Rabu, 13 November 2013

KEMULIAAN MANUSIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN MANUSIA DIAKHIRAT KETIKA DIDUNIA ( TAFSIR AL-QUR’AN SURAH AL-ISRO AYAT 70-73 )



ARIF RIDUAN

BAB I
PENDAHULUAN
            Allah S.W.T adalah tuhan yang menciptakan sekalian alam semesta ini, tidak terkecuali manusia. Manusia adalah dikatakan makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk-makhluk lain yang diciptakan-Nya.
            Manusia pun hendaknya mengetahui tentang dirinya dari kelebihan tersebut, apa saja kelebihan-kelebihan manusia dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainya dan dengan kelebihan tersebut hendaklah manusia menggunakannya sebaik mungkin yakni bersyukur dan sadar atas apa tugas mereka berada didunia ini.
            Tugas manusia dimuka bumi itu sendiri bukanhanya sebagai khalifah dimuka bumi ini yakni pemimpin-pemimpin pengurus kelangsungan dimuka bumi ini namun tugas manusia ialah berdakwah, menyeru sesame umat manusia agar berada dijalan Allah, dalam al-qur’an surah huud ayat 61:
( uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkŽÏù çnrãÏÿøótFó$$sù
..Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya ..
            Allah S.W.T menyeru manusia agar saling memakmurkan sesame yakni saling brdakwah mengajak kejalan Allah agar bahagia didunia dan diakhirat kelak.
            Manusia bukan hanya hidup didunia manusia juga punya tanggung jawab diakhirat atas perbuatan mereka ketika hidup didunia. Maka sebelumnya hendaklah membahas siapa itu manusia dan tanggung jawabnya diakhirat nanti di bab selanjutnya.








BAB II
PEMBAHASAN
  A. Keutamaan Manusia di Dunia
            Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dimuka bumi, ketika makhluk-makluk lain merangkak dengan empat kaki sedangkan manusia berjalan tegak lurus dan masih banyak kelebihan manusia dibandingkan makhluk lainnya. Allah menciptakan Manusia bukan hanya dengan kesempurnaan tetapi juga dengan kemuliaan-kemulian dan kelebihan dibangdingkan makhluk lainya, sesuai dengan fir’man Allah :
ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ  
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan*, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
* Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.
            Ayat ini menjelaskan bahwasanya manusia adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan sebagai manusia, baik ia taat beragama maupun tidak. Dengan kata qad (قد )  ayat ini menyatakan bahwa dan kami yakni Allah bersumpah bahwa sesungguhnya kami muliakan anak cucu adam, yakni dalam bentuk bagus, berbicara, berpikir, berilmu, dan kebebasan memilih. Didalam tafsir ibnu katsir mengatakan
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ  
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
            Manusia adalah sosok makhluk yang berjalan tegak dengan berpijak dengan kaki dan makan dengan tangan. Sedangkan makhluk lain dari berbagai binatang berjalan dengan keempat kakinya dan makan dengan mulutnya. Selain itu Allah juga memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati yang dapat memahami, mengambil manfaat, dan membedakan, mengetahui manfaat dan keistemewaan serta bahayanya dalam urusan agama dan duniawi juga.
            Sebagaian ulama mengatakan, seperti yang dikatakan Ath-Thabari “keutamaan manusia ialah ia makan dengan tangannya sedangkan binatang langsung dengan mulutnya”. Sedangkan Adh-Dhahhak berkata “manusia mulia karena berkemampuan berbicara dan memilih. Muhammad bin Ka’ab “ Allah memuliakan manusia dengan menjadikan Muhammad S.A.W dari golongan mereka (manusia).
