Rabu, 07 Oktober 2015

Televisi Sebagai Media Kampanye Politik



Televisi Sebagai Media Kampanye Politik[1]
Arif Riduan[2]

Pendahuuan
Aktifitas kampanye merupakan salah satu bentuk komunikasi politik, karena kampanye itu sendiri pada intinya adalah proses untuk mengkomunikasikan pilihan. Kampanye dapat juga diartikan sebagai upaya persuasif mengajak orang lain yang belum sepaham atau belum yakin pada ide-ide yang kita tawarkan, agar mereka bersedia bergabung dan mendukungnya. Dan tujuan akhir kampanye adalah maksimalisasi perolehan suara. Dengan demikian setiap partai politik harus memiliki strategi yang tepat untuk membidik target audience dan juga mampu merumuskan apa sesungguhnya yang dibutuhkan khalayak politiknya. Yang terpenting, rakyat sebagai pemegang kedaulatan harus didekati dengan strategi komunikasi yang tepat.[3]
Mempertimbangkan hal tersebut diatas, kampanye melalui media massa – khususnya televisi – dapat menjadi bentuk kampanye alternatif. Setidaknya ada tiga alasan untuk argumentasi ini, pertama, media massa memiliki efek yang besar untuk dapat mempengaruhi opini publik sehingga bersedia mendukung ide dan agenda politik mereka. Kedua, pesan media massa bersifat umum (publicly) sehingga dapat menjangkau khalayak yang sangat besar dan relatif menyebar serta mampu menjangkau semua lapisan masyarakat dengan berbagai keragamannya (heterogen). Ketiga, dalam demokrasi modern, kampanye melalui media massa merupakan cara primer, di mana partai politik dan para kandidat melakukan promosi terhadap produk-produk politik yang akan dipasarkan.[4]
Televisi dan kelebihannya
Televisi adalah sebuah media yang tergolong paling unik dalam sejarah penemuan media saat ini. Jalur komunikasi yang memadukan dua unsur yaitu audio dan visual membuat media ini lebih mudah untuk dinikmati dibandingkan dengan media yang lain yang hanya memadukan satu jalur komunikasi saja. Misalnya koran yang hanya bisa dinikmati dengan kemampuan mata untuk membacanya, atau radio yang hanya bisa kita nikmati dengan kemampuan mendengarkan saja. Sedangkan  televisi, memberikan kelebihan dibanding dengan media yang lain antara lain:
1.      Televisi dapat dinikmati dengan mudah. Televisi seolah-olah menjadi wakil mata pemirsa yang langsung bisa melihat kenyataan tanpa harus berimajinasi seperti kita membaca koran ataupun ketika kita mendengarkan radio.
2.      Jangkauan pemirsa dalam televisi lebih banyak ketimbang media yang lain. Karena televisi dapat dinikmati aksesnya oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut usia.
3.      Televisi adalah media yang relatif murah dibanding media yang lain. Untuk menonton film, masyarakat tak perlu lagi berbondong-bondong pergi ke bioskop, tetapi cukup bisa melihat melalui televisi. Televisi tidak perlu berlangganan untuk mengakses channel nasional yang telah disediakan. Berbeda dengan koran atau internet yang harus mengeluarkan uang ketika kita akan menikmatinya.
4.      Televisi adalah media yang luas jangkauanya. Semua kalangan hingga ke pelosok negeri telah mengenal media televisi ini dalam kehidupan sehari-harinya.
5.      Televisi tak hanya mampu menyalurkan informasi saja sebagai fungsi media, akan tetapi televisi mempunyai kemampuan lebih untuk menyajikan acara hiburan dibandingkan dengan media yang lainya. Karena televisi mengandung unsur audio dan visual yang dapat mendukung dalam memberikan hiburan yang lebih mudah di mengerti oleh masyarakat.
Itulah yang menjadi alasan mengapa media ini memberikan peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi masyarakat dibandingkan dengan media yang lain.[5]
Televisi Sebagai Media Politik
