Senin, 10 Juni 2013

berdakwah kepada remaja


 ARIF RIDUAN
Remaja Sebagai Generasi Penerus Bangsa
            Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak hingga dewasa, suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak tetap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal dan kejahatan seks (Sofyan:2008). Pada masa remaja, pemikiran pemuda dipenuhi oleh gejolak, rasa ingin tahu yang tinggi, emosional, pantang menyerah serta kuatnya potensi fisik dan akal. Remaja sangat rentan terbawa arus dari dampak negatif perkembangan zaman. Remaja selalu penuh dengan gejolak dan keinginan besar. Remaja ingin menyesuaikan diri dalam masyarakat, ingin diakui oleh masyarakat bahwa ia telah dewasa. Rasa ingin tau yang tinggi dapat menjerumuskan remaja pada hal-hal negatif apabila tidak diberikan pendidikan dan pengarahan pada mereka. Begitu banyak remaja yang menghabiskan waktu luang mereka dengan  nongkrong tidak karuan di jalanan, ikut-ikutan teman yang sering mengkonsumsi minuman keras bahkan terjerumus pada penggunaan zat psikotropika dan seks bebas. Semua itu karena kurangnya bahkan tidak taunya remaja tentang nilai-nilai dan norma, tidak siapnya remaja menghadapi dunia luar yang penuh dengan hirup pikuk kesenangan dunia, tidak pandainya remaja mengisi waktu luang dengan aktivitas positif dan rapuhnya kepribadian remaja.
            Pada Tap. MPR No. IV/MPR/1999 tercantum bahwa telah terjadi penurunan peranan dan kualitas diri di kalangan generasi muda. Menurut dr Boyke Dian Nugroho, SpOG MARS jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini mencapai 500-600 ribu orang dimana 40% diantaranya remaja berusia 15-10 tahun. Ada dua penyebab utama terjadinya percepatan penularan HIV/AIDS yaitu perilaku seks bebas (30%) dan peredaran narkoba terutama yang menggunakan jarum suntik (50%). Dengan demikian Indonesia memungkinkan jadi episentrum HIV/AIDS. Di Malang raya sendiri hingga menjelang Desember 2007, tercatat 17 dari 65 penderita HIV/AIDS meninggal dunia. Semua fakta yang terjadi pada beberapa tahun terakhir, dapat kita simpulkan bahwa semakin lama, semakin muram wajah generasi muda Indonesia.
            Remaja di dalam suatu negara memiliki posisi yang sangat penting yaitu ikut menentukan kelangsungan bangsa. Remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat di andalkan sebagai kader bangsa yang berkualitas tinggi. Pada masa remaja, para pemuda mulai mencari idealisme. Hanya dengan pendidikan dan pengarahan yang baik, remaja akan mempunyai pegangan hidup dan idealisme yang mantap dan matang untuk menghadapi zaman global. Pendidikan dan bimbingan agama harus diberikan sejak dini agar menajdi pedoman hidup bagi mereka. Pembinaan dan pendidikan yang baik dan intensif bagi remaja menjadi tanggung-jawab semua pihak, bahkan bagi para remaja sendiri. Mereka harus membekali diri dengan ilmu agama dan pembinaan dari orang tua agar mereka dapat menunjukkan pada dunia bahwa mereka adalah remaja yang cerdas secara intelegensi, emosi dan spiritual, mempunyai ideologi yang kuat dan dapat menjadi tokoh perubahan bangsa di saat krisis multidimensional telah lama melanda bangsa Indonesia.
   Pemuda atau remaja merupakan generasi penerus bangsa. Suatu bangsa yang berkualitas dapat dilihat melalui kualitas generasi mudanya. Segala permasalahan yang dihadapi oleh berbagai bangsa, korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), seks bebas, kemiskinan dan kesejahteraan menjadi hal yang banyak diperbincangkan agar tercipta solusi dan perbaikan bangsa. Indonesia saat ini mengalami krisis multidimensional yang harus segera diselesaikan dan jangan sampai berlarut-larut. Generasi muda menjadi harapan bangsa akan sebuah perubahan. Indonesia membutuhkan ‘agent of change’ atau agen perubahan yang mandiri dan berkualitas secara fisik, mental dan spiritual. Narkoba, seks bebas, tawuran, budaya konsumerisme dan hedonisme seakan mengubur harapan besar tersebut. Ini adalah pertanda bahaya bagi seluruh elemen bangsa. Hancurnya generasi muda menandakan hancurnya masa depan bangsa, karena generasi mudalah yang akan mengatur dan memimpin negara di masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin jika suatu negara punah ditelan raksasa globalisasi dan kolonialisasi baru yang lebih ‘berbudaya’.
