Minggu, 01 Juli 2012

Allah Selalu Ada

Jika seandainya engkau merasa telah lelah dan tak berdaya atas usaha yang sepertinya sia-sia belaka, tetapi sesungguhnya, engkau tak perlu merasa putus asa, karena Allah swt tahu betapa keras engkau sudah berusaha dalam pekerjaanmu.

Lalu, ketika engkau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih atas semua kesedihanmu, sesungguhnya Allah swt sudah menghitung setiap butiran air matamu.

Dan, jika engkau berpikir bahwa hidupmu sedang menantikan sesuatu yang paling berharga dalam hidupmu, sedangkan waktu terasa berlalu begitu cepat sekali, sesunggunhya engkau tak perlu khawatir karena
Allah swt sedang menunggu bersama denganmu.

Lalu, ketika engkau merasa hanya sendirian saja padahal teman-temanmu terlalu sibuk untuk hanya sekedar ber-say hallo dengan dirimu, tetapi sesungguhnya Allah swt selalu berada disampingmu.

Kemudian, ketika engkau berpikir bahwa engkau sudah mencoba segalanya dan sudah tidak tahu lagi hendak berbuat apa, engkau tak perlu merasa risau, karena Allah swt sudah memiliki jawabannya.

Selanjutnya, ketika segala sesuatunya sudah menjadi tidak masuk akal dan engkau merasa sangat tertekan, sebenarnya Allah swt akan dapat menenangkanmu.

Dan kemudian, jika tiba – tiba engkau dapat melihat suatu titik harapan, saat itulah sesungguhnya Allah swt sedang berbisik kepadamu.

Dan selanjutnya ketika engkau kau memiliki suatu tujuan untuk secepatnya dipenuhi dan mimpimu untuk segera diwujudkan, sesungguhnya engkau semestinya mengetahui bahwa Allah swt sudah membukakan matamu dan memanggilmu dengan atas namamu.

Ingatlah bahwa dimanapun engkau berada dan atau kemanapun engkau akan menghadap, sesungguhnya Allah swt sudah mengetahuinya.

Ketika Ditimpa Musibah dan Kekecewaan

Musibah dapat dibedakan dengan azab dan bala. Musibah adalah ujian yang harus dilewati seorang hamba dan berfungsi sebagai proses pembelajaran agar kehidupan masa depan kita dapat dijalani dengan lebih baik.
Musibah tidak hanya menimpa bagi para pendosa tetapi juga orangorang yang saleh. Berbeda dengan azab, siksaan yang hanya diperuntukkan kepada mereka yang durhaka seperti azab yang pernah ditimpakan umat-umat  terdahulu.

Azab tidak menimpa orang yang shaleh, seperti Banjir Nuh yang hanya menenggelamkan umat Nabi Nuh yang durhaka sedangkan dirinya bersama pengikut setianya selamat. Demikian pula umat Nabi Shaleh, ia bersama umat setianya selamat dari wabah epidemi yang menimpa kaumnya, juga kakeknya Nabi, Abdul Muthalib selamat dari keganasan thair ababil yang memporakporandakan pasukan Abraham.

Sedangkan bala, hampir sama dengan musibah, hanya skalanya lebih personal dan berhubungan dengan human error atau terkait erat dengan hukum sebab-akibat. Misalnya karena kecerobohan dan kelengahan maka seseorang mengalami kecelakaan.

Musibah di sini dapat dicontohkan dengan salah seorang anggota keluarga tercinta kita meninggal dunia, dokter memvonis kita menderita penyakit akut, atau mendapatkan fitnah keji dari orang lain, atau mengalami kekecewaan berat, misalnya gagal dipromosi, gugur dalam seleksi, dijauhi oleh teman, dan semacamnya.

Kondisi batin seperti ini pasti sangat menyakitkan dan membuat orang menjadi putus asa serta kehilangan optimisme dan harapan hidup. Bahkan kondisi seperti ini seringkali membuat seseorang berfikir atau melakukan solusi jalan pintas misalnya dengan nekat bunuh diri, menjauh dari keramaian, dan hanyut di dalam kesensaraan, atau menceburkan diri di dalam kehidupan gelap seperti mengkonsumsi obat penenang destruktif seperti narkoba dan sejenisnya.

Bagi orang yang beragama, cara terbaik yang harus dilakukan ialah kembali kepada Tuhan. Kita harus yakin bahwa sebesar apapun sebuah problem pasti itu masih tetap di ambang batas kemampuan daya dukung hamba-Nya.

Allah Swt, Tuhan Yang Maha Pengasih, tidak mungkin membebani sesuatu di luar batas kemampuan dan daya dukung hamba-Nya.

”Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. al-Baqarah/2:286).
Dalam perspektif tasawuf, musibah atau kekecewaan hidup adalah salah satu wujud ”surat cinta” Tuhan kepada hamba-Nya. Mungkin Tuhan merindukan hamba-Nya tetapi yang bersangkutan terkeco dan tersesat dengan kesenangan duniawinya.

Akhirnya Tuhan mengutus musibah atau kekecewaan kepadanya dan ternyata ia secara efektif kembali kepada Tuhannya.

Seseorang yang hidup di dalam kemewahanan atau dalam kondisi berkecukupan seringkali lebih sulit untuk melakukan pendakian (taraqqi) kepada Tuhannya, karena semua kebutuhannya terpenuhi.
Dalam keadaan seperti ini banyak orang yang lalai untuk berdoa. Ibadah yang dilakukan sebatas kewajiban, bukan betul-betul karena mencintai Tuhannya.

