Rabu, 13 November 2013

Fantasi Menurut Psikologi



ARIF RIDUAN
BAB I
PENDAHULUAN

Berfantasi atau berkhayal merupakan salah satu gejala pengenalan (kognisi), yaitu gejala-gejala yang terdapat dalam kejiwaan kita, sebagai hasil dari pengenalan. Berfantasi dapat menimbulkan daya imajinasi kita dalam menciptakan sesuatu yang belum ada, yakni sesuatu yang baru.
Setiap orang mempunyai dan mengalami fantasi yang berbeda-beda. Bahkan pada satu objek yang sama, tiap individu akan memiliki fantasi yang berbeda-beda. Misalnya sekelompok anak dihadapkan pada bola. Si A akan membayangkan bola itu sebagai dunia, sedangkan anak yang lain akan menfantasikan sebagai makanan. Fantasi juga menolong orang untuk memikirkan cara atau strategi menghadapi sesuatu hal yang akan datang. Misalnya, seorang siswa diminta membayangkan apa yang akan terjadi jika ia lulus atau tidak.
Pembahasan tentang fantasi ini tentu sangat menarik untuk diulas dan dibahas lebih dalam lagi, agar dapat memahami secara dalam tentang fantasi yang sehari-hari mungkin kita temui pada diri kita atau orang lain. Pembahasan fantasi yang lebih dalam akan kami bahas di bab-bab berikutnya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fantasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia online fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.
Fantasi menurut Yanto Subiyanto adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan yang akan mendatang.[1] Sedangkan menurut Julianto Simanjuntak, fantasi (imajinasi) adalah kemampuan jiwa yang dapat membentuk satu tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama.[2]
Fantasi dapat terjadi secara sadar ataupun tidak sadar. Fantasi secara sadar misalnya pada seorang pemahat sebuah ukiran yang membentuk ukiran berdasarkan fantasinya. Sedang fantasi tidak sadar biasanya dilakukan oleh anak kecil yang bercerita tidak sesuai dengan kenyataan, walau tanpa ada maksud untuk berbohong.
Abu ahmadi mendefinisikan, Fantasi (Khayalan, Angan-angan, Imagination) adalah kekuatan jiwa untuk menciptakan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang telah dimiliki. Jadi, dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan mampu menjangkau ke depan, keadaan yang akan datang.[3]

B.     Macam-macam Fantasi
            Jenis-jenis fantasi dapat diuraikan sebagai berikut : Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian orang sering membedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin. (1) Fantasi yang menciptakan yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan sesuatu, misalnya seorang pencipta lagu yang menciptakan lagu berdasarkan fantasinya atau pelukis menciptakan lukisan berdasarkan atas daya fantasinya. (2) Fantasi yang dipimpin yaitu bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak yang lain. Misalnya seseorang yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat yang lain dengan perantaraan film itu, sehingga fantasinya dituntun berdasarkan film.
adapun pendapat lainnya ada 6 macam fantasi :
1.      Fantasi disadari: fantasi yang terjadinya disadari oleh individu yang bersangkutan. Misal: seseorang sedang berimajinasi tentang suatu kejadian untuk novelnya
2.      Fantasi yang tidak disadari: fantasi yang terjadinya tanpa disadari atau disengaja oleh yang bersangkutan. Fantasi semacam ini terjadi pada anak-anak, yang kadang-kadang menimbulkan dusta semu pada anak tersebut.
3.      Fantasi Aktif: Fantasi yang terjadinya melibatkan secara aktif gejala-gejala jiwa lainnya seperti pikiran, kemauan, perasaan, dan lainnya.
4.      Fantasi Pasif: Fantasi yang terjadi-nya tidak melibatkan gejala-gejala jiwa lainnya secara pasif. Pada fantasi pasif seolah-olah kedasaran dibiarkan untuk tempat bermainnya daya fantasi.
5.      Fantasi Mencipta: Fantasi aktif yang mampu menghasilkan karya kreatif misalnya lagu, lukisan, cerpen, novel, dsb.
6.      Fantasi Tuntunan: Fantasi aktif yang yang terjadinya dibawah tuntunan sesuatu misalnya fantasi yang timbul pada saat membaca novel, melihat film, mendengarkan lagu, dsb.
Fantasi dibagi menurut caranya orang berfantasi :
a.       Fantasi yang mengabstraksi Cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misal ada anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan digunakan lapangan.
b.      Fantasi yang mendeterminasi Yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya seorang anak belum pernah melihat harimau, kemudian dikenalkan bahwa harimau adalah kucing yang besar. Maka dalam fantasinya akan muncul gambaran kucing besar sebagai harimau.
c.       Fantasi yang mengkombinasi Yaitu cara orang berfantasi di mana orang mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayang yang ada pada individu yang bersangkutan. Misal fantasi tentang ikan duyung, yaitu makhluk yang memiliki kepala wanita dan berbadan ikan atau ular berkepala naga serta contoh lainnya adalah ingin membangun rumah dengan mengkombinasi model Eropa dengan atap model rumah khas Banjar.[4]