         Pada tangan pemuda tergenggam masa depan. Sejarah telah membuktikan bahwa keberhasilan suatu perjuangan berkat perjuangan besar pemuda. Pemuda merupakan pilar kebangkitan. Ir. Soekarno berkata, berikan padaku 100 orang tua, akan ku cabut akar gunung Semeru. Tapi berikan padaku 1 pemuda, akan ku goncangkan dunia. Pada setiap kebangkitan, pemudalah rahasia kekuatannya. Pada setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan bahwa gelora pemuda adalah romantisme perjuangan. Pemuda berusaha memunculkan  diri sebagai manusia yang memiliki kekuatan dan bertanggung-jawab.
         Orang tua dan masyarakat yang berkompeten terhadap perkembangan ini harus memaknai tanggung-jawab ini dengan benar dan sungguh-sungguh.  Mereka harus mengarahkan remaja pada jalan yang benar. Ini menjadi bagian dari rekayasa peradaban. Rekayasa dini remaja ini menjadi berarti mepercepat pembangunan generasi dan membangun potensi diri remaja untuk peradaban besar yang akan dibentuk. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, maka rekayasa dini remaja ini harus dilakukan secara bertahap dan terpadu diberbagai aspek.
               Banyak contoh perjuangan pemuda masa lampau yang menciptakan perubahan besar hingga saat ini.  Hasan Al-Bana dengan kematangan pribadinya pada usia 27 tahun menjadi penggerak kebangkitan Islam terbesar di dunia, Al-Ikhwan Al-Muslimun pada usia dua puluh tujuh tahun. Kini pengaruhnya telah menyebar ke lebih dari 70 negara.
         Dari segala permasalahan yang sedang dihadapi bangsa, ada sebuah kerja besar yang akan melahirkan perubahan besar. Kerja besar yang menjadi tanggung-jawab semua pihak. Remaja harus diselamatkan dari bahaya arus globalisasi yang menjalar di segala lini kehidupan. Remaja harus dididik sejak dini dengan penanaman nilai-nilai moral, agama dan pengetahuan yang baik untuk menghadapi era global ini.
Dakwah Sekolah Sebagai Sarana Pembinaan Remaja
Proses tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam) seharusnya berlangsung sejak dini. Seorang bayi sunnah diazankan dan diiqamatkan ketika baru lahir, agar kalimat pertama yang didengarnya adalah kalimat tauhid. Nasihat Luqman pada anaknya bahkan diabadikan oleh Allah SWT dalam surah Luqman ayat 12-19 yang menjelaskan bahwa tarbiyah sejak dini dianggap lebih efektif dan harus segera dilakukan.
   Dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a, yad’u, da’wah yang artinya menyeru pada kebaikan. Dakwah sekolah adalah seperangkat sistem pembinaan pelajar di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai agama dan moral dengan tujuan menghasilkan generasi muda Islam yang berkualitas baik secara intelektual, emosional dan spiritual.
               Dakwah sekolah adalah proses tarbiyah Islamiyah yang berlangsung di sekolah. Dakwah sekolah cukup mewakili tarbiyah islamiyah yang komprehensif ini. Fase ini sangat berguna dalam pembentukan kepribadian pemuda, yaitu fase dimulainya kematangan fisik, intelektual dan kejiwaan. Ada tiga kunci pentingnya dakwah sekolah, yaitu ladang emas dakwah yang efektif, massif dan strategis.
         Efektif, karena pemuda dan pelajar lebih mudah direkrut dan didakwahi dengan baik dibandingkan generasi tua, atau bahkan kalangan kampus/mahasiswa.
