㍩.xtFtƒ ÷rr& 4Óy´øƒs ÇÍÍÈ  
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Dari kutipan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa maksud perkataan lemah lembut yaitu bahasa yang halus, sehingga menembus relung kalbu, bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang lain, bahasa yang baik dan enak didengar. Selain itu, ada juga nasehat yang disampaikan dengan perkataan yang mengena atau tepat sasaran. Sebagaimana yang termuat dalam Al-qur’an surat An-nisa’ 63:
y7Í´¯»s9'ré& šúïÉ©9$# ãNn=÷ètƒ ª!$# $tB Îû óOÎhÎ/qè=è% óÚ̍ôãr'sù öNåk÷]tã öNßgôàÏãur @è%ur öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóŠÎ=t/
Artinya: “mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
Maksud dari ayat tersebut ialah Perkataan yang disampaikan kepada klien harus mengena dan efektif, sehingga tepat sasaran dengan tujuannya. Klien yang datang kepada konselor tentu memiliki permasalahan yang hendak diselesaikannya. Maka tugas konselor yaitu memberikan alternative solusi yang sekiranya mampu untuk dilakukan oleh klien dan klien itu berusaha untuk melakukannya. Dengan demikian klien yang termotivasi dari solusi yang ditawarkan konselor akan berusaha sekuat tenaga agar mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Di sinilah letak urgensi bimbingan dan konseling dalam memberikan pencerahan terhadap kliennya. Dengan melihat kondisi klien bahasa yang disampaikan dalam nasehat sangat berpengaruh. Dengan bahasa yang lemah lembut tentu akan membawa tujuan dari proses konseling dapat tercapai secara optimal.
Bimbingan dan konseling sebagai sesuatu aktivitas untuk menghindari dan atau mengatasi persoalan-persoalan didalam kehidupan sebenarnya bukanlah hal yang seluruhnya baru.Sejak zaman dahulu,misalnya seperti yang digambarkan dalam pewayangan,menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling telah ada. Nasihat Kresna kepada Arjuna dalam perang Bharata Yuda pada waktu Arjuna mengalami kebimbangan saat berhadapan dengan Karna, menunjukkan dengan tegas adanya bimbingan dan konseling ini. Dengan nasehat Kresna semangat juang dan keberanian Arjuna bangkit kembali,dan Arjuna terus maju kemedan pertempuran.Demikian juga orang yang menghadapi kesulitan yang tidak dapat mereka atasi sendiri,orang tersebut membutuhkan nasehat atau pertolongan orang lain untuk serta memecahkan kesulitan tersebut. Mengapa demikian? Karena orang merasa bahwa apabila masalahnya belum terpecahkan,maka masalah itu akan selalu mengganggu kehidupannya. Karenanya masalah itu perlu dipecahkan dengan berbagai macam cara,termasuk minta bantuan orang lain.
Meskipun bimbingan dan konseling tidak seluruhnya merupakan hal yang baru,tetapi berbeda benar dengan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh orang-orang tua pada masa-masa yang lampau. Perbedaan itu terletak pada segi pendekatan atau approach yang ditempuh dalam menghadapi masalahnya.
















BAB III
PENUTUP
Nasihat adalah prinsip dasar dalam kehidupan umat Islam karena kehidupan umat dibangun atas dasar ukhuwah Islamiyah. Sedangkan ruang lingkup nasihat yaitu; Nasihat kepada Allah berarti mentauhidkan Allah, menyifati-Nya dengan sifat Kamal dan Jalal, dan mensucikan-Nya dari segala kemusyrikan. Ikhlas kepada Allah dalam beramal, menjauhi kemaksiatan, mentaati dan mencintai-Nya dan berjihad terhadap orang-orang yang mengingkari-Nya. Nasihat kepada Rasul SAW dengan cara mengimani Rasul SAW dan segala yang datang darinya. Mencintai, menghormati, menghidupkan sunnahnya, menyebarkan ilmunya. Mencintai orang yang mencintainya, membenci dan memerangi orang yang membenci dan memeranginya, mencontoh akhlaqnya, mengikuti adabnya dan mencintai keluarga dan sahabatnya. Nasihat kepada Pemimpin Umat Islam dengan cara membantunya dalam kebenaran dan mentaatinya. Mengingatkan dan menyadarkan jika lalai dan salah dengan penuh kelembutan dan penghormatan. Mendoakan untuk kebaikan pemimpin-pemimpin umat Islam. Nasihat kepada umat Islam dengan mengajarkan mereka kepada ajaran Islam dan membimbingnya.
Nasehat yang disampaikan dalam konseling juga harus menggunakan bahasa lemah lembut sehingga konseling akan mampu mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. Jadi Nasihat yang lemah lembut dalam Bimbingan Konseling ialah nasihat yang dirasakan oleh klien sebagai sentuhan yang halus, tanpa mengusik atau menyentuh kepekaan perasaannya, sehingga tidak menimbulkan gangguan pikiran dan perasaan sehingga dapat tercipta konseling yang lancar dan baik tanpa gangguan.






DAFTAR PUSTAKA
Leonardo.d. Marsam. Kamus Besar Bahasa Indonesia, CV. Karya Utama: Surabaya. 1983
Saiful Akhyar. Konseling Islami, Yogyakarta: eLSAG Press. 2007
Suparta, Munzier dan Harjani Hini, (ed.). Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media. 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...