Tingkat kekhusyukan ibadahnya dengan sendirinya lemah. Kiat menyikapi musibah kita harus tawakkal, menyerahkan diri secara total dan sepenuhnya kepada Allah Swt. Kita harus yakin bahwa musibah dan kekecewaan ini adalah pilihan terbaik Tuhan untuk kita.

Allah SWT mencintai hamba-Nya dan ingin menyelamatkannya dari siksaan lebih pedih dan lebih lama. Nabi pernah bersabda:
” Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kedukaan, penyakit, kesulitan hidup,kesengsaraan, hingga semisal duri yang menusuk kakinya, melainkan itu semua berfungsi sebagai pencuci dosa masa lampau” (Hadis Muttafaq ’Alaih/sangat shahih).
Dalam kesempatan lain Rasulullah pernah bersabda: ”Jika Allah SWT menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya
maka Ia menyegerakan siksaan-Nya (di dunia) dan jika Allah SWT menghendaki sebaliknya kepada hamba-Nya maka Ia menunda siksaan-Nya di hari kiyamat” (Hadis dari Anas, riwayat Turmudzi).

Musibah dan kekecewaan tidak mesti diratapi terlalu lama, bahkan sebaliknya kita perlu mengambil hikmah yang amat penting darinya. Seringkali kita harus bersyukur bahwa musibah memang membawa kekecewaan hidup tetapi pada saat bersamaan kita bisa merasakan adanya kedekatan khusus diri kita dengan Tuhan.
Bahkan kedekatan itu tidak pernah dirasakan sebelumnya. Seringkali justru rasa kedekatan itu lebih menonjol ketimbang rasa kekecewaan itu. Ini artinya musibah membawa nikmat dan betul-betul musibah terasa sebagai ”surat cinta” Tuhan kepada kekasih-Nya.

Semenjak musibah itu terjadi, semenjak itu terjadi perubahan total hubungan diri kita dengan Tuhan. Sebelumnya kita berjarak dengan Tuhan tetapi dengan musibah itu kita tidak lagi mau berpisah dan berjarak dengan Tuhan.

Musibah kita sikapi dengan tawakkal dan mengikhlaskan diri kita kepada-Nya. Semua itu sudah suratan takdir dan telah tercatat di buku blue print (lauh amhfudz).

Jalanilah kehidupan ini dengan datar dan lurus. Kekuatan tawakkal dan ikhlas akan meberikan power dan keajaiban di dalam diri kita.
Ini jaminan Tuhan: ”Jangan berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita” (Q.S. al- Taubah/9:40).
Kiat menjalani dan mempertahankan sikap tawakkal dalam diri kita, diajarkan oleh kalangan guru-guru tasawuf, dengan menghayati secara mendalam dua kalimat syahadat. ”Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rusul Allah”.

Dengan diawali kalimat negasi, menafikan segalanya, kalau perlu menafikan keberadaan wujud kita sendiri. Seolah-olah yang ada dan eksis di jangat ini hanyalah Dia, Allah SWT. Kita melenyapkan hakekat dan substansi diri kita lalu larut kepada suatu Wujud Yang Maha Abadi. Kita bagaikan mayat yang hanyut di sungai, ke mana pun sungai itu bermuara di situlah kita akan dibawa. Terimalah dirinya apapun adanya, karena semua orang membawa takdir dirinya masing-masing.

Ma’rifah seperti ini lebih mudah muncul ketika kita sedang sujud di atas hamparan sajadah di hadapan kebesaran Allah Swt. Lupakanlah musibah dan kekecewaan itu, hilangkanlah semuanya, kalau perlu lupakanlah keberadaan dirinya, seolah-olah yang ada hanyalah Dia Sendiri.

Tidak ada lagi sosok yang ditipa musibah, tidak ada juga sosok orang yang mendatangkan musibah, tidak ada lagi dendam dan tidak ada lagi yang sakit. Semuanya kembali dan menyatu dengan-Nya. Seolah musibah itu datang untuk menghapus memori gelap masa lampau kita.

Ikhlas yang sesungguhnya memberikan rasa optimisme ke dalam diri setiap orang. Orang yang menjalani keikhlasan penuh tidak akan pernah merasa sedih, sakit, lelah, dan kecewa, karena semua yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Karya dan pengabdian yang dilakukan bukan karena Allah SWT itulah yang sering menyedot energi batin seseorang. Yang bersangkutan sering merasa kecewa, lelah.

Bahkan sakit karena harapannya berbeda dengan respons yang diberikan orang lain terhadapnya. Jika semunya kita niatkan seikhlasnya dan kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT maka hidup ini pasti tenang, tidak akan merasa kecewa, tidak akan bersedih, tidak pernah merasa jatuh, dan mungkin tidak akan pernah lagi kita merasa sakit.

Senin, 25 Juni 2012

ilmu itu cahaya

Suatu ketika Imam Syafi'i ( ahli fiqih yang terkenal ) mengadu kepada gurunya yang bernama Waki tentang buruknya hafalan yang dimiliki. Maka kemudian gurunya yang sholih itu memberikan obat kepadanya. Obatnya adalah berupa nasehat.
" Tinggalkan kemaksiatan. Karena sesungguhnya ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat"


Hati yang bersih karena ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah tempat yang nyaman bagi ilmu. Bila ilmu berada di dalam hati yang bersih maka ia akan mengantarkan pemiliknya menjadi takut kepada Allah, sebagaimana firman-Nya " Innama yakhsyallahu min 'ibadihil ulama" sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya adalah orang yang berilmu" (Q.s Fathir : 28)


Ilmu yang berada di dalam hati yang bersih tidak hanya mengantarkan pemilliknya menjadi takut kepada Allah, tetapi juga menjadikan pemiliknya memiliki sifat tawadhu.
Mungkin kita pernah ke sawah dan memperhatikan padi yang menguning, semakin berisi maka ia semakin merunduk. begitulah ilmu jika ia bersemayam di hati orang-orang yang bersih, iklhas karena Allah.