   Strategis, karena dakwah sekolah dalam jangka panjang akan menyuplai SDM di berbagai lapisan masyarakat sekaligus. Peran dakwah sekolah yang sangat strategis ini menyebabkan dakwah sekolah dan pemuda menjadi rebutan berbagai ideologi. Massif, karena pelajar secara kuantitas sangat banyak dibandingkan mahasiswa atau golongan lainnya.
         Apabila dakwah sekolah berlangsung efektif, massif dan berkelanjutan, maka beberapa tahun ke depan Indonesia akan mempunyai kader-kader dai yang berkualitas dan simpatisan-simpatisan yang massal. Dakwah sekolah telah membina mereka dalam pembentukan kepribadian, penanaman kecerdasan intelektual, mental dan spiritual sehingga para pemuda siap dalam menghadapi zaman globalisasi dan menjadi manusia sukses dalam persaingan global ini. Kader dakwah saat ini semakin berpeluang dan berperan penting dalam mengahasilkan ADK (aktivis dakwah sekolah)  dan menjadi ujung tombak ‘amal siyaasiy (aktivitas politik ) dan calon pemimpin masa depan.
               Dakwah sekolah bertujuan untuk mewujudkan barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa depan dan menjadi batu bata yang baik dalam bangunan masyarakat Islam. Bangsa dan agama membutuhkan barisan generasi yang kokoh dan memiliki kekuatan yang dashat sebagai agen perubahan. Barisan ini harus pandai memadukan aspek keimanan dan taqwa (imtaq) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Mereka akan mendapatkan bimbingan mental dan spiritual yang tidak biasa yang tidak didapat dari pendidikan formal di dalam kelas.
  1. Metode Dakwah Remaja
   Menurut Prof. DR. Sofyan S. Willis, M.PD, ada lima metode dakwah pada remaja, yaitu:
    • Metode Ceramah
Metode ini menunjukkan keaktifan penceramah, sedangkan murid atau jamaahnya pasif. Keuntungannya dapat memberikan ceramah pada sekelompok besar pendengar. Kekurangannya ialah pendengar pasif dan sulit memahami ceramah secara mendalam dan individual.
    • Metode Diskusi
Diskusi mengajarkan murid berfikir secara terbuka dan demokratis. Daya kritis dan kreatif tersalur dengan wajar.
    • Metode Problem Solving
Menekankan pada usaha pemecahan masalah sehingga mengundang murid berfikir kreatif. Metode ini juga berkaitan dengan metode diskusi.
    • Metode Responsi
Penceramah melengkapi metode dengan tanya-jawab.
    • Metode Peragaan
Memberikan alat bantu  untuk mata dan telinga.
Metode-metode tersebut terdapat dalam program dakwah sekolah. Secara berkala, pelajar diberikan bimbingan dengan ceramah, mendiskusikan berbagai hal, adanya ruang tanya-jawab, upaya pemecahan masalah masing-masing rekan dan adanya waktu khusus untuk menyalurkan minat positif pelajar dengan berbagai kegiatan yang mengadu keberanian. Tastqif (ceramah agama) dan ta’lim (pemberian nasehat agama) menjadi agenda rutin dakwah sekolah. Diskusi melalui mentoring sangat efektif dan rihlah (jalan-jalan) serta hiking dalam menyegarkan fisik dan mental dengan melihat kebesaran Sang Pencipta di alam bebas.
  1. Sasaran Dakwah Sekolah
Sasaran dakwah sekolah adalah tumbuh suburnya kader dakwah, simpatisan dakwah, tumbuh suburnya potensi kepemimpinan siswa, tumbuh suburnya kader berkualitas ilmiah, moralitas dan keterampilan serta terwujudnya kebangkitan Islam (Koesmarwanti, Nugroho: 2000). Kader adalah faktor penting dalam setiap pergerakan. Rasulullah dalam gerak dakwahnya, membentuk kader-kader dahulu yang nantinya diharapkan sebagai generasi yang kelak menjadi pendukung utama dakwah.
Pada dakwah sekolah, pelajar akan diarahkan pada pemantapan akidah, pemahaman dan aplikasi ibadah serta program khusus (dakwah khashah) seperti mentoring (pengajaran) agama Islam dalam kelompok-kelompok kecil. Rasulullah SAW menerapkan metode tarbiyah ini karena memang efektif dalam mencetak generasi yang kokoh dan tangguh.
C. Penyelenggaraan Dakwah Sekolah
1.   Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber nilai dan pengajaran
