Sabtu, 23 November 2013

apa itu IMPL3 ?



setiap seseorang hidup itu pastilah mempunyai sahabat yang menjadi teman dekatnya. IMPL3 adalah sebuah nama yang tak pernah direncanakan adanya dan tak perah diharapkan adanya. IMPL3 merupakan sebuah persahabatan yang begitu sempurna, begitu erat dan begitu solit.

IMPL3 diambil dari singkatan Ikatan Mahasiswa PSB Lantai 3, perlu diketahui bahwa PSB ialah sebuah gdung yang ada di kampus IAIN Antasari Banjarmasin Kalsel, dimana pada tahun 2010 gedung PSB belum difungsikan atau dengan kata lain belum dipakai untuk umum yakni bisa dikatakan gedung kosong.

kata-kata Ikatan Mahasiswa PSB Lantai 3 itu diambil dengan tidak segaja, yaa bahasa banjarnya " tabujuran adanya di PSB lantai 3 ya itu dah namanya". para pendiri IMPL3 adalah mahasiswa yang kuliah di IAIN antasari fak. dakwah, fak. tarbiyah dan fak. ushuluddin. fak. dakwah ada Arif riduan, M. Fadli, Abdul Basit, M. zainal ( sekarang ada di Makasar ),M. sam'ani, M. fazar, Ihsan Fauzi, M. Nanang Suprianto. Fak. Tarbiyah ada Bonek ( nama aslinya Bonek ), Faisal Arif, M. Aldianoor. fak. Ushuluddin ada Ricky Sandy Kurniawan, Wahyu Saputra.

IMPL3 pun sering juga disebut dengan IMPL3 BAM yakni Badan Asiek Mahasiswa , karena IMPL3 orangnya asik dan selalu asik dimana pun selalu asik.

untuk sistem kepengurusan IMPL3 membebaskan setiap anggota memilih jabatan sendiri, misalnya:
Penasihat IMPL3 : M. Sam'ani
Presiden IMPL3 : Faisal Arief / Presbam
wakil presiden IMPL3 : M. Aldianoor / wapresbam
Ketua Umum IMPL3 : Arif Riduan
Penanggung Jawab : Ricky S. Kurniawan
pengorganisasian: M. Fazar
komisi disiplin : M. fadli
Hubungan Masyarakat : Abdul basit
komisi olahraga dan seni : M. Zainal
pendidikan dan pengembangan : M. nanang suprianto
Pengawas umum: Wahyu Saputra
dokumentasi IMPL3 : Ihsan Fauzi
kesekretariatan : Bonek (nama asli)

adapun para sahabat-sahabat IMPL3 yang kami anggap juga bagian dari satu kesatuan IMPL3 ialah : Iskandar Sibawaihi, Sirojuddin, Setio Taharjo, Saidul bahri, hafiz ansari, ibnu ahmad husin dan yang terhormat Komandan atau Mandan ,, M. Ihsan Rahmani, S.Pd.i












Jumat, 15 November 2013

Metode dan Teknik BKI



LAELAL HAWATI
 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi gestalt yang di kembangkan oleh Frederic Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap ingin mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi gestalt terfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan bagian bagian kepribadian yang terpecah dan tak di ketahui.
Asumsi dasar terapi gestalt adalah bagaimana individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalahnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu, terapi gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsiran nya sendiri, menciptakan pertanyaan-pertanyaannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya klien di dorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.
B.  Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang muncul berkaitan dengan terapi gestalt, yakni:
*      Pengertian gestalt.
*      Tokoh-Tokoh teori Gestalt.
*      Bagaimana konsep dasar dalam terapi gestalt.
*      Seperti apa pandangan terapi gestalt mengenai manusia.
*      Apa saja sumber masalah dalam terapi gestalt.
*      Bagaimana tekhik terapi gestalt.
*      Serta apa saja tujuan terapi gestalt.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari pembahasan mengenai terapi gestalt, ialah sbb:
*      Mengetahui pengertian Gestalt.
*      Mengetahui Tokoh-Tokoh teori Gestalt.
*      Mengetahui konsep dasar dalam terapi gestalt.
*      Mengetahui pandangan terapi gestalt mengenai manusia.
*      Mengetahui sumber-sumber masalah dalam terapi gestalt.
*       Mengetahui seperti apa tekhnik terapi gestalt.
*      Serta mengetahui tujuan tujuan dari terapi gestalt.

