Rabu, 13 November 2013

Masyarakat Gerilya Dalam Menjalankan Ajaran Agama Dan Dakwah Transformatif



Nama                              : Arif Riduan
Nim                                 : 1001340984
Mata Kuliah                   : Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan


A. Masyarakat Gerilya
            Jalan Gerilya adalah nama tempat atau jalan yang ada di pinggiran Kota Banjarmasin, tepatnya di Kelayan B unjung. Jalan Gerilya mempunyai dua RT yaitu RT 18 dan 27 (di depan) sedangkan RT lainya juga ada tetapi masuk terus kedalam.
            Masyarakat jalan Gerilya Kelayan B atau yang sering disebut mayarakat Gerilya (depan) ialah masyarakat yang mempunyai nilai solidaritas yang masih tinggi, dimana didalam kegiatan-kegiaan kewargaan maupun kegiatan keagamaan selalu dilakukan secara gotong royong dan bahu-membahu.
            Kawasan Jalan Gerilya (depan) dihuni oleh mayoritas penduduk asli turun temurun sudah tinggal di Gerilya sejak dulu maupun telah lama bertempat tinggal. Perekonomian warga pun rata-rata sama namun bermacam ragam jenis profesi,akan tetapi juga banyak warga yang nilai perekonomiannya tergolong rendah serta menimbulkan masalah-masalah sosial seperti perkelahian, pencurian, perjudian, dan mabuk-mabukan. dengan berbagai hal tersebut menjadikan nilai-nilai terbentuknya solidaritas dikalangan masyarakat Gerilya dan juga menjadi faktor utama timbulnya kesenjagangan sosial dimasyarakat.
            Dengan adanya nilai-nilai solidaritas diantara warga Gerilya maka dapat membangun kebersamaan dalam berbagai hal, misalnya membersihkan jalan, ronda malam, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan lainnya bahkan solitaritas dalam hal negatif lainnya seperti perjudian, perkelahian, pemakaian narkoba dan sebagainya. Namun bisa dikatakan antara kegiatan yang negatif dan positif yang terjadi dimasyrakat gerilya ini berimbang karena masih banyak juga warga yang berpegang teguh dengan norma-norma yang berlaku.       


B. Konsistensi Warga Gerilya Menjalankan Ajaran Agama
            Konsitensi warga mayarakat Gerilya menjalankan agama dapat dilihat dari keaktivan kegiatan-kegiatan agama yang terlaksana di musholla Tarbiyatul Islamiyah yang berada di jalan Gerilya serta menjadi sentral peribadahan waega masyarakat Gerilya.
            Musholla yang permanaen tersebut di bangun sekitar tahun 1960 dan sampai saat ini mengalami banyak perombakan serta perenovasian. Mosholla tersebut dibangun warga secara gotong royong dan musholla tersebut digunakan untuk sholat lima waktu secara berjama’ah terkecuali sholat dzuhur dan isya dikarnakan warga yang sibuk disiang hari. Sedangkan sholat subuh, magrib dan isya selalu dilaksanakan berjama’ah di musholla tersebut dengan jama’ah yang cukup banyak, apabila magrib sekitar 10-20 orang, isya 10-15 orang dan subuh sekitar 5-15 orang saja.
            Ketika hari raya tiba baik itu hari raya idul fitri maupun idul adha maka musholla tersebut menjadi tempat sholat ied untuk warga Gerilya, begitu juga dengan kegiatan  keagamaan lainya seperti peringatan maulidnya Nabi, isya mi’rajnya Nabi, dan sholat tasbih ketika nisfu sya’ban selalu dilaksanakan dimusholla tersebut.
            Musholla Tarbiyatul Islamiyah juga menjadi pusat kegiatan keagamaan lainya seperti pelatihan seni terbang oleh Perkumpulan Maulid Al-habsy Tarbiyatul Islamiyah, kegiatan yasinan warga dan tadarus al-qur’an.
            Konsistensi menjalankan agama pada mayarakat Gerilya secara individual bisa dikatakan berimbang, antara warga yang mengamalkan agama dengan warga yang tidak mengamalkan agama. Terlebih, yang mengamalkan agama itu kebanyakannya ialah para orang tua sedangkan yang tidak mengamalkan agama kebayakannya ialah para remaja.
            Warga masyarakat Gerilya sebenarnya mengamalkan nilai-nilai agama didalam kehidupan sehari-harinya namun hal tersebut tidak dilakukan setiap hari. Ada warga yang sering mabuk-mabukan tetapi ia juga sering aktif dalam kegiatan keagamaan seperti sholat maupun puasa namun ia juga tidak bisa meningggalkan kebiasaan buruknya yakni mabuk-mabukan. Dengan bermacam ragam perbuatan warga tersebut baik itu positif maupun negatif, warga masih mengenal akan solidaritas yang tinggi dan bisa dikatakan konsistensi untuk menjalankan nilai-nilai agama oleh sebagian warga berimbang dengan warga yang tidak menjalankan nilai keagamaan.