C. Manfaat Fantasi Dalam Kehidupan, Pendidikan, dan Bahayanya
            Manfaat fantasi dalam kehidupan, diantaranya:
a.       Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru yang dapat kita nikmati.
b.       Menimbulkan simpati kepada sesama manusia
c.        Dapat mengambil kemanfaatan (inti) sejarah,
d.       Dapat merencanakan hidup kita di kelak kemudian
e.        Dapat merintangi dan mengurangi kesedihan kita.[5]

            Manfaat fantasi dalam pendidikan, diantaranya:
a.       mengajarkan pada anak sejarah ilmu bumi, mendongeng ilmu alam dsb.
b.      Kita tidak akan tergesa-gesa menghukum karena menghukum karena dusta anak, sebab hal itu bukan disengaja oleh anak tapi terbawa oleh perkembangannya.
c.       Membentuk watak anak-anak
d.      Sebagai alat pengajaran kinder garten frobel adalah dengan maksud agar fantasi anak dapa berkembang dengan baik dan leluasa.[6]

            Bahayanya fantasi, diantaranya:
a.       Kalau orang sering dan berlebih lebihan pergi kedunia fantasi yang indah – indah karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali kedunianya yang sebenarnya.
b.       Juga dengan fantasi orang mudah sekali berdusta. Karena ia dikuasai fantasinya, lebih – lebih pada anak – anak.
c.        Dalam merencanakan hidup dihari nannti, mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih – lebihan sehingga besar pasak dari pada tiangnya.
d.       Fantasi yang tanpa pinpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar.[7]

D. Tes Fantasi
            Ada berbagai macam test yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam berfantasi. Menurut Walgito macam-macam test itu adalah:
  1. Test TAT yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee disuruh bercerita tentang gambar itu.
  2. Test kemustahilan yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau ceritacerita yang mustahil terjadi dan testee disuruh mencari kemustahilannya itu.
  3. Heilbronner Wirsma Test yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna.
  4. Test Rorschach yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee diminta untuk menginterpretasikan gambar tersebut.[8]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja (imajinasi).
            Macam-macam fantasi yaitu fantasi disadari, fantasi tidak disadari, fantasi aktif, fantasi pasif, fantasi mencipta dan tuntunan. Sedangkan fantasi menurut caranya orang berfantasi terbagi atas tiga yaitu fantasi yang mengabstraksi, mendeterminasi dan mengkombinasi.
            Fantasi dapat membuat orang kreatif dengan imajinasinya dan dapat menghibur namun jika terlalu lama berfantasi dapat berdampak buruk seperti mengalami kesulitan dalam menghadapi hal di dunia nyata.

B.     Saran
            Dari hasil penulisan makalah ini, pemakalah berharap kepada teman-teman mahasiswa atau mahasiswi untuk lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar memperoleh pengetahuan maupun khazanah yang luas tentang Psikologi khususnya “Fantasi”. Karena kami merasa bahwa makalah ini kurang sempurna.



DAFTAR PUSTAKA

            Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982.
            Subiyanto, Yanto dan Dedi Suryadi, Tanya Jawab Pengantar Psikologi. Bandung: Armico, 1980.





[1] Subiyanto, Yanto dan Dedi Suryadi. (1980). Tanya Jawab Pengantar Psikologi. Bandung: Armico
[3] Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982.

2 komentar:

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...