Talk Less Do more

Talk Less Do more, sedikit bicara banyak bekerja, ya " iklan rokok " ini cukup simpel tapi cukup mengena, artinya kita hendaknya lebih banyak bekerja, praktek, solusi bukan cuma teori, bicara atau hanya kritik tetapi no solution.

Kebanyakan dari kita senang menjadi penonton bukan pelaku, senang mengkritik tetapi tanpa solusi.
Untuk sebuah kesuksesan tidak hanya dengan bicara, tetapi bergerak, dinamis tidak pasif.
Kebanyakan dari kita mampu berbicara lantang tentang kesusksesan namun ketika melakukan kita lebih sedikit dari bicara kita.

Ada beberapa hal yang secara umum dapat memacu kesusksesan seseorang yang bila kita lakukan secara istiqomah, konsisten maka mampu membawa  kesuksesan dalam hidup kita :

1. Mulailah dari hal-hal yang kecil, mulai dari hal-hal yang bisa kita lakukan dari sekarang. Jangan cuma bermimpi tetapi berbuat

2.Jangan Tunda!, menunda berarti membunuh kesempatan, karena kesematan tidak datang dua kali
3. Jangan Malu, tentunya jangan malu melakukan hal-hal positif, terkadang kita lebih malu melakukan hal-hal positif.

4.Mulailah hubungan baik, mulailah memberi jangan mencari pamrih karena yakinlah pemberian tidak akan mengurangi rizki kita, justru menambah kaya hubungan silaturahmi kita.

5.Belajar, tidak ada batasan dalam belajar, orang yang merasa pintar sebenarnya dialah orang terbodoh.

6. Komitmen, komitmen dengan apa yang anda impikan, apa yang anda rencanakan, berjalanlah di rel planning dan rencana anda, jadikan kritik dan saran sebagai kayu bakar api semangat anda, jangan menjadi air comberan yang menjadikan api semangat anda tinggal asap berbau pengap, biarkan anjing menggonggong orang sukses tetap berpacu.

7.Terakhir adalah selalu berdo'a, isi jiwa kita dengan hal-hal positif,  karena motivasi spiritual disinyalir sebagai hal terpenting dalam  memacu kesusksesan seseorang, karena energi yang diberikannya akan sangat besar pengaruhnya bagi orang tersebut.

Kasih Sayang Sesama

Setiap hari adalah saat dimana kita bisa berbagi kasih dengan orang disekeliling kita, bukan hanya pada hari  yang digembar-gemborkan sebagai hari untuk berbagi kasih sayang. Berbagi kasih sayang justru harus kita lakukan di setiap waktu selama kita mampu melakukannya. Berbagi kasih sayang juga bukan hanya kita lakukan pada ornag-orang terdekat yang kita sayangi ,bukan juga hanya pada orang-orang yang kita kenal tetapi bahkan mereka yang tak pernah kita temui pun berhak merasakan kasih sayang dari kita.

Tuhan menciptakan kita dengan kasih sayang dan Cinta, sebaliknya kita diciptakan untuk mencintai Sang pencipta dan saling menyayangi sesama makhluknya. Maka, apa salahnya jika kita mencurahkan kasih kepada siapapun yang membutuhkannya, selama kita bisa mengapa tidak?
Banyak sekali orang-orang di luar sana yang butuh kasih sayang tetapi mereka tak mampu merasakan kasih sayang itu secara utuh. Dan terkadang orang-orang yang telah berlimpah kasih sayang justru merasa kekurangan dengan yang dimilikinya.
Berbagi kasih sayang bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, jadi apalagi yang perlu dipertimbangkan untuk hanya berbagi kasih bahkan untuk orang yang tidak pernah kita kenal sekalipun.

Mereka yang kekurangan cinta dari orang tua, mereka yang kehilangan kebahagiaan karena tersakiti oleh orang yang terkasih, dan masih banyak lagi mereka-mereka yang membutuhkan kasih sayang kita.

Dalam agama juga disebutkan bahwa kita harus Mengasihi orang miskin dan menyantuni anak yatim, itulah tanda betapa pentingnya kita untuk berbagi terlebih agi berbagi kasih sayang, kapanpun dan kepada siapapun…

Sebagai makhluk sosial, adalah kodrat kita untuk membutuhkan dan dibutuhkan …
Sekaranglah saatny kita memulai untuk selalu berusaha berbagi kasih dengan orang-orang disekitar kita pun yang tidak kita kenal sebelumnya.

Manfaat Toleransi Beragama

 Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain.Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah meng- hormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita.

1. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)

Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

Mengatasi Kegalauan

Saat ini sedang ngetrend istilah galau, banyak persepsi yang mengartikan galau. Namaun, pada intinya kegalauan adalah perasaaan tidak nyaman karena kembimbangan atau kondisi hati yang kurang mantab dengan apa yang diputuskan atau apa yang dijalani saat ini. Nah, ketika galau melanda apa yang dapat kita laukan? Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan saat galau melanda, diantaranya adalah:

Cari penyebabnya
Mencari sumber kegalauan merupakan hal  yang penting karena dari situlah sumbernya. Ketika sudah tahu penyebabnya maka akan lebih mudah untuk mencaari solusinya. Cobalah untuk merenungi apa yang menimbulkan kegalauan itu.