C. Organisasi Keberagamaan
            Masyarakat Gerilya mempunyai beberapa kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lebih khusus kegiatan keagamaan yang menjadi kegiatan rutinitas bagi Masyarakat Gerilya dalam melaksanakan kesehariannya bermasyarakat.
            Dalam berbagai kegiatan masyarakat tersebut ada yang terselenggara oleh pemerintah dan ada yang diselenggarakan oleh warga itu sendiri. Kegaiatan tersebut ialah:
a.       Dari pemerintah, seperti adanya Rukun Tetangga atau Rukun warga yang di masyarakat Gerilya terlaksana dengan bagus, baik dari segi pelaksanannya maupun kegiatannya.
b.      Dari warga (formal), seperti organsasi keremajaan yakni Perkumpulan Maulid Al-Habsy Tarbiyatul Islamiah Banjarmasin yang ditanda tangani oleh RT, Kelurahan dan Kecamatan setempat. Organisasi tersebut dibangun untuk kegiatan warga khususnya para remaja agar para remaja disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang positif dan menjadikan wadah untuk menyalurkan rasa kreatifitas para remaja tentang seni terbang maulid al-habsy.
c.       Dari warga (non-formal), seperti: (1) majelis ta’lim yang dilaksanakan setiap satuu kali seminggu yakni setiap minggu setelah sholat subuh dimusholla Tarbiyatul Islamiyah,(2) majelis ta’lim yang dilaksanakan setiap senin pagi di tempat tinggal guru besar KH. Supian. Dimana kedua majelis tersebut dipimpin oleh KH. Supian yang juga bertempat tinggal di jalan Gerilya. Majelis tersebut mengkaji tentang ajaran agama seperti, akhlak, tasawuf, fiqih, dan ajarah agama lainnya. (3) Arisan Yasinan yang dilaksanakan setiap malam jum’at, dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan amalan-amalan masyarakat seperti baca yasin dan tahlilan dan acara yasinan tersebut di isi dengan ceramah agama oleh K.H. Marwan Hasan yang sering memimpin kegiatan yasinan tersebut. (4) Rukun kematian, warga menyebutnya rukun kematian padahal acara tersebut sejenis seperti arisan, ada warga yang meninggal dunia maka akan dibantu oleh warga anggota rukun kematian dengan iyuran yang telah ditetapkan.
            Dari berbagai kegiatan tersebut sampai saat ini tetap terlaksana dengan baik oleh warga masyarakat jalan Gerilya. Selama ini didalam kegiatan tersebut tidak pernah terdapat hambatan-hambatan yang serius, namun kegiatan tersebut khususnya kegiatan keagamaan yang di laksanakan hanya diikuti oleh para orang-orang tua aja sedangkan sangat jarang para remaja ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Hanya kegiatan perkumpulan maulid al-habsy saja yang sering di ikuti oleh remaja sekita itu pun hanya sedikit selebihnya adalah anak-anak usia sekolah dasar.
D. Masalah Yang Sering Terjadi Di Masyarakat Gerilya
            Di dalam suatu kelompok masyarakat terkadang sering dilanda beberapa masalah yang sering terjadi. Hal tersebut juga terjadi dikalangan warga masyarakat jalan Gerilya yang juga sering terjadi masalah-masalah sosial, terlebih masalah kenakalan remaja.
             Kalangan remaja warga jalan Gerilya bisa dikatakan sebagai penyumbang utama terjadinya masalah, misalanya penyalah gunaan narkoba, perjudian, perkelahian, dan  asusila. Walaupun masalah yang terjadi bukan hanya dilakukan oleh para remaja tetapi para orang tua juga sering terlibat seperti narkoba, judi dan perkelahian namun yang lebih menonjol ialah yang terjadi dikalangan remaja.
            Pengunaan narkotika khususnya minum-minuman keras ialah salah satu masalah yang paling menonjol dan dianggap wajar oleh remaja warga Gerilya. Minum-minuman keras seperti minuman alkohol oplosan hampir setiap hari dikunsumsi oleh mereka, bahkan dibulan ramadhan serta malam hari raya, seakan-akan minuman keras tersebut menjadi hal yang biasa.
            Pengguna alkohol oplosan itu ialah remaja mulai dari usia 12-20 tahun bahkan tidak jarang orang tua yang berumur 30-50 tahun juga ikut meminum-minuman keras tersebut. Apalagi ketika ada acara perkawinan atau acara hiburan maka disudut-sudut jalan dapat terlihat ada orang yang mabuk-mabukan tanpa ada rasa malu mereka melakukan hal tersebut. Bukan hanya alkohol namun jenis narkotika lainnya juga sering digunakan oleh remaja Gerily,a seperti shabu-shabu, obat-obatan dan jenis narkotika lainnya.