                  Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-an’am ayat 153: 
Dan inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah jalan ini. Dan janganlah kalian mengikuti jalan lain karena kalian akan tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah padamu agar kamu bertaqwa. (Qs. Al-an’am:153)
            Penyeru dakwah sekolah tidak boleh mengajak secara setengah-setengah. Mereka juga tidak boleh membatasi islam sebagai petunjuk ibadah ritual saja, namun mencakup pada seluruh aspek kehidupan. Maka, tidaklah tepat jika seseorang yang rajin sholat dan berinfaq tapi selalu memamerkan kekayaan dan kebaikannya. Agama memengang peranan penting dalam segala segi kehidupan. Karena hukum buatan manusia sangat dangkal, sedangkan akal manusia tidak lepas dari bisikan hawa nafsu. Ia tidak akan mencapai kebenaran sedikit pun, apalagi menyaingi ketinggalan Al-Quran walaupun segenap kemampuan jin dan manusia dikerahkan.
2.   Pelaksanaan Program
            Dakwah harus dipersiapkan dengan matang, dengan perencanaan yang sistematis dan bertahap agar tercapai tujuan dakwah yang baik. Dakwah sekolah harus dilaksanakan dengan menarik, sesuai dengan kecenderungan remaja yang mudah bosan dan belum mempunyai pegangan yang kuat dalam memilih dan menetapkan sesuatu. Harus ada inovasi dalam pelaksanaan dakwah, beragam kegiatan yang mampu menetapkan pendirian pelajar untuk selalu berada dalam dakwah dan nantinya akan menjadi penerus cita-cita dakwah Rasulullah SAW.
3.      Objek Dakwah Sekolah
·        Siswa/Pelajar
         Siswa merupakan objek dakwah sekolah yang utama. Ruang gerak dakwah lebih ditekankan pada proses pembinaan siswa.
·        Guru
         Guru berperan besar dalam dakwah ini. Guru bisa menjadi pemimpin dalam aktivitas dakwah dengan kemampuan dan kapasitas yang merek miliki. Guru dapat menjadi penggerak dakwah permanent di sekolah, dapat berlangsung dalam waktu yang lama.
·        Kepala Sekolah
               Kepala sekolah adalah pemimpin dan penanggung-jawab utama sekolah. Peranan kepala sekolah menjadi pengaruh yang besar dalam pengembangan aktivitas dakwah sekolah.
·        Pegawai Sekolah
         Sarana sekolah dengan berbagai kelengkapan fasilitas serta para pegawai sekolah yang mendukung kegiatan dakwah sekolah akan dangat membantu kelancaran proses dakwah sekolah.
·        Orang tua dan wali siswa
         Sebagai pengontrol pelajar atau anak-anak mereka dalam kesehariannya di rumah. Orang tua juga sebagai pembimbing utama anak sehingga dapat mendukung pelajar dalam aktivitas dakwah sekolah.
·        Sesama Pelajar di lingkungan sekitar
   Keberhasilan dakwah sekolah sangat ditunjang oleh lingkungan yang kondusif sebagai tempat hidup yang nyaman dan damai bagi objek dakwah lainnya. Motivasi dari lingkungan yang baik dan mendukung akan menjadikan iklim potensial bagi pengembangan aktivitas dakwah sekolah.
4.      Aktivis Dakwah Sekolah
·        Siswa
         Pelaku utama dakwah sekolah adalah siswa. Siswa memiliki posisi yang strategis karena kedekatan mereka dengan totalitas objek dan medan dakwah di sekolah. Siswa pun berperan lebih besar dalam proses pencarian kader-kader dakwah sekolah. Seorang atau beberapa siswa yang yang telah bergabung dalam dakwah sekolah dapat mengajak teman-teman mereka agar ikut bergabung dalam dakwah sekolah. Beberapa peran siswa dalam dakwah sekolah:
§         Aktif sebagai pengurus Rohis/masjid sekolah
§         Aktif di OSIS atau ekstrakurikuler lain. Interaksi dan pergaulan akan lebih luas. Keikutsertaan dalam ekstrakurikuler ini dapat mengembangkan potensi diri dan upaya aktualisasi diri dan eksistensi diri sebagai aktivis dakwah.
§         Dakwah fardiyah, dakwah perorangan. Melakukan pendekatan para seseorang dalam rangka memberi nasehat dan mengajak pada kebaikan, termasuk mengajak untuk ikut bergabung dalam barisan dakwah sekolah.