D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang di gunakan dalam pembuatan makalah ini ialah metode kepustakaan yakni dengan mengumpulkan buku-buku yang relevan dengan pembahasan.








BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gestalt
Psikologi Gestalt adalah suatu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam psikologi gestalt disebut phenomena (gejala), sebab dalam suatu gejala terdapat dua unsur yakni objek dan arti. Objek adalah sesuatu yang dapat dideskripsikan setelah objek tersebut ditangkap oleh indra. Pada objek tersebut kiata akan memberikan arti dan sekaligus kita mendapatkan suatu informasi dari objek tersebut.
B.  Tokoh-Tokoh Gestalt
MAX WERTHEIMER (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941), dia melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Konsep penting teori psikologi Gestalt yaitu phi phenomenon. Phi phenomenon yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a)      Hukum Kedekatan (law of Proximity)


Bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan di pandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya: Ketika kita memasuki ruangan 302 USD Kampus 3, kita akan menemui banyak meja, tapi kita akan lebih mudah melihat banyak meja tersebut dengan pengelompokan meja yang telah diatur menjadi 3 baris.
a)      Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
Bahwa orang akan cenderung mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang tidak lengkap, Contohnya: Ketika kita sedang membaca bacaan, yang saat itu huruf-hurufnya terpotong-potong karena tinta hasil fotocopy yang kurang jelas. Akan tapi pada akhirnya kita dapat membaca tulisan tersebut dengan memperkirakan huruf apa saja yang tertulis.   
b)      Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
Bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan di pandang sebagai suatu objek yang saling memiliki. Pada contoh disamping, umumnya orang akan cenderung melihat delapan kolom yang vertical dibanding empat baris yang horizontal, sebab adanya kemiripan atau kesamaan yang membentuk arah vertical.


WOLFGANG KOHLER (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Ia mengadakan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Yang kesimpulannya bahwa apabila organisme menghadapi suatu masalah atau problem maka akan terjadi ketidak seimbangan kognitif sampai masalah itu selesai.
KURT KOFFKA (1886-1941) 
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Sumbangan Koffka terhadap psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, hingga psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
C. Konsep Dasar Terapi Gestalt
Terapi gestalt adalah suatu terapi eksistensial yang menekankan kesadaran “di sini” dan “sekarang”. Fokus utamanya adalah pada ” apa dan “bagaimana nya” tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara afektif. Konsep utamnya mencakup penerimaan tanggung jawab pribadi, hidup pada saat sekarang, pengalaman langsung yang merupakan kebalikan dari membicarakan pengalaman-pengalaman abstrak, penghindaran diri, urusan yang tak selesai dan penembusan jalan buntu.
Psikologi gestalt, meski di pengaruhi oleh psikoanalisis, bukan merupakan terapi yang interpretatif. Pendekatan ini menitikberatkan pada semua yang timbul pada saat ini. Pendekatan ini di sebut ahistorik karena tidak memperhatikan masa lampau, dan juga pendektan ini tidak memperhatikan yang akan datang. Perls mengatakan bahwa yang lalu sudah tidak ada lagi, sedangkan yang akan datang belum ada, jadi yang ada adalah saat ini. (perls 1970).
Seperti juga pada psikologi humanistik lainnya, pendekatan gestalt juga beranggapan bahwa organisme mempunyai potensi untuk menentukan dirinya sendiri. Ia mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya.
Psikoterapi gestalt ini di temukan oleh Frederic S. Pearl (1894-1970) yang di dasari oleh empat aliran, yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme. Menurut perls individu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata individu yang sehat adalah yang seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi gestalt. Menurut perls, banyak sekali manusia yang mencoba menyatakan apa yang seharusnya dari pada menyatakan apa yang sebenarnya.