Secara teoritis, stabilitas partai politik dapat terjadi bila pemilih mengindentikan diri dengan partai. Bila hanya sedikit yang memiliki party ID, dukungan pada partai akan lemah dan bergejolak. Dapat dikatakan dukungan yang akan diperoleh oleh partai akan sedikit, karena banyak orang yang tak terikat dengan partai tersebut. Hal tersebut memaksa untuk partai mengadakan kampaye secara luas guna menyeimbangkan gejolak tersebut, Salah satu media kampanye yang bisa menjangkau secara luas saat ini ialah televisi.[6]
Fenomena ini disebut telepolitis, yaitu bergesernya peran partai dan dominasi media, terutama televisi dalam memersuasi pemilih. Televisi dianggap mampu menyelinap ke ruang keluarga dan dapat menjangkau semua kalangan. Berbeda dengan pertemuan politik konvensional yang mensyaratkan kehadiran seseorang, interaksi melalui televisi lebih bersifat one-way traffic communication, lebih praktis dan tidak merepotkan pemilih. [7]
Televisi muncul sebagai kekuatan baru yang lebih praktis dalam menyampaikan informasi politik kepada masyarakat. Data survey menunjukkan bahwa masyarakat kita paling banyak mendapatkan informasi politik melalui televisi.[8] Media televisi sangat membantu sosialisasi figure caleg ataupun profil partai serta menampilkan produk keungulannnya. Daya jangkaunya yang luas membuat televisi menjadi pilihan untuk media sosialisasi.[9]
Gejala telepolitis bahkan mempengaruhi elite partai politik dalam merekrut caleg. Karena artis memiliki popularitas tinggi, banyak partai-partai politik yang mengusung artis sebagai caleg dengan maksud memperbesar suara partai. Akhirnya, kader-kader partai memiliki kompetensi tergusur. Apalagi dengan system suara terbanyak yang lebih membuka peluang bagi artis popular untuk mengalahkan politisi yang sudah malang-melintang dalam dunia perpolitikan.[10]
Hal yang lain ialah adanya peran media massa dalam memberikan berbagai macam informasi tentang kelemahan atau  keburukan  partai  politik termasuk  para anggotanya,  karena  itu terkadang partai  politik  melihat  media  massa,  khususnya  televisi,  sebagai  sesuatu  yang negatif.  Peranan  media  televisi  dalam  membentuk  opini masyarakat  dirasakan betul oleh kalangan partai politik, dimana televisi memberikan masyarakat pandangan langsung terhadap fenomena politik yang mereka lihat bahkan dengan perkembangan teknlogi yang ada  saat  ini masyarakat   dapat  langsung   menyampaikan   pandangan   politik mereka di televisi.
Televisi juga dapat menjadi alat untuk membantu pencitraan partai politik, terutama partai politik yang baru. Bentuk pencitraan tersebut bermacam-macam, bisa melalui  iklan dan diskusi sehingga  memberikan  gambaran  kepada masyarakat.  Terkait  tentang  bentuk  pencitraan politik  melalui  televisi  peneliti melihat bahwa pemberitaan juga merupakan iklan, yang dapat dianggap sebagai iklan  non-konvensional,  karena  tidak  dikhususkan  tayang  dalam  kurun waktu tertentu  dan  tidak  langsung  menunjukan  kepada  atribut  tertentu,  sedangkan iklan-iklan  pada  umumnya  ditayangkan  pada  kurun  waktu  tertentu  dan  lebih langsung menonjolkan  atribut atau simbol.  Untuk membuat  suatu pemberitaan yang baik maka diperlukan juga komunikasi yang baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan media massa tidak dapat dilepaskan dari peranan dan fungsinya dalam bidang sosial dan politik, karena penetrasinya  yang  begitu  luas  maka  banyak media  televisi  telah  dilirik  oleh beberapa  partai  politik  untuk  digunakan  sebagai  alat melakukan  sosialisasi politik, terlebih lagi jika yang mempunyai akses media itu seorang politisi.
Tayangan Politik di Televisi
Peranan televisi dalam membentuk opini masyarakat dirasakan betul oleh seluruh kalangan partai politik. Misalnya, anggota  DPP Partai  Demokrat  merasakan  bahwa pemberitaan  tentang Partai Demokrat di berbagai televisi merugikan demokrat. Seperti dengan adanya pemberitaan  kasus korupsi  yang melibatkan  anggota  partai demokrat,  padahal media harus memisahkan antara oknum dengan partai.