§         Membangun pesona akhlak dan keunggulan akademis. Seorang muslim seharusnya bisa membangun citra diri sebagai seorang muslim yang baik dan memiliki keunggulan. Apalagi bagi seorang aktivis dakwah. Mereka harus memiliki citra diri yang baik di setiap tempat dan waktu. Aktivis dakwah juga harus memiliki keunggulan atau kelebihan di bidang akademis seperti nilai yang baik dalam pelajaran sekolah. Selama ini, banyak aktivis dakwah yang memiliki prestasi gemilang di sela-sela kesibukan mereka beraktivitas di dakwah sekolah. Dakwah sekolah sangat memberi perhatian besar dalam perkembangan proses pembelajaran pelajar di kelas/pendidikan formal. Namun, beberapa waktu terakhir terlihat kemunduran dari kualitas masing-masing diri aktivis dakwah. Mereka kurang memperhatikan pelajaran atau sekolah, tapi memberikan perhatian yang besar pada dakwah sekolah. Hal ini tidak baik, karena mereka lebih melepaskan kewajiban jutama mereka sebagai seorang pelajar. Dengan akhlak dan kelebihan yang dimiliki, aktivis dakwah dapat membuktikan bahwa dakwah sekolah mendidik remaja menjadi manusia berkualitas dan mampu bersaing mengahadapi tantangan global.
·        Alumni
         Kedekatan alumni dengan siswa, guru, pegawai sekolah serta medan dakwah lainnya memberi peranan penting dalam proses dakwah sekolah. Kehadiran alumni ke sekolah menjadi penghormatan dan penghargaan bagi sekolah. Alumni dapat memberikan perhatian dan partisipasi mereka kepada almamaternya dengan turut serta di kegiatan dakwah sekolah. dengan membangun kepercayaan pada pihak sekolah, maka alumni dapat melakukan:
§         Silaturrahim ke sekolah untuk mempererat hubungan
§         Pendekatan pada guru-guru agar tercipta kebersamaan dan kepercayaan pada alumni
§         Berkontribusi kepada organisasi almamater
§         Menjadi murabbi atau mentor bagi adik-adiknya, para pelajar.
§         Menjadi khatib Jumat.
§         Membantu pendanaan, tenaga dan sarana-prasarana.
§         Membentuk wadah alumni yang lebih formal.
·        Guru
               Guru berperan penting karena kedudukan dan perannya di sekolah sebagai tenaga pengajar. Guru bias berdakwah kepada sesama guru dan pegawai sekolah. Kepada siswa, guru memiliki posisi penting dan secara kuantitatif mereka lebih sering berinteraksi dengan siswa.
Kontribusi guru dalam dakwah sekolah yaitu:
§         Menjadi panutan bagi siswa
§         Professional dalam mengajar
§         Menjadi murabbi atau mentor.
§         Membantu pendanaan, tenaga dan sarana prasarana.
§         Menjadi Pembina Rohis
§         Berdakwah Fardiyah pada sesama guru.
§         Mendorong dukungan structural sekolah pada kegiatan dakwah.
·        Kepala Sekolah
               Kepala sekolah berperan sangat strategis dan dapat menjadi penentu kelancaran dakwah sekolah.
·        Pembina (murabbi)
         Pembina masing-masing kelompok mentoring adalah aktivis dakwah dari kalangan alumni atau non-alumni yang diberi kepercayaan untuk membina objek dakwah secara khusus (khashshah).
·        Lembaga Swadaya Masyarakat
         LSM sangat strategis dan massif, karena cakupannya yang luas meliputi banyak sekolah di beberapa wilayah. LSM memiliki 2 peran massif, yaitu:
§         Pengembangan dakwah ‘ammah; mengadakan berbagai pelatihan remaja, penyuluhan tentang bahaya narkoba dan berbagai kegiatan menarik lainnya.
§         Pengembangan dakwah khusus: program mentoring pelajar.
·        Ormas Pelajar
            Ormas pelajar adalah tempat pembelaan/pencarian solusi problematika pelajar, ajang silaturrahim aktivis dan simpatisan dakwah sekolah, wadah aktualisasi diri, tempat penyaluran aspirasi, dan media pendidikan social politik pelajar serta wadah pembelajaran organisasi bagi pelajar.