Berfikir realistis
Realita adalaha apa yang benar-benar terjadi, saat mengalami kegalauan cobalah untuk berfifkir realistis. Karena semakin baik pemikiran solusi yang terbaik akan semakin mudah ditemukan. Hilangkan hayala-hayalan yang meracuni fikiran, karena disitulah letak kegalauan. Karena yang diharapka tidak sesuai dengan harapan.

Curhat dengan orang yang tepat
Curhat dapat meringankan isi hati yang sedang mengganjal. Ketika semua sudah dicurhkan akan terasa plong. Namun, untuk curhat ini juga harus memperhatikan siapa yang diajak curhat. Jangan sampai justru menambah masalah. Ketika curhat pilihlah orang yang faham mengenai masalah yang menyebabkan kegalauan itu sehingga akan memberikan solusi yang tepat.

Segera tentukan langkah
Ketika sudah sudah dicari penyebabnya dan menerima berbagai masukkan maka segeralah untuk mengambil langkah yang terbaik agar kegalauan tersebut tidak berlarut-larut dan semakin menyiksa batin anda.

Segera lupakan kegalauan
Ketika kegalauan anda sudah menemukan solusinya maka segeralah untuk melupakan kegalauan itu dengan mengalihkan perhatian pada kegiatan atau kesibukan lain. Karena kegalauan yang berlarut-larut tidak baik untuk kesehatan jiwa.
Mudah-mudahan bermanfaat..............

Minta Pertolongan Kepada Allah

Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kita untuk semangat dalam melakukan hal yang bermanfaat, kemudian beliau menyampaikan wasiat pula agar kita jangan sampai lupa minta pertolongan pada Allah Yang Berada di atas sana.

Seorang yang berakal dan cerdas pasti akan melakukan hal yang bermanfaat dan akan memilih melakukan yang lebih manfaat. Namun terkadang hati ini berubah, sampai-sampai kita bersandar pada diri sendiri dan lupa meminta tolong pada Allah ‘azza wa jalla. Inilah yang terjadi pada kebanyakan orang, mungkin juga kita. Kita terkadang merasa takjub dengan diri sendiri, seraya dalam benak hati ini mengatakan: Saya pasti bisa menyelesaikannya sendiri. Dalam kondisi ini, Rabb tempat kita bergantung dan tempat kita memohon segala macam hajat, posisi-Nya terpinggirkan. Ketika kita sudah bersemangat dalam melakukan suatu amalan sholeh dan yang bermanfaat, terkadang kita terlena dengan kemampuan kita sendiri, merasa takjub dan lupa meminta tolong pada Rabb kita. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepada kita: Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah pada Allah. Maksudnya adalah janganlah kita melupakan meminta tolong pada-Nya walaupun itu adalah dalam perkara yang sepele.
Misalnya dalam hadits:
لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا حَتَّى يَسْأَلَ شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ
Hendaklah salah seorang di antara kalian meminta seluruh hajatnya pada Rabbnya, walaupun itu adalah meminta dalam hal tali sendal yang terputus.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya. Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim). Yaitu mintalah pada Allah walaupun dalam perkara sepele sekalipun, jangan sampai engkau melupakan-Nya. Misalnya: ketika engkau ingin berwudhu atau melaksanakan shalat, bergerak ke kanan dan ke kiri, atau mungkin ingin meletakkan sesuatu, maka pada saat itu jangan lupa untuk meminta tolong pada Allah. Karena seandainya tanpa pertolongan-Nya, niscaya sedikit pun tidak akan engkau raih.

Bersemangat dalam Hal Yang Bermanfaat

Inilah wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Wasiat beliau ini adalah perintah untuk bersemangat dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat. Lawan dari hal ini adalah melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya (dhoror), juga melakukan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat atau pun bahaya.

Karena yang namanya perbuatan itu ada tiga macam: 
[1] perbuatan yang mendatangkan manfaat,
[2] perbuatan yang menimbulkan bahaya, dan 
[3] perbuatan yang tidak mendatangkan manfaat maupun bahaya. Sedangkan yang diperintahkan adalah melakukan macam yang pertama yaitu hal yang bermanfaat.
Orang yang berakal yang menerima wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini pasti akan semangat melakukan hal yang bermanfaat. Namun kebanyakan orang saat ini menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat. Bahkan kadangkala yang dilakukan adalah hal yang membahayakan diri dan agamanya. Terhadap orang semacam ini, pantas kita katakan: Kalian tidaklah mengamalkan wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Boleh jadi kalian tidak melaksanakannya karena tidak tahu atau karena menganggap remeh. Mukmin yang berakal dan mantap hatinya tentu akan melaksanakan wasiat beliau ini, juga akan semangat melakukan hal yang bermanfaat bagi agama dan dunianya.

Hal yang manfaat dalam agama kembali pada dua perkara yaitu ilmu nafi’ (yang bermanfaat) dan amalan sholeh. 