PKS  misalnya,  banyak  melihat  salah  persepsi  wartawan  dalam menangkap maksud sebuah pernyataan “Seperti Fachri Hamzah pernah mengungkapkan  Bubarkan  saja KPK, padahal maksudnya  adalah kalau kinerja KPK selama ini tidak maksimal, tidak bisa mengungkap kasus besar dan lebih menghabiskan anggaran maka untuk apa dipertahankan. Pernyataan itu juga maksudnya agar KPK termotivasi untuk bekerja lebih keras. Ketika muncul berita bubarkan KPK akhirnya ada opini bahwa anggota PKS tidak mendukung pemberantasan  korupsi, padahal maksud bukan seperti itu.
Partai  Nasdem,  yang  kebetulan  pemilik  stasiun  televisi  tersebut,  Surya Paloh  merupakan  orang  di  balik  layar  Partai  Nasdem.  Hal  itu  terlihat  dari sebagian besar berita Partai Nasdem yang muncul berisi acara seremonial pembentukan Partai   Nasdem   dan  organisasi  sayapnya   di  berbagai   dearah.   Sementara tingginya  berita  tentang  Partai Demokrat  lebih  banyak  diisi  tentang terungkkapnya kasus korupsi yang dilakukan para politisi dari partai tersebut. Selain pengaruh  dalam  isi  berita,  Metro  TV  juga  menerima  dan menayangkan iklan Partai Nasdem yang cukup banyak, yaitu sebanyak 110 spot iklan dalam periode waktu Agustus hingga November 2012 lalu.
Sementara,  saingan  Metro TV baik sebagai  televisi  berita maupun  dari sisi  kepemilikannya,  yaitu  TV  One,  tercatat  menayangkan   1712  item  pada program ”Kabar Petang”. Dari jumlah tersebut, item berita tentang Partai Golkar sebanyak 102 item, disusul Partai Demokrat 95 item, 72 item tentang PDIP dan masing-masing 30 item berita tentang PKS dan Nasdem. Banyaknya item berita tentang Golkar pasti disebabkan kepemilikan stasiun televisi tersebut yang sepenuhnya dimiliki keluarga Bakrie, yang dipimpin Abrurizal Bakrie, yang juga merupakan  Ketua Umum Partai Golkar, yang kemarin berencana mencalon sebagai  presiden dari partai tersebut untuk pemilu tahun 2014.
Sebagian besar item berita tentang Golkar memang merupakan berbagai hal yang dilakukan Aburizal Bakrie dalam kapasitasnya   sebagai  Ketua  Umum  Golkar . Sementara untuk item berita tentang Partai Demokrat, sama seperti di pemberitaan Metro TV juga lebih banyak diisi dengan berita kasus korupsi yang dilakukan  pengurus  partai  yang  didirikan Presiden SBY  tersebut.  Berbanding sama dengan isi pemberitaan, TV One juga tercatat menayangkan 82 iklan politik, Partai Golkar dan Aburizal Bakrie dalam berbagai versi sepanjang kurun waktu tiga bulan tersebut.
Penutup
Pemanfaatan media televisi dalam pencitraan partai politik sudah menjadi bahan kajian  menarik,   terutama   dalam   setiap   penyelengaraan   pemilihan, termasuk  pada tahapan awal  pemilu  tahun  2014.  Televisi  masih  dianggap sebagai media massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, tidak terkecuali  pesan  politik  yang  selalu  disampaikan oleh  partai  politik,  terutama dalam  kapasitas  mereka  sebagai  konstentan  pemilihan umum.Selain  itu,  persaingan  tersebut bukan tidak mungkin juga akan merugikan masyarakat atau penonton, terutama dalam  kenyamanan  mereka  mendapatkan  informasi  dan  hiburan  dari  televisi.


*****Sekian terima kasih*****


[1] Disampaikan pada diskusi rutin mingguan FKPAI Kalsel di Kantor LK3 Banjarmasin, dengan tema “ gerakan politik “
[2] Aktivis FKPAI Kalsel
[4] Log. Cit.
[5] http://komunikasi.us/index.php/course/perkembangan-teknologi-komunikasi/185-perkembangan-dan-manfaat-televisi
[6] Buhanuddin Muhtadi, Perang Bintang 2014, ( Bandung: Mizan 2013), hal. 122
[7] Ibid, hal. 123
[8] Ibid, hal. 126
[9] Aditiya perdana, Dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan Untuk Pemilu 2014, ( Jakarta: Puskapol UI, 2013 ) hal. 128
[10] Ibid, hal. 129


Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...