ARIF RIDUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Berfantasi atau berkhayal merupakan salah satu
gejala pengenalan (kognisi), yaitu gejala-gejala yang terdapat dalam kejiwaan
kita, sebagai hasil dari pengenalan. Berfantasi dapat menimbulkan daya
imajinasi kita dalam menciptakan sesuatu yang belum ada, yakni sesuatu yang
baru.
Setiap orang mempunyai dan mengalami fantasi
yang berbeda-beda. Bahkan pada satu objek yang sama, tiap individu akan
memiliki fantasi yang berbeda-beda. Misalnya sekelompok anak dihadapkan pada
bola. Si A akan membayangkan bola itu sebagai dunia, sedangkan anak yang lain
akan menfantasikan sebagai makanan. Fantasi juga menolong orang untuk
memikirkan cara atau strategi menghadapi sesuatu hal yang akan datang.
Misalnya, seorang siswa diminta membayangkan apa yang akan terjadi jika ia
lulus atau tidak.
Pembahasan tentang fantasi ini tentu sangat
menarik untuk diulas dan dibahas lebih dalam lagi, agar dapat memahami secara
dalam tentang fantasi yang sehari-hari mungkin kita temui pada diri kita atau
orang lain. Pembahasan fantasi yang lebih dalam akan kami bahas di bab-bab
berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Fantasi
Dari Wikipedia
bahasa Indonesia online fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau
dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau
pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.
Fantasi
menurut Yanto Subiyanto adalah kemampuan jiwa untuk membentuk
tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan fantasi manusia dapat
melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke
keadaan yang akan mendatang.[1]
Sedangkan menurut Julianto Simanjuntak, fantasi (imajinasi) adalah kemampuan
jiwa yang dapat membentuk satu tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang
lama.[2]
Fantasi dapat
terjadi secara sadar ataupun tidak sadar. Fantasi secara sadar misalnya pada
seorang pemahat sebuah ukiran yang membentuk ukiran berdasarkan fantasinya.
Sedang fantasi tidak sadar biasanya dilakukan oleh anak kecil yang bercerita
tidak sesuai dengan kenyataan, walau tanpa ada maksud untuk berbohong.
Abu ahmadi
mendefinisikan, Fantasi (Khayalan, Angan-angan, Imagination) adalah kekuatan
jiwa untuk menciptakan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan
tanggapan-tanggapan yang telah dimiliki. Jadi, dengan kekuatan fantasi manusia
dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan mampu menjangkau ke
depan, keadaan yang akan datang.[3]
B.
Macam-macam Fantasi
Jenis-jenis fantasi dapat diuraikan
sebagai berikut : Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi
sekalipun demikian orang sering membedakan antara fantasi yang menciptakan dan
fantasi yang dipimpin. (1) Fantasi yang menciptakan yaitu merupakan bentuk atau
jenis fantasi yang menciptakan sesuatu, misalnya seorang pencipta lagu yang
menciptakan lagu berdasarkan fantasinya atau pelukis menciptakan lukisan
berdasarkan atas daya fantasinya. (2) Fantasi yang dipimpin yaitu bentuk atau
jenis fantasi yang dituntun oleh pihak yang lain. Misalnya seseorang yang
melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat
berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat yang lain dengan perantaraan film
itu, sehingga fantasinya dituntun berdasarkan film.
adapun
pendapat lainnya ada 6 macam fantasi :
1. Fantasi disadari: fantasi yang terjadinya disadari oleh individu yang
bersangkutan. Misal: seseorang sedang berimajinasi tentang suatu kejadian untuk
novelnya
2. Fantasi yang tidak disadari: fantasi yang terjadinya tanpa disadari atau disengaja
oleh yang bersangkutan. Fantasi semacam ini terjadi pada anak-anak, yang
kadang-kadang menimbulkan dusta semu pada anak tersebut.
3. Fantasi Aktif: Fantasi yang terjadinya melibatkan secara aktif
gejala-gejala jiwa lainnya seperti pikiran, kemauan, perasaan, dan lainnya.
4. Fantasi Pasif: Fantasi yang terjadi-nya tidak melibatkan gejala-gejala
jiwa lainnya secara pasif. Pada fantasi pasif seolah-olah kedasaran dibiarkan
untuk tempat bermainnya daya fantasi.
5. Fantasi Mencipta: Fantasi aktif yang mampu menghasilkan karya kreatif
misalnya lagu, lukisan, cerpen, novel, dsb.