Yang dimaksud dengan ilmu nafi’ adalah ilmu yang dapat melembutkan dan menentramkan hati, yang nantinya akan membuahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ilmu  nafi’ inilah ajaran Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam tiga macam ilmu yaitu ilmu hadits, tafsir dan fiqih. Yang juga bisa menolong dalam menggapai ilmu nafi’ adalah bahasa Arab dan beberapa ilmu lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Adapun yang dimaksud amalan sholeh adalah amalan yang selalu dilandasi dengan ikhlash dan mencocoki tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun hal yang manfaat dalam masalah dunia adalah seorang hamba berusaha untuk mencari rizki dengan berbagai sebab yang diperbolehkan sesuai dengan kemampuannya. Juga hendaklah setiap orang selalu merasa cukup, tidak mengemis-ngemis dari makhluk lainnya. Juga hendaklah dia mengingat kewajibannya terhadap harta dengan mengeluarkan zakat dan sedekah. Dan hendaklah setiap orang berusaha mencari rizki yang thoyib, menjauhkan diri dari rizki yang khobits (kotor). Perlu diketahui pula bahwa barokahnya rizki seseorang dibangun di atas takwa dan niat yang benar. Juga berkahnya rizki adalah jika seseorang menggunakannya untuk hal-hal yang wajib ataupun sunnah (mustahab). Juga termasuk keberkahan rizki adalah jika seseorang memberi kemudahan pada yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تَنسَوُاْ الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ
Jangan lupakan untuk saling memberi kemudahan di antara kalian.” (QS. Al Baqarah: 237). Yaitu yang memiliki kemudahan rizki memudahkan yang kesulitan, bahkan seharusnya memberi tenggang waktu dalam pelunasan hutang. Apabila semua ini dilakukan, datanglah keberkahan dalam rizki.

Mukmin Yang Kuat

Mukimin yang kuat di sini bukanlah yang dimaksudkan adalah mukmin yang kekar badannya, perkasa dan sehat. Semacam ini yang sering dipahami sebagian orang tatkala mendengar hadits ini.

Yang dimaksud dengan mukmin yang kuat di sini adalah mukmin yang kuat imannya. Bukan yang dimaksudkan dengan kuat di sini adalah mukmin yang kuat badannya. Karena kuatnya badan biasanya akan menimbulkan bahaya jika kekuatan tersebut digunakan dalam hal maksiat. Namun pada asalnya, kuat badan tidak mesti terpuji dan juga tidak mesti tercela. Jika kekuatan tersebut digunakan untuk hal yang bermanfaat untuk urusan dunia dan akhirat, maka pada saat ini terpuji. Namun jika sebaliknya, digunakan dalam perbuatan maksiat kepada Allah, maka pada saat inilah tercela.

Jadi, yang dimaksudkan kuat di sini adalah kuatnya iman. Kita dapat saja menyebut seorang itu kuat, maksudnya adalah dia perkasa dengan kejantanannya. Begitu pula kita dapat menyebut kuat dalam masalah iman.

Yang dimaksud dengan kuatnya iman di sini adalah seseorang mampu melaksanakan kewajiban dan dia menyempurnakannya pula dengan amalan sunnah. Sedangkan seorang mukmin yang lemah imannya  kadangkala tidak melaksanakan kewajiban dan enggan meninggalkan yang haram. Orang seperti inilah yang memiliki kekurangan.

Lalu yang dimaksudkan bahwa orang mukmin yang kuat itu lebih baik daripada yang lemah adalah orang mukmin yang kuat imannya lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah imannya.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa mereka semua (yaitu mukmin yang kuat imannya dan mukmin yang lemah imannya) sama-sama memiliki kebaikan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan demikian agar jangan disalahpahami bahwa mukmin yang lemah imannya tidak memiliki kebaikan sama sekali. Mukmin yang lemah imannya masih tetap memiliki kebaikan dan dia tentu saja lebih baik daripada orang kafir. Namun sekali lagi diingat bahwa mukmin yang kuat imannya tentu saja lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah imannya.

Hikmah Sedekah

Sedekah, adalah sebuah kata yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan saat ini banyak bermunculan lembaga yang mengelaola sedekah ini (Zakat, Infaq dan Shadaqah). Bahkan ada da’i yang menjadikan tema sedekah sebagai Tema Pokok dalam dakwahnya. Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).

Banyak firman Allah SWT dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan keutamaan bersedekah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah ayat 195: “ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan berbuat baiklah (yakni membelanjakannya dengan cara yang baik), karena sesungghnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Atau sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan agar kita selalu tidak menunda-nunda atau menyegerakan dalam bersedekah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ali r.a: “Bersegeralah kamu bersedekah, karena musibah tidak dapat melangkahi sedekah". Andaikan mayoritas masyarakat Indonesia yang mempunyai kelebihan harta yang mau mengeluarkan sedekah lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak, bisa jadi negara tercinta ini akan terbebas dari segala macam bencana yang tiada henti silih berganti datang menerpa, baik musibah dalam skala kecil maupun dalam skala besar yang banyak menimbulkan korban jiwa dan materi.

Pernah pada masa Nabiyullah Ibrahim a.s, ada seorang pemuda datang menemui Nabi Ibrahim untuk memberikan informasi pernikahannya esok hari. Melihat Nabi Ibrahim berbicara kepada pemuda tersebut malaikat Izrail bertanya kepada nabi Ibrahim perihal pemuda tersebut. Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa pemuda tersebut adalah sahabat dan juga muridnya yang akan melangsungkan pernikahan esok hari. Malaikat Izrail pun mengungkapkan keprihatinannya terhadapa pemuda tersebut, karena esok hari pemuda tersebut akan menemui ajalnya. Mendengar informasi yang diberikan oleh malaikat Izrail, hampir saja Nabi Ibrahim tergerak hatinya untuk meneruskan informasi ini kepada pemuda tersebut agar melangsungkan pernikahannya malam hari saja, karena esoknya dia akan menemui ajalnya. Akan tetapi nabi Ibrahim mengurungkan niatnya dan memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah SWT. Namun, keesokan harinya ternyata pemuda ini masih hidup dan dapat melangsungkan pernikahannya dengan sukses. Hari berganti hari, minggu berganti minggu pemuda ini tetap dapat mnghirup udara segar dengan bebas dan belum menemui ajalnya.

Melihat kejadian tersebut, Nabi Ibrahim pun bertanya kepada malaikat Izrail kenapa pemuda tersebut masih hidup, sedangkan malaikat Izrail pernah memberikan informasi kepadanya akan kematian pemuda tersebut. Apakah malaikat Izrail berbohong kepadanya akan informasi tersebut.