            Nabi Muhammad s.a.w juga memuliakan manusia tanpa terkecuali orang yahudi yaitu pada saat jenazah seorang yahudi dibawa dan melewati Nabi seraya Beliau pun berdiri maksud menghormatinya, dan ketika itu sahabat-sahabat menanyakan sikap beliau tersebut, Nabi s.a.w pun menjawab “ Bukankah yang mati itu juga manusia,?”. Dengan kata lain bentuk kehormatan, kemuliaan dan keistimewaan tersebut tidak khusus untuk satu rasa atau generasi tertentu, tidak pula berdasarkan agama atau keturunan, tetapi untuk seluruh umat manusia yakni anak cucu adam.
Kami angkut mereka didaratan dan dilautan, ayat ini berkaitan dengan ayat Q.S al- Jatsiyah : 13.
t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB
dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat)
            Allah menganugrahkan rahmat-Nya untuk menundukan apa-apa yang ada dibumi, misalnya berbagai bintang yang bisa dijadikan tranportasi untuk memudahkan manusia dalam berjalan seperti unta, kuda, sapid an bintang ternak lainnya yang mereka tunduk dengan manusia dan Allah S.W.T juga menganugrahkan manusia dengan ilmu pengetahuan yang juga memudahkan manusia dalam menjelajah atau berjalan dimuka bumi ini didaratan atau dilautan dengan berbagai transportasi seperti mobil, kereta , kapal dan sebagainya ,bahkan bisa menjelajah luar angkasa.
            Dan kami beri mereka rizeki dari yang baik-baik. Manusia dikaruniakan oleh tuhan berbagai macam rizeki yang baik-baik berupa tanam-tanaman, buah-buahan, daging, susu, dan beraneka makanan yang lezat yang mereka buat sendiri atau dari lainnya yang bermanfaat baginya.
B. Kelebihan Manusia dengan Makhluk Lain
            Fir’man Allah S.W.T didalam surah Al- Isra : 70 “Dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Didalam tafsir Al-Misbah dijelaskan, maksud ayat diatas ialah , kami lebihkan manusia dari hewan dengan akal dan daya cipta sehingga menjadi makhluk yang bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat karena ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedangkan ketaatan malaikat tanpa tantangan. Hal ini berarti menekankan bahwa manusia itu dilebihkan dari makhluk-makhluk tidak terkecuali para malaikat. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa malaikat lebih mulia dari pada manusia seperti yang terdapat pada tafsir Al-Qurthubi mengatakan ada sebagian ulama mengatakan malaikat harus diutamakan atas manusia dan jin karena mereka adalah yang dikecualikan karena malaikat lebih dekat Allah.
`©9 y#Å3YtFó¡o ßxŠÅ¡yJø9$# br& šcqä3tƒ #Yö7tã °! Ÿwur èps3Í´¯»n=yJø9$# tbqç/§s)çRùQ$#   
Al masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah)
Yaitu Malaikat yang berada di sekitar Arsy seperti Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat-malaikat yang setingkat dengan mereka.
            Kemuliaan malaikat atas manusia yaitu dimana kedudukan malaikat lebih dekat dari Allah dan lebih lagi ada yang berpendapat malaikat lebih mulia dari pada manusia karena manusia diwajibkan mengimani malaikat.
C. Manusia diakhirat
            Diakhirat kelak manusia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka ketika didunia, baik itu baik atau buruk perbuatan mereka ketika didunia, fir’man Allah S.W.T :
tPöqtƒ (#qããôtR ¨@à2 ¤¨$tRé& ÷LÏiÏJ»tBÎ*Î/ ( ô`yJsù uÎAré& ¼çmt7»tFÅ2 ¾ÏmÏYŠÏJuÎ/ šÍ´¯»s9'ré'sù tbrâätø)tƒ óOßgt7»tGÅ2 Ÿwur tbqßJn=ôàムWxÏFsù ÇÐÊÈ  
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
            Ayat sebelumnya menguraikan kuasa Allah menganugrahkan keutamaan bagi manusia dengan makhluk lainnya, antara lain berhak untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut akan diungkapkan pada hari kiamat nanti, yaitu pada suatu hari yang ketika itu kami Allah S.W.T, dalam kitab tafsir Al-Misbah mengatakan Allah memanggilnya melalui malaikat-malaikat-Nya. Kami memanggil setiap umat manusia dengan imamnya, yaitu pemimpinnya.
Didalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan yang dimaksud dengan pemimpin meraka itu ialah para Nabi-nabi mereka, sesuai dengan perkataan Mujahid dan Qatadah yang berdasarkan firman Allah S.W.T :
Èe@à6Ï9ur 7p¨Bé& ×Aqߧ ( #sŒÎ*sù uä!$y_ óOßgä9qßu zÓÅÓè% OßgoY÷t/ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ öNèdur Ÿw tbqßJn=ôàムÇÍÐÈ  
tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
            Namun didalam tafsir Al-Qurthubi Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah dan Adh-Dhahhak berpendapat bahwasanya yang dimaksud dengan imam ialah kitab masing mereka seperti ahli Al-qur’an dipanggil dengan “wahai ahli al-qur’an fulan bin fulan dan begitu pula ahli kitan-kitab lainya. Hal ini berdasarkan firman Allah :
...4 ¨@ä.ur >äóÓx« çm»uZøŠ|Áômr& þÎû 5Q$tBÎ) &ûüÎ7B ÇÊËÈ  
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata
            Dan sebagian ulama berpendapat yang dimaksud dengan imam itu ialah segala sesuatu yang diteladani baik itu para Nabi, kitab-kitab, manusia, patung-patung, raja, bintang, bahkan nafsu, misalnya “wahai umat nabi Muhammad fulan bin fulan, wahai penyembah patung fulan bin fulan atau wahai penyembah fir’aun atau pun wahai pengikut nafsu fulan bin fulan.
            dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, artinya setelah mereka (manusia) dipanggil kemudian mereka diberi kitab catatan amal-amal mereka dan barang siapa yang diberikan kitab amalnya ditangan kananannya, maka mereka itu adalah orang-orang yang terbuka hatinya gembira karena bertakwa dan membacanya dengan sangat gembira dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.artinya apa yang ia kerjakan didunia maka akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan perhitungan amalnya, sedikitpun tidak dikurangi ataupun dilebihkan dosa-dosa karena apa yang dikerjakannya akan ia dapatkan diakhirat.
            Kata (فتيلا  ) fatiil yang diterjemahkan dengan bahasa artinya sedikit pun walau didalam kitab-kitab tafsir berbeda-beda asal katanya namun semuanya mempunyai arti kata utama yang sama yaitu sedikit bahkan mungkin saking sedikitnya seperti yang ada pada tafsir Al-Qurthubi, fatiil artinya sesuatu yang ada pada celah biji kurma, pada tafsir Ibnu Katsir fatiil itu bermakna (sekecil) ujung benang dan bahkan di tafsir Al-Misbah fatiil itu bermakna kotoran terkecil yang ada pada celah didalam kuku. Namun semua makna tersebut mempunyai makna utama yaitu sangat teramat sedikit.
`tBur šc%x. Îû ÿ¾ÍnÉ»yd 4yJôãr& uqßgsù Îû ÍotÅzFy$# 4yJôãr& @|Êr&ur WxÎ6y ÇÐËÈ  
            Dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). Artinya barang siapa yang buta hatinya didunia ini, yaitu dengan kesesatan dan kedurhakaan, niscaya diakhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih sesat dari jalan yang benar. Karena sesat didunia masih berkesempatan menemukan jalan yaitu dengan insaf atau taubat, tetapi sesat diakhirat tidak ada lagi taubat dengan kata lain ialah jauh dari nikmat Allah yakni tidak akan masuk surge dan akan masuk neraka.