6. Fantasi Tuntunan: Fantasi aktif yang yang terjadinya dibawah tuntunan
sesuatu misalnya fantasi yang timbul pada saat membaca novel, melihat film,
mendengarkan lagu, dsb.
Fantasi dibagi menurut caranya orang berfantasi :
a. Fantasi yang mengabstraksi Cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa
bagian sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misal ada anak yang belum
pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan digunakan lapangan.
b. Fantasi yang mendeterminasi Yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi
terlebih dahulu. Misalnya seorang anak belum pernah melihat harimau, kemudian
dikenalkan bahwa harimau adalah kucing yang besar. Maka dalam fantasinya akan
muncul gambaran kucing besar sebagai harimau.
c. Fantasi yang mengkombinasi Yaitu cara orang berfantasi di mana orang
mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayang yang ada pada
individu yang bersangkutan. Misal fantasi tentang ikan duyung, yaitu makhluk
yang memiliki kepala wanita dan berbadan ikan atau ular berkepala naga serta contoh
lainnya adalah ingin membangun rumah dengan mengkombinasi model Eropa dengan
atap model rumah khas Banjar.[4]
C. Manfaat
Fantasi Dalam Kehidupan, Pendidikan, dan Bahayanya
Manfaat fantasi dalam kehidupan, diantaranya:
a. Dengan fantasi para
seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru yang dapat kita nikmati.
b. Menimbulkan simpati
kepada sesama manusia
c.
Dapat mengambil kemanfaatan (inti) sejarah,
d. Dapat merencanakan
hidup kita di kelak kemudian
e.
Dapat merintangi dan mengurangi kesedihan kita.[5]
Manfaat fantasi dalam pendidikan,
diantaranya:
a.
mengajarkan pada anak sejarah ilmu bumi,
mendongeng ilmu alam dsb.
b.
Kita tidak akan tergesa-gesa menghukum karena
menghukum karena dusta anak, sebab hal itu bukan disengaja oleh anak tapi terbawa
oleh perkembangannya.
c.
Membentuk watak anak-anak
d.
Sebagai alat pengajaran kinder garten frobel
adalah dengan maksud agar fantasi anak dapa berkembang dengan baik dan leluasa.[6]
Bahayanya
fantasi, diantaranya:
a. Kalau orang
sering dan berlebih lebihan pergi kedunia fantasi yang indah – indah karena
tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa, karena
kecewa pada waktu ia kembali kedunianya yang sebenarnya.
b. Juga dengan
fantasi orang mudah sekali berdusta. Karena ia dikuasai fantasinya, lebih –
lebih pada anak – anak.
c.
Dalam merencanakan hidup dihari nannti, mudah
sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih – lebihan sehingga besar
pasak dari pada tiangnya.
d. Fantasi yang
tanpa pinpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan
liar.[7]
D. Tes Fantasi
Ada
berbagai macam test yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan individu
dalam berfantasi. Menurut Walgito macam-macam test itu adalah:
- Test TAT yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee disuruh bercerita tentang gambar itu.
- Test kemustahilan yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau ceritacerita yang mustahil terjadi dan testee disuruh mencari kemustahilannya itu.
- Heilbronner Wirsma Test yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna.
- Test Rorschach yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee diminta untuk menginterpretasikan gambar tersebut.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fantasi
adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak
benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja (imajinasi).
Macam-macam
fantasi yaitu fantasi disadari, fantasi tidak disadari, fantasi aktif, fantasi
pasif, fantasi mencipta dan tuntunan. Sedangkan fantasi menurut caranya orang
berfantasi terbagi atas tiga yaitu fantasi yang mengabstraksi, mendeterminasi
dan mengkombinasi.
Fantasi
dapat membuat orang kreatif dengan imajinasinya dan dapat menghibur namun jika
terlalu lama berfantasi dapat berdampak buruk seperti mengalami kesulitan dalam
menghadapi hal di dunia nyata.
B.
Saran
Dari
hasil penulisan makalah ini, pemakalah berharap kepada teman-teman mahasiswa
atau mahasiswi untuk lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar memperoleh
pengetahuan maupun khazanah yang luas tentang Psikologi khususnya “Fantasi”.
Karena kami merasa bahwa makalah ini kurang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum,
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982.
Subiyanto, Yanto dan Dedi Suryadi, Tanya
Jawab Pengantar Psikologi. Bandung: Armico, 1980.
ijin copas sebagian
BalasHapusterimakasigh banyak
BalasHapus