Malaikat izrail menjawab bahwa memang rencananya dia akan mencabut nyawa pemuda tersebut, tetapi pada malam sebelum pernikahannya pemuda tersebut menyedekahkan separuh harta kekayaannya. Inilah yang membuat Allah SWT memutuskan untuk tetap memanjangkan umurnya, hingga engkau masih melihatnya hidup.

Kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad SAW bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah sedekah.

Memang tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah. Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan tibanya kematian. (Zarkasih,www.pkesinteraktif.com)

Tawakal

Firman Allah : ” Wa tawakkal ‘Alallahi wakafaa billahi wakilla ” (Dan bertawakallah kepada Allah dan cukup Allah sebagai pemelihara segala urusan) A.Q.S. 3:3.
Sabda Rasulullah : ” Ikatlah untamu dan bertawakallah ” ( R. Ibnu Hibban ).


BERTAWAKALLAH PERINTAH ALLAH
Ber-tawakal kepada Allah ( tawakkal ‘Alallah ), merupakan perintah yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an, di samping perintah-perintah lainnya seperti bertaqwa, bersabar, beristiqomah, ikhlas dan beribadah, ridho dalam menerima ketetapan Tuhan, berlaku adil, berjihad pada jalan-Nya, berkurban dan lain-lain.
Di antara perintah-perintah yang terpokok dan terutama sekali adalah perintah untuk ber-IBADAH kepada-Nya. Oleh karena itulah maka TUGAS POKOK manusia di dunia ini tidak lain beribadah kepada-Nya sebagai mana ditegaskan oleh-Nya : ” Wamaa kholaktul jinna wal insa illa liya’buduuni ” ( Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan semata-mata supaya mereka menyembah-Ku/beribadah kepada-Ku ) A.Q.S. 51:56.

ARTI DAN MAKNA TAWAKAL
Tawakal artinya BERSERAH DIRI DAN BERPEGANG TEGUH KEPADA ALLAH. Di sini terdapat dua unsur pokok yaitu, pertama berserah diri dan kedua berpegang teguh. Kedua-duanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dikatakan tawakal kalau belum berserah diri secara ikhlas. Tidak dapat pula dikatakan tawakal kalau belum berpegang kepada-Nya, belum kokoh atau belum bulat pada tingkat haqqul yakin kepada kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kasih sayang-Nya untuk mengatur segala sesuatu dengan sesempurna-sempurnanya.

Arti Kaya Hati

Orang kaya pastikah selalu merasa cukup? Belum tentu. Betapa banyak orang kaya namun masih merasa kekurangan. Hatinya tidak merasa puas dengan apa yang diberi Sang Pemberi Rizki. Ia masih terus mencari-cari apa yang belum ia raih. Hatinya masih terasa hampa karena ada saja yang belum ia raih.

Coba kita perhatikan nasehat suri tauladan kita. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ِ

ﺽَﺮَﻌْﻟﺍ ِﺓَﺮْﺜَﻛ ْﻦَﻋ ﻰَﻨِﻐْﻟﺍ َﺲْﻴَﻟ ، ِﺲْﻔَّﻨﻟﺍ ﻰَﻨِﻏ ﻰَﻨِﻐْﻟﺍ َّﻦِﻜَﻟَﻭ
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim) Jadi kaya hati adalah kaya yang sebenarnya.

Makna Sabar

           Sabar …….merupakan sifat mulia dan disukai Allah. Dengan kesabaran jiwa seseorang tidak akan lemah dalam menghadapi berbagai bentuk ujian dan cobaan. Sabar dapat membuat seseorang tidak patah semangat dalam menghadapi goncangan dan kesulitan dalam hidup, dan sabar juga merupakan ukuran taqwa dan iman seseorang. 

         Disisi lain sabar mempunyai dua macam makna ; pertama sabar yang berarti lapang dada dan tabah dalam menghadapi segala kasus, problematika, musibah dan ujian yang menimpa diri, kedua mushabarah yang berarti tabah dan teguh menghadapi persaingan dalam memperjuangkan suatu cita-cita. Disinilah kita diuji apakah kita mampu menghadapi persaingan, teguh mempertahankan prinsip dan lebih tabah dalam menjalaninya 

           Sabar dapat dibagi dalam tiga hal, yakni ; sabar dalam mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, sabar dalam menghadapi dorongan hawa nafsu yang tidak baik serta sabar dalam menghadapi musibah / cobaan yang datang dari Allah. Sabar bukan berarti menyerah / kalah terhadap keadaan yang dihadapi tanpa daya upaya dan kesungguhan, melainkan mengerahkan seluruh kemampuan, daya dan tenaga yang ada untuk menghadapi persaingan, penderitaan dan kepahitan hidup.

         Orang yang sabar lebih dapat merasakan ketenangan, keluasan berfikir dan kedalaman menganalisa masalah. Dengan kesabaran seseorang dapat melakukan tindakan-tindakan pencegahan akan segala kerugian yang mungkin menimpa dirinya karena kekeliruan yang tidak diperhitungkan. Selain dari ketenangan, orang yang sabar akan memperoleh banyak teman dan mudah dekat dengan orang lain, sekalipun mereka membencinya.
Akhirnya…… kunci sukses dalam menghadapi segala ujian adalah bersikap sabar dan berpasrah diri pada yang kuasa karena ketentuan segala sesuatu ada di tanganNya…….. 