Dakwah remaja melalui jalur perguruan tinggi 

Kami selaku dosen agama islam fakultas sastera dan kebudayaan Universitas Gajah Mada setiap tahun ajaran baru atau penerimaan mana-mana siswi baru; mereka didata biografinya secara terperinci; latar belakang orang tua, pengalaman keagamaan “sudah melaksanakan ibadah atau belum”, kemudian dapat atau tidak membaca al-quran.

   Dalam perkuliahan Agama Islam mereka dididik dan ditarbiyah sedemikian rupa dan diberi paket-paket dakwah yang memuat komponen-komponen ajaran Islam seperti (Akidah Islamiah, Syariah, Ibadat dan muamalah ).

Kuliah-kuliah bersifat kumulatif dalam memberikan nilai: mereka wajib melaksanakan:
1.   Hadir minimal 75% tatap muka.
2.   Resensi buku atau bedah buku karangan pakar Islam kaliber Internasional dalam pelbagai judul.
3.   Membuat makalah untuk seminar berkelompok, minimal 3 orang atau lebih untuk membahas topik-topik pilihan (semua mahasiswa wajib membuat makalah dan hadir pada waktu yang ditetapkan).
4.   Masing-masing membuat klipping / guntingan koran / majalah dijilid dengan rapi yang isinya menarik, memuat masalah aktual baik tentang Islam, teknologi kebudayaan, kesihatan dsb.
5.   Mereka wajib bersedekah setiap akhir / tutup kuliah bersama-sama bakti sosial ke desa-desa dengan membawa tikar, lampu petromak, buku keIslaman dalam pelbagai judul untuk disumbangkan ke masjid–masjid yang miskin dan tidak jarang daripada yang terkumpul, dibelikan batu bata  / lantai untuk masjid yang belum selesai pembangunannya. Puncak pertemuan di masjid adalah menyelenggarakan “Pengajian akhbar” bersama-sama Ahlul bait dan masyarakat sekitarnya.
6.        Kemudian kuliah-kuliah agama Islam setiap minggu tiga hari wajib 
          mengikuti pagi sore hari kuliah asistan agama Islam yang materinya
          antara lain belajar membaca Al-Quran, praktik solat, Fuqhunnisa 
          (Khusus Akhawat) pengalaman aqidah.                     
7.       Diskusi pannal ditunjuk / dipilih mahasiswa yang dedikasi dan
         intelektualnya tinggi membuat majalah–majalah ilmiah seperti: Konsep
         Islamiah Ilmu Pengetahuan, Pandangan islam terhadap sekularisma,
         Seni dalam pandangan Islam, Agenda permasalah umat dan
         sebagainya.
         .   
B   Dakwah Remaja melalui masjid

Masjid Kampung dan masjid Kampus berperanan sedemikian rupa dan        para remaja terlibat sepenuhnya, baik selaku takmir maupun saksi– saksi yang dibuat dalam Organisasi Kemasjidan. Program-program dakwah yang ditawarkan untuk membina remaja Iman dan Islam dengan melakukan kegiatan–kegiatan:

1   Melakukan peringatan–peringatan Hari Besar Islam di masjid seperti Peringatan Maulidur Nabi saw, Peringatan I Muharam (Tahun baru hijrah ), Peringatan Nuzulul Quran, Peringatan berdirinya masjid dan setiap hari raya masing–masing masjid di Indonesia menyelenggarakan ceramah umum dan upacara rasmi bersalaman dan saling maaf-memaafkan dengan istilah halal bi halal.                        
2   Lembaga-lembaga masjid atau organisasi remaja masjid pada tingkat kecamatan, kabupatan dan propinsi terbentuk dalam rangka kerjasama dakwah dan sosial kemasyarakatan. 
3   Training-training yang diikuti remaja masjid dengan bobot materi penataran atau latihan dimaksud berkisar sekitar:

1. Management masjid dan Management dakwah.    
   2. Metodologi dan strategi dakwah dalam menghadapi sosial.
   3. Retorika dakwah dan kursus ketrampilan .
4. Sirah nabawiyah .
5. Aqidah Islamiah .
6. Psikologi Dakwah dan Public Relation.
7. Ukhuwwah Islamiah.
8. Hikmah dan tujuan pernikahan
9. Problematika dunia Islam .
10.Praktik-praktik dakwah, diskusi, sembahyang malam, menghafal
     ayat- ayat pilihan.
11.Survel lapangan dan pembuatan program.   