E. Cara Warga Mengatasi Masalah
            Peran ketua RT tentunya menjadi peran penting untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dimasyarakat yang keras, seperti masyarakat Gerilya. Ketua RT yang terpilih ialah seorang pigur atau tokoh masyarakat yang disegani oleh warga, seperti halnya M. Yusuf selaku ketua RT 18, beliau ialah orang yang cukup disegani oleh warga begitu juga Usman selaku ketua RT 27 yang juga orang yang disegani.
            Peran kedua ketua RT tersebut cukup membantu mengurangi masalah kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat gerilya. Seringkali ketua RT membubarkan orang-orang yang sedang mabuk-mabukan, begitu juga masalah lainya, seperti perkelahian. Apabila terjadi perkelahian maka ketua RT lah yang menjadi penengah dan menjadi fasilitator untuk memusyawarahkan warga yang bertkai agar berdamai dan memaafkan.semua hal tersebut juga sering dilakukan oleh tokoh masyarakat lainnya seperti tuan guru dan tokoh masyarakat yang disegani.
F. Metode Dakwah Yang Ideal Bagi Warga Gerilya
            Masyarakat Gerilya yang masih kental akan nilai solidaritas kemanusiaannya maka akan cocok dengan metode dakwah transformatif. Dakwah transformatif merupakan model dakwah, yang tidak hanya mengandalkan dakwah verbal (konvensional) untuk memberikan materi-materi keaagamaan kepada masyarakat, yang memposisikan da’i sebagai penyebar pesan-pesan keagamaan, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam kehidupan ril masyarakat dengan cara melakukan pendampingan masyarakat secara langsung. Dengan demikian, dakwah tidak hanya untuk memperkukuh aspek relijiusitas masyarakat, melainkan juga memperkukuh basis sosial untuk mewujudkan transformasi sosial. Dengan dakwah transformatif, da’i diharapkan memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan dan melakukan pendampingan masyarakat untuk isu-isu korupsi, lingkungan hidup, penggusuran, hak-hak perempuan, konflik antaragama, dan problem kemanusiaan yang berhubungan dengan nilai-nilai solidaritas sesama manusia.
            Di sinilah, para da’i memiliki peran yang strategis dalam mengubah pandangan keagamaan masyarakat Gerilya. Sebab, pemahaman keagamaan masyarakat biasanya sangat dipengaruhi oleh para da’i (ustadz, dal, kyai). Oleh karena peran mereka yang begitu besar dalam memproduksi pemahaman agama masyarakat Gerilya, maka sangat diperlukan model dakwah yang mampu melakukan perubahan dalam teologi dan praktik sosial.
            Dalam visi transformatif, ada kepedulian terhadap nasib sesama yang akan melahirkan aksi solidaritas yang bertujuan mempertalikan mitra insani atas dasar kesadaran iman bahwa sejarah suatu kaum hanya akan diubah oleh Tuhan jika ada kehendak dan upaya dan semua anggota kaum itu sendiri. Transformasi merupakan jalan yang paling manusiawi untuk mengubah sejarah kehidupan umat manusia. Sebab, dalam proses mi yang berlaku adalah pendampingan dan bukan pengarahan apalagi pemaksaan. Transformasi pada dasarnya juga adalah gerakan kultural yang didasarkan pada liberalisasi, humanisasi, dan transendensi yang bersifat profetik. Yakni pengubahan sejarah kehidupan masyarakat oleh masyarakat sendiri ke arah yang lebih partisipatif, terbuka dan emansipatoris
            Dakwah Nabi Muhammad bukan hanya penyebaran akidah Islam, tetapi juga untuk mengubah struktur masyarakat yang sudah bobrok. Nabi Muhammad berbeda dengan pendakwah lain, tidak berminat mengajarkan moralitas individu di dalam tatanan sosial yang bobrok. Persoalan yang dia hadapi bukanlah moralitas bawaan individu semata; bagi beliau persoalan moral juga merupakan persoalan sosial, dan dengan demikian moralitas barunya hanya bisa dibangun dengan jalan mengubah struktur sosial yang sudah usang.
            Dengan metode dakwah tersebut semoga warga masyarakat gerilya akan selalu mendekatkan diri kepada Allah karena tergugah hatinya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh da’i. Para da’i yang menjalan dakwah tersebut juga diharap bukan hanya da’i setempat saja namun adanya campur tangan pemerintah untuk juga ikut berperan dalam pelaksanaan dakwah tersebut baik itu dari Departemen Agama maupun dari pihak kepolisian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...