 ( Innallaaha ma`ashaabiriin )

Minggu, 24 Juni 2012

Jiwa Yang selalu Tersenyum

Banyak pemikir yang berpendapat bahwa tawa dan senyum adalah salah satu sebab yang paling kuat yang mendorong manusia agar lebih efektif dan produktif. Mereka memberikan nasihat, jika Anda ingin hidup tenang, rileks dan berbahagia, penuhi hidup Anda dengan selera humor, sering tersenyum dan tertawa. Karena hal itu akan menciptakan nuansa kejernihan, kebersihan, menghilangkan kesedihan, rasa bosan, dan kuatir terhadap kehidupan ini.

Jiwa yang selalu tersenyum akan melihat kesulitan-kesulitan dengan tenang, untuk kemudian mengalahkan kesulitan itu. Ia melihat kesulitan itu sambil tersenyum, berikutnya menanganinya dengan tersenyum pula, dan selanjutnya ia mengalahkannya dengan tersenyum pula. Sedangkan, jiwa yang cemberut, ketika melihat kesulitan ia akan membesar-besarkannya, kemudian semangatnya menjadi lemah dan berikutnya ia lari darinya, dan berlindung di kepompongnya sambil mencaci-maki zaman dan tempat. Ia selalu beralasan dengan kata-kata “seandainya”, “jika”, dan “kalau.” Padahal zaman yang ia cela itu tidak lain dari hasil temperamen dan pendidikannya. Ia ingin berhasil dalam kehidupan tanpa ingin membayar harganya. Ia melihat di seluruh jalan ada macan yang mengincarnya. Ia menunggu hingga langit menurunkan hujan emas atau bumi memuntahkan kekayaannya.”

Dalam buku "Who Will Cry When You Die?" Robin Sharma menulis bahwa, “Menurut sebuah penelitian, anak berusia empat tahun tertawa 300 kali sehari, sementara orang dewasa hanya tertawa 15 kali sehari. Dengan semua kewajiban, stress, dan kegiatan yang mengisi hari-hari kita, kita lupa bagaimana tertawa. Tertawa setiap hari dilakukan untuk memperbaiki suasana hati, memunculkan kreativitas, dan memberi kita lebih banyak energi.”

Pemain komedi Steve Martin tertawa selama lima menit di depan kaca setiap pagi agar kreativitasnya mengalir dan memulai harinya dengan semangat yang tinggi. Sedangkan William James, bapak Psikologi Modern berkata, “Kita bukan tertawa karena bahagia. Kita bahagia karena kita tertawa.” Pepatah Cina klasik berkata, “Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum seharusnya tidak membuka toko.”

Ahmad Amin berkata dalam buku "Faidh al-Kathir", “Orang-orang yang tersenyum tidak hanya lebih berbahagia dengan diri mereka saja, namun mereka juga lebih mampu bekerja, lebih mampu menanggung tanggung jawab, lebih kuat dalam menghadapi kesulitan dan menyelesaikan masalah, serta melakukan hal-hal besar yang memberikan manfaat kepada mereka dan orang banyak”

DR. ‘Aidh bin Abdullah al-Qarni berkata, “Seandainya saya diberikan pilihan antara harta yang banyak atau jabatan yang tinggi, dengan jiwa yang tenang dan selalu tersenyum, niscaya saya memilih yang terakhir itu. Karena apa manfaat harta dengan disertai kecemberutan? Apa manfaat jabatan dengan disertai tertekannya jiwa? Apa manfaat seluruh yang ada dalam kehidupan ini jika pemiliknya merasa sempit dan tertekan seakan-akan ia baru saja melayat jenazah orang yang dikasihinya? Apa nikmatnya kecantikan istri jika ia cemberut dan mengubah rumah tangganya menjadi Neraka? Maka, akan lebih baik jika istri Anda tidak secantik dia namun mampu membuat rumah tangga Anda menjadi laksana Surga.”

Rasulullah saw adalah sosok pribadi yang banyak tersenyum di hadapan para sahabatnya. Beliau menjadikan senyum sebagai ibadah sebagaimana sabdanya, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Jarir bin Abdullah al-Bujali berkata, “Setiap kali saya menjumpai Nabi saw pasti beliau tersenyum.” Jarir berbangga dengan anugerah ini serta mengumumkan kedermawanan beliau. Dan senyum yang cemerlang hangat dan tulus ini lebih berharga bagi Jarir dibandingkan semua ingatan dan lebih tinggi dibandingkan seluruh harapan.

Diriwayatkan pula bahwa seorang wanita tua pernah mendatangi Nabi saw untuk meminta kepada beliau agar mendoakannya masuk Surga. Beliau lalu bersabda, “Orang tua tidak masuk Surga.” Mendengar perkataan itu, wanita tua itu pun berpaling dan menangis. Tak berapa lama, Nabi saw memanggilnya dan bersabda, “Bukankah engkau pernah mendengar firman Allah dalam surah al-Waa’qiah ayat 35-37 ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” Hr. Thabrani.

Ibnul Jauzi berkata, ”Para ulama yang mulia selalu senang dengan humor dan tertawa mendengarnya. Karena ia menyegarkan jiwa, dan menghibur hati setelah lelah berfikir.”

Wahai saudaraku, pandanglah wajah bayi dan anak-anak balita, anak siapa saja, pasti Anda akan menemukan ketenangan di sana. Karena wajah-wajah mereka selalu tersenyum, bukankah Anda tidak akan pernah menemukan wajah bayi yang cemberut? Lalu tataplah wajah Anda sekali-sekali di dalam cermin, dan tersenyumlah. Perhatikan wajah yang ada di dalam cermin itu, menyenangkan bukan? Jika Anda senang melihat wajah itu tersenyum, tentu orang lain juga akan senang memandang wajah tersebut!