C   Pendekatan Dakwah secara umum

   Upaya memupuk, membina dan memelihara keimanan remaja di Indonesia, model-model pendekatan yang terbaru telah dilakukan baik melalui jalur dakwah informasi maupun semi pendidikan formal seperti;

1.   Mendirikan Pusat Kajian Islam yang diterima oleh para mahasiswa, pendidikan selama dua tahun dengan diberi nama Ma’had Islamy, pesentrena/ pondok Mahasiswa, masing-masing bertempat di masjid dan 1 buah sudah mempunyai gedung ( Aji Mahasiswa), peminatnya tidak bisa ditampung maka terpaksa diseleksi, yang mengikuti mahasiswa yang merengkuh kuliah dari perguruan tinggi umum seperti Fakulti Kedoktoran, Teknik, Sospel, Ekonomi, Sasdaya dsb.
2.   Bina remaja khusus dipilih mahasiswa yang nilai indeknya prestasinya minima 3 (tiga), ditampung atau bertempat tinggal diasrama atau kompleks: dan mereka diberi pengajian wajib seperti tafsir, hadith, fiqh tauhid dan kapita selekta serta mendatang pakar- pakar dari pelbagai disiplin ilmu. Diharapkan mereka para sarjana yang telah selesai nantinya mengembangkan wawasan keIslaman(Dakwah Islamiyah): usaha lain untuk memadukan pakar sains dan  Islam tidak terjadi konflik, mereka wajib memperjuangkan agamanya menurut disiplin ilmunya masing-masing.
3.   Membentuk Lembaga Kerpa Mubaligh Pedesaan ditangani remaja.

Hampir setiap Perguruan Tinggi Umum maupun Agama para
mahasiswa mempunyai lokasi khusus yang diberi nama “Desa Bina “  ertinya satu kaluharan (kenegeriaan, dibantu dalam wujud dakwah bil qalam, bil hal dan bil khitabah), juga pada acara hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha dakwah remaja  bersama-sama ke desa bina memberikan zakat fitrah dan ternak korban untuk fuqara’ dan masa kini.

   Pendekatan remaja /umum secara retorika dapat dikemukakan bahawa setiap idea atau gagasan, konsepsi yang dibicarakan di hadapan umum (massa), dianggap mencapai hasil yang dinilai sukses, manakala Audiensinya:

•   Telah merasa seperti yang dibicarakan oleh pembicara.
•   Telah berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
•   Telah dapat memahami atau mengerti dengan baik isi pesan ( Idea) oleh pembicara      (Orator).
•   Telah sefaham atau sependapat dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
•   Telah yakin akan kebenaran idea yang dikemukakan oleh si pembicara.
•   Telah bertindak mengamalkan isi pesan yang dimaksudkan.
•   Dan telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela dan mempertahankan    kebenaran isi pesan (massage) yang diungkapkan oleh pembicara.


KESIMPULAN

   Pendekatan dakwah di kalangan remaja memakai method multi dimensional, baik melalui kajian-kajian intensif, melalui latihan kepimpinan dengan menyerahkan tugas tertentu, melalui media massa, tulisan ataupun uswatun hasanah. Mungkin perlu diuji cuba sebuah pilut projek Islamic Center yang dikelola sepenuhnya oleh remaja yang serba lengkap dengan fasilitas:

1.   Ladoratorium.
2.   Laboraronium.
3.   Masjid.
4.   Taman bacaan/ perpustakaan.
5.   Radio ( Pemacar Radio Dakwah Remaja ).
6.   Ruang diskusi atau seminar.
7.   Pesantren seleksi bibit dari propinsi, Madrasah atau sekolah umum ( mereka dididik, dilatih dan dikader.
8.   Perkebunan ataupun persenian perantohan.
9.   Tempat latihan teknik terpakai.
10.   Tempat Diklat (pendididikan latihan) berjanjan tingkat awal /  menengah dan tinggi seperti latihan kepimpinan, karya tulisan ilmiah keagamaan dan para dai’e atau (du’at ).
11.   Komputerisasi dan pemetaan Dakwah terlengkap yang memuatkan data kependudukan, pemeluk agama, lembaga – lembaga dakwah, jumlah masjid, mubaligh yatim piatu, fuqarak dan masakin, data desa tertinggal, jumlah remaja yang bersekolah, data kegiatan remaja Islam, tinggat pendidikan mahupun data pengnagguran dsb.

Demikianlah secercah tulisan yang mungkin kurang sempurna yang
dapat disajikan kepada para hadirin yang amat mulia ini, semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...