            Didalam tafsir Al-Qurthubi banyak ulama berpendapat “orang yang buta itu ialah orang yang tidak bisa melihat nikmat Allah ketika didunia dan tidak bersyukur maka diakhirat ia tidak akan melihat nikmat Allah juga”, sedangkan Al-Hasan berkata “ barang siapa kafir dan sesar dari tuhan maka diakhirat akan lebih buta dan sesat jalannya, dan apa pula yang mengatakan orang buta itu ialah orang yang tidak melihat dalili-dalil ke-Esaan Allah, kekuasaan Allah maka diakhirat akan lebih buta yakni jauh dari rahmat Allah S.W.T yaitu masuk neraka , sebagai mana firman Tuhan :
“… dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. ( Q.S. Al-Isra : 79 ).
D. Perlindungan Allah terhadap Manusia dalam Berdakwah
            Selain pertanggungjawaban  akan semua perbuatan mereka manusia memiliki tugas yaitu sebagai khalifah dimuka bumi yakni sebagai pemimpin-pemimpin yang ditugaskan untuk mengatur dan bertanggung jawab atas dunia ini. Salah satu tugas kekhalifahan manusia ialah saling berdakwah kepada sesame manusia saling mengajak kejalan Allah, jalan yang lurus dan jalan yang diridho oleh Allah.
            Didalam berdakwah manusia tentunya akan menghadapi rintangan-rintangan yang akan datang, selayaknya Nabi Muhammad S.A.W yang berdakwah memperjuangkan agama dijalan Allah, Beliau banyak menghadapi tantangan orang-orang kafir, celaan, siksaan dan godaan-godaan yang menjurus untuk menyesatkan beliau tetapi dengan penuh rasa percaya dan teguh akan keyakinan beliau maka tidak sedikitpun beliau gentar dan tergoda, Beliau terus saja memperjuangkan agama dijalan Allah dengan pendiriaan teguh dan pengorbanan tentunya juga dengan pertolongan dan perlindungan Allah, sebagaimana fir’man Allah didalam surah Al-Isra ayat 73 :

bÎ)ur (#rߊ%Ÿ2 y7tRqãZÏFøÿus9 Ç`tã üÏ%©!$# !$uZøŠym÷rr& šøs9Î) yÎŽtIøÿtFÏ9 $uZøŠn=tã ¼çnuŽöxî ( #]ŒÎ)ur x8räsƒªB^w WxŠÎ=yz ÇÐÌÈ  
            Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia.
Untuk memperjelas maksud ayat diatas maka kita perlu mengetahui ayat sesudahnya yaitu :
73. dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia.
74. dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
75. kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami.
            Artinya Allah S.W.T memberitahukan tentang dukungan, peneguhan, penjagaan dan perlindungan-Nya terhadap rasul-Nya dari kejahatan dan tipu daya orang-orang jahat, selain itu Allah adalah yang mengendalikan urusan Nabi-Nya dan menolongnya. Dan tidak menyerahkan kepada makhlik lain selain Allah. Allah adalah pelindung serta menolong dan memeliharanya atas orang-orang yang memusuhinya. Tafsir jalalain menjelaskan orang-orang quraisy yang selalu membujuk Nabi S.A.W dengan segala tipu daya, dan ayat ini menjelaskan bahwasaya Nabi tidak menderung dan tidak pula hamper cenderung terhadap tawaran mereka.
            Para ulama menjelaskan didalam ayat ini ,terukti bahwasanya Allah S.W.T melindungi hamba-hambanya yang berada dan memperjuangkan agama dijalan Allah, seperti Nabi Muhammad S.A.W yang selalu dilingdungi oleh Allah dalam aktivitas Beliau didalam berdakwah, dan hendaklah manusia tidak enggan untuk meminta pertolongan kepada Allah ketika menghadapi cobaan atau godaan yang menyesatkat ketika berjuang dijalan Allah yakni berdakwah. Allah pun melindungi para ulama-ulama yang dijalan Allah karena para ulama itu ialah pewaris para nabi.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwasanya Allah S.W.T menciptakan manusia itu sebaik-baik mungkin dan lebih mulia dari pada makhluk lainya, tidak seperti binatang yang tidak diberikan akal seperti akal manusia yang dapat berkembang sehingga manusia bisa hidup dimuka bumi ini dengan mudah karena akal yang yang berfungsi untuk bisa bertahan hidup an berkembang.