D. Pandangan Teori Gestalt Mengenai Manusia
Pandangan gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, gestalt berfokus pada pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi dalam diri. Pandangan gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.
Fritz Perls menggunakan terapi Gestalt secara paternalistik. Klien harus tumbuh dan berdiri diatas kedua kakinya, dan mempersoalkan masalah hidupnya sendiri (Perls, 1969a). Gaya melakukan terapinya meliputi dua agenda personal : memindahkan klien dari dukungan/pengaruh lingkungan pada dukungan/ pengaruh dirinya sendiri dan memadukan kembali bagian bagian kepribadian yang di ingkari. Jelasnya, cara kerja perls, terapi Gestalt secara kontemporer menekankan dialog anatara klien dan ahli terapi.
Pandangan Gestalt pada perangai manusia berdasarkan pilosofi eksistensial, fenomenologi, dan teori lapangan. Tujuan terapi bukan pada analisis tetapi pada kesadaran dan hubungan dengan lingkungan. Dimana lingkungan terdiri dari dunia eksternal dan internal.
Assumsi Dasar terapi Gestalt yakni bahwa individu memiliki kapasitas untuk “mengatur diri” dalam lingkungannya ketika menyadari apa yang terjadi dalam lingkungannya
.


E.  Sumber Masalah Dalam Terapi Gestalt

*      SAAT SEKARANG
Salah satu sumbangan utama dalam terapi gestalt adalah penekanannya pada di sini dan sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang. Keadaan sekarang merupakan masa yang paling penting dalam terapi gestalt. E Polster dan Polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “kekuatan adalah keadaan yang ada saat ini”. Banyak orang menghabiskan energinya untuk menangisi kesalahan masa lalunya. Untuk membantu klien menjalin hubungan dengan saat sekarang, pelaksana terapi gestlat terfokus pada beberapa pertanyaan “apa” dan “bagaimana” bukan “mengapa”. Seperti :Apa yang terjadi sekarang ini? Apa yang sedang berlangsung sekarang? Apa yang anda alami sekarang? Dan lain sebagainya.
*      URUSAN YANG TAK SELESAI
Dalam terapi gestalt, ada yang di sebut konsep urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang terpendam seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan,rasa berdosa dan sebagainya. Urusan yang tak selesai ini tetap bertahan sampai individu menghadapi dan mempermasalahkan perasaan-perasaan yang terpendam. Perasaan yang tidak di kenal menimbulkan emosi yang tidak perlu yang dapat mengacaukan kesadaran yang ada saat sekarang. Menurut perls, rasa sesal atau dendam paling sering menjadi sumber dan menjadi bentuk urusan tak selesai yang paling buruk, karena menurut pandangan perls, rasa sesal menjadikan individu terpaku, yakni dia tidak bisa mendekati atau pun terlibat dalam komunikasi yang otentik sampai dia mengungkapkan rasa sesalnya itu. Mengungkapkan rasa sesal menurut perls adalah suatu keharusan karena rasa sesal yang tak terungkapkan sering kali akan berubah menjadi perasaan berdosa.
F.  Tekhnik Terapi Gestalt
Levitsky dan perls (1970) membuat diskripsi yang jelas mengenai sejumlah intervensi yang dapat di gunakan dalam terapi gestalt, yakni di antaranya:


*      PERMAINAN DIALOG
Salah satu tujuan dari pada terapi gestalt adalah untuk memadukan fungsi dan penerimaan aspek-aspek kepribadian yang sudah di tunjukkan akan tetapi di tolak. Terapi gestalt memberikan perhatian penuh terhadap fungsi kepribadian ganda. Bagian utamanya adalah antara “to dog” dan “under dog” dan terapi di fokuskan pada pertentangan keduanya. Dalam hal ini kelompok top dog merasa selalu benar, berkuasa, bermoral, menuntut, jadi atasan serta manifulatif. Sedangkan kelompok under dog sebaliknya, selalu merasa menjadi korban aturan, tidak mendapat pertolongan dan lemah, serta tidak punya kekuasaan apapun. Kaum top dog berkarakter tirani dan selalu main tunjuk sedangkan under dog selalu melanggar aturan. Konflik ini akan menimbulkan kepribadian yang egois dan memerlukan sebuah dialog internal dalam tahap terapinya. Kemudian konflik antara dua sisi kepribadian yang berlawanan itu berakar pada mekanisme introyeksi yang melibatkan penggabungan aspek-aspek dari orang lain ke dalam sistem individu.
*      PERMAINAN MELEBIH LEBIHKAN
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda atau isyarat-isyarat halus yang di kirimkan oleh seseorang melalui bahsa tubuh. Karena gerakan-gerakan, sikap-sikap badan, mimik muka dapat mengomunikasikan makna-makna yang penting. Begitu pula isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Jadi dalam hal ini klien di minta untuk melebih lebihkan gerakan-gerakan atau mimik muka secara berulang ulang, yuang biasanya mengintensifkan perasaan yang berkaitan dengan tingkh laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas. Dalam hal ini misalanya tersenyum sambil mengungkapkan kesakitan atau perasaan yang negatif, gemetar di sertai dengan menggoyang goyangkan kaki dan tangan, duduk lunglai, dan sebagainya. Tekhnik ini sering membawa hasil bahwa klien mulai sungguh sunguh mendengar dan di dengar oleh dirinya sendiri.
G. Tujuan Terapi Gestalt
Tujuan dasar terapi gestalt adalah memperoleh kesadaran atau membantu klien agar menemukan pusat dirinya, kesadaran itu meliputi pengetahuan tentang lingkungan, pengetahuan tentang pribadi seseorang, menerima seseorang serta mampu menjalin hubungan. Meningkatkan dan memperkaya kesadaran di pandang sebagai langkah kuratif. Tanpa penyadaran klien tidak akan memiliki alat untuk merubah kepribadian. Kemudian melalui keterlibatan yang kreatif dalam proses terapi gestalt, zinker (1978) mengharapkan klien akan:
*   Meningkatkan kesadaran diri.
*   Secara bertahap, dapat mengambil hikmah pengalaman.
*   Mengembangkan kemampuan dan memperoleh nilai untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus melanggar hak orang lain.
*   Lebih sadar akan perasaannya.
*   Belajar bertanggung jawab pada apa yang mereka lakukan, termasuk menerima konsekwensi perbuatannya.
*   Serta mampu meminta dan mendapat pertolongan dan menolong orang lain.














BAB III
SIMPULAN
Terapi gestalt merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan pengalaman yang menekankan kesadaran yang ada saat ini dan yang menekankan kualitas hubungan antara individu dengan lingkungannya. Tujuan pendekatan ini adalah terlebih dahulu hanyalah untuk mencapai kesadaran. Tujuan terapik yang lain adalah untuk membantu klien dalam untuk mengeksplorasikan bagaimana mereka menjalin hubungan dengan unsur-unsur lingkungannya. Perubahan terjadi seiring dengan tingginya tingkat kesadaran akan apa yang ada.
Terapi gestalt menyajikan intervensi dan tantangan yang di perlukan, yang dapat membantu individu memperoleh pengetahuan  dan kesadaran untuk melangkah menuju pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu akan penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga kemudian bisa mengumpulkan kekuatan dan energi guna mendapatkan keberadaan yang lebih otentik. Terapi gestalt sendiri memiliki sasaran dasar yang penting yakni menantang individu atau klien agar berpindah dari “di dukung oleh lingkungan” menjadi “di dukung oleh diri sendiri”. Menurut perls, sasaran terapi adalah menjadikan klien tidak tergantung pada orang lain, menjadikan klien menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak dari pada apa yang di pikirkannya. Dengan begitu individu dapat menangani sendiri masalah masalah hidupnya secara efektif.







DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald, Teori Dan Praktik Konseling Dan Psikoterapi. Bandung, PT. Refika Aditama, 2003.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Berkenalan Dengan Aliran Aliran Dan Tokoh Tokoh Psikologi.Jakarta, Bulan Bintang.
Sujanto, Agus, Psikologi Umum. Jakarta, Bumi Aksara, 1993.
Prawitasari, Dkk, Psikoterapi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2002.
Willis, Sofyan, Konseling keluarga.Bandung, Alfabeta, 2009.




Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...