Mengapa harus gundah, gelisah, cemas, dan mengutuk diri sendiri kalau sebagai Muslim, Anda telah meridhai Allah sebagai Rabb-mu, Islam sebagai agamamu, dan Muhammad saw sebagai nabimu. Tersenyum dan berbahagialah dengan terus-menerus menjaga keridhaan itu. Karena hanya dengan keridhaan Allah sajalah Anda akan menikmati kebahagiaan dan kenikmatan yang luar biasa, hidup di taman-taman Surga-Nya. Karena dunia hanyalah sebuah ladang bagi amal dan ibadah kita, tidak lebih dan tidak kurang!

Cara Bersabar Menghadapi Musibah

Sabar adalah salah satu kunci keberhasilan, ada ungkapan “man sabara dhafara” barang siapa bersabar maka akan memperoleh (yang dicita-citakan). Ada keterkaitan antara sabar dan syukur, keduanya seolah tema adik dan kakak. Sabar biasanya ditujukan kepada orang yang berduka sedangkan syukur ditujukan kepada orang yang memperoleh kenikmatan.

            Kedua perbuatan ini tidak mudah, meskipun kelihatan lahirnya mudah bersyukur ketimbang bersabar. tetapi membutuhkan ketelitian bertindak. Tidak sabar membuat putus asa sedangkan tidak bersyukur melahirkan kerakusan tersendiri

.1. Ingatlah selalu akan nikmat Allah, bukankah lebih banyak nikmat yang diberikan daripada musibah yang ditimpakan kepada hambanya. Kalau anda umur 30 tahun, dan sekarang ini mendapat musibah.selama satu tahun saja, itu artinya Allah masih banyak mencurahkan nikmat daripada musibah. Rasulullah mewanti wanti agar selalu mengingat Allah dalam keadaan lapang, maka Allah pasti akan selalu mengingat dalam keadaan sempit.

2. Tidak ada kesulitan yang terus menerus, Allah menciptakan makhluknya berpasang pasangan, ada laki-perempuan, bumi-langit, siang-malam, dan Allah pasti menciptakan kesulitan dan jodohnya yaitu kemudahan. Kalau saat ini belum juga dipertemukan, anggap saja seperti seseorang yang masih dalam tahap pencarian jodoh. Al Qur’an mengingatkan hal itu berulang kali (QS.al Insyirah: 5-6)
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

3. Tanamkan dalam lubuk hati yang dalam bahwa kunci keberhasilan adalah sabar, Ayam yang ingin menetaskan telur saja harus bersabar meng-erami telurnya 21 hari, dalam kondisi yang demikian ayam tidak makan dan tidak minum (baca: puasa) kecuali benar benar perlu.
4. Kalau kondisi sudah benar benar dalam kondisi klimaks, maka ingatlah dengan perkataan Ali ra;
الصَبْرُ مِنَ الأمُوْرِ بِمَنْزِلَةِ الرَّء سِ مِنَ الْجَسَدِ
Sabar dalam sebuah masalah itu (bagaikan) kedudukan kepala dalam jasad.
Alangkah mengerikannya jika menghadapi masalah tidak sabar, seperti mengerikannya jasad yang tak berkepala.

5. Musibah yang bukan karma, adalah ujian saja. Berbahagialah orang yang sedang di uji oleh Allah kerena ia akan naik peringkat. Kalau anda ingin menyelesaikan jenjang
pendidikan pastinya ujian adalah masa yang paling mendebarkan dan moment yang di tunggu tunggu.

Kaya hati

Malam ini mata tak mau terpejam juga. Keletihan sehari kerja mencari nafkah, tak jua membuat mata menjadi lelah. Bukan,……bukan mata yang menjadi lelah, tapi “HATI”.

Diusia yang seharusnya sudah mapan, diri masih bergulat saja dengan keinginan yang tak berujung tak berpangkal. Segala urusan duniawi seakan mengalahkan keinginan untuk lebih mendekat kepada Yang Maha Suci.

Ibadah sunah sudah semakin jarang dijamah, ibadah fardhu sekedar menggugurkan kewajiban yang di emban. Hidup terasa semakin kosong.
“Ya, Allah tunjukkan aku kembali kejalanMu, jalan yang penuh dengan ketenangan dan kelembutanMu”
“Berdzikir aku, diiringi rinai gerimis menjelang pagi. Kuadukan semua masalah hidup, kepada sang Pemberi Hidup (Ya, Almuhyii), kepada sang Pemberi Kemuliaan  (Ya, Al Mu’izzu), kepadaMu yang Maha Pemberi Rezeki (Ya, Ar Razzaaqu)

Dalam sekejap segala kegundahan larung bersama air mata yang terurai. Diatas sajadah ini, di dalam tahajudku, di dalam sujudku,…. kudapatkan kedamaian.
Hambamu yang marasa sederhana, kini merasa kaya akan karuniaMu. Hambamu yang merasa fana, kini merasa berhias mutiara kasihMu. Hambamu yang dhuafa, Kini merasa penuh dengan rahmatMu.
Ketika kulipat sajadah sehabis shalat Shubuh. Semangat untuk berjihad semakin menggebu. Sebuah rahasiaMu telah terkuak di pagi ini.

Rabu, 29 Februari 2012

tak perlu bersedih....

ku yakin tuhan itu maha bijaksana...
ku yakin tuhan itu maha penyayang...

apa yang terjadi dalam hidupku ini
adalah cerita tuhan yang telah ditakdirkanNya untukku..
semua yang ku miliki & yang ku dambakan
itu adalah sebuah mimpiku dan kenyataannya adalah milik tuhan...

tak perlu aku bersedih
apa lagi harus menangis...

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...