Manusia pun dianugrani kemuliaan dari pada hewan-hewan yang mempermudah kegiatan manusia ketiaka ingin berpergian maka diadakannya onta, sapi dan hewan tunggangan yang tunduk dengan manusia lainnya dan ketika berjalan dilaut maka manusia manusia dianugrani pengetahuan untuk membuat kapal dan sebagainya. dan manusia diberi oleh Allah rizki yang baik dari berbagai yang Dia ciptakan seperti buah-buahan yang lezat. Maka hendaklah manusia itu bersyukur atas apa-apa yang telah dilebihkan, diciptakan dan dianugrahkan oleh Allah kepada manusia dan tidak mensia-siakan anugrah tersebut dan menjadi manusia yang selalu bersyukur atas apa yang telah dianugrahkan tuhan karena manusia itu mulia maka hendaklah memuliakan dirinya ketika kelak kembali disisi Allah.
Pada hari kiamat nanti Allah S.W.T akan mengumpulkan umat manusia sesuai dengan pemimpinnya atau yang diteladaninya. Jika yang diteladaninya Nabi Muhammad. S.A.W maka ia akan dikumpulkan dan dipanggil dengan sebutan pemimpinnya atau teladannya ; “ wahai umat Muhammad fulan bin pulan”, begitu juga umat yang lain; yang meneladani Nabi-nabi, patung, manusia dan lainnya maka hendaklah manusia meneladani tau mengikuti orang yang layak dan menuntun kejalan menuju jalan Allah sehingga tidak tersesat .
Setelah dipanggil, maka manusia kan menerima semua catatan mereka sewaktu didunia, jika mereka ahli kebaikan dan kebenaran maka mereka akan menerimanya dengan tangan kanannya dan dengan sangat bersuka cita gembira, dan jika mereka ahli keburukan atau kemunkaran maka mereka akan menerima catatan itu dengan tangan kirinya dan bersedih hati. Dan dari hasil semua catatan mereka tidak akan dikurangi sedikitpun, itu menandakan Allah itu maha adil. Maka manusia hendaklah mengetahui bahwa apapun perbuatan mereka didunia , baik tau buruk, banyak maupun sedikit akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. Apapun yang manusia lakukan didunia maka diakhirat kelak akan mempertanggungjawabkan berbuatan mereka masing-masing maka manusia mendaklah berbuat amal dijalan Allah agar diakhirat nanti bahagia ketika Allah membalasnya.
Allah S.W.T mengisaratkan didalam firman-Nya, bahwa manusia yang ketika dimasa hidupnya di dunia buta yaitu tidak bertakwa kepada-Nya, tidak mensyukuri nikmat-Nya, mengacuhkan tanda-tanda kebesaran-Nya maupun tidak mendengar ayat-ayat perintah-Nya maka orang itu akan tersesat dalam kebenaran dan apabila didunia mereka begitu maka diakhirat kelak Allah juga akan menyesatkan mereka dari jalan menuju nikmat dan rahmat-Nya yakni surga dan mereka akan dimasukkan kedalam neraka. Maka manusia hendaklah menggunakan anugrah-anugrah tuhan yang telah diberikan-Nya agar manusia tidak tersesat dan buta
Bahwa sanya Allah menolong dan menjaga hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan menjalankan tugas yang telah diberikan-Nya kepada umat manusia. Orang-orang yang berjuang dijalan Allah ialah orang-orang yang dilindungi oleh Allah atas segala cobaan dan tantangan dalan menjalankan tugas kemanusiaan yakni berdakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...