Senin, 10 Juni 2013

Aplikasi Bimbingan dan Konseling Islam


APLIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
ARIF RIDUAN

 
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
              Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
              Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, mausia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari kergaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan ataua tiap – tiap pontensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya.
              Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
              Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan.
              Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individu sesuai dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permasalahannya dalam segala aspek atau bidang kehidupan.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling Islami
              Thohari mengartikan bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
              Yahya Jaya menyatakan bimbingan dan konseling agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis.
              Ainur Rahim Faqih mengartikan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
              Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan ajaran Islam.
B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islami
              Secara garis besar atau secara umum tujuan bimbingan dan konseling islami itu dapat dirumuskan sebagai” membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”.
C. Bidang-Bidang Aplikasi Bimbingan Konseling Islami
              Seperti telah diketahui bahwa bimbingan dan konseling islami berkaitan dengan masalah yang dihadapi individu, yang mungkin dihadapi individu, atau yang sudah dialami individu. Masalah ini dapat muncul dari berbagai faktor atau bidang kehidupan yang jika dirinci masalah-masalah itu dapat menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
a.      Pernikahan dan keluarga
              Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, setidak-tidaknya terdiri dari satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang hidup bersama sebagai suami isteri. Keluarga (dalam arti rumah tangga) menurut islam jelas-jelas merupakan suatu ikatan yang baru akan terbentuk manakala sudah melalui akad atau perjanjian nikah. Dengan melalui akad inilah akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia akhirat,
              Agar keluarga, yang dibentuk itu menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah , maka keluarga itu harus diciptakan untuk memenuhi lima pondasi seperti yang disebutkan dalam haidst nabi berikut ini:
1.      Memiliki sikap ingin menguasai dan mengamalkan ilmu-ilmu agama
2.      Yang lebih muda menghormati yang lebih tua
3.      Berusaha memperoleh rizki yang memadai
4.      Hemat dalam membelanjakan harta
5.      Mampu melihat segala kekurangan dan kesalahan diri  dan segera bertaubat.
              Adapun tujuan bimbingan dan konseling pernikahan dan keluarga islami adalah untuk membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan pernikahannya, membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangganya, membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan pernikahan dan kehidupan berumah tangga.
              Sedangkan Azaz bimbingan dan konseling keluarga islami meliputi azaz kebahagiaan dunia akhirat, Azaz sakinah mawaddah warahmah, Azaz komunikasi dan musyawarah, Azaz sabar dan twakkal, Azaz manfaat.
              Objek bimbingan dan konseling keluarga islami sendiri meliputi pemilihan jodoh, peminangan (pelamaran), pelaksanaan pernikahan, hubungan suami isteri (jasmaniah dan rohaniah), hubungan antar anggota keluarga (keluarga inti maupun besar), pembinaan kehidupan berumah tangga, harta dan warisan, poligami, perceraian, talak, rujuk.
b.      Bidang Pendidikan
              Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang oleh Allah SWT. untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang lain. Proses belajar itu dimulai dengan orang terdekatnya. Proses belajar itulah yang kemudian menjadi basis pendidikan.
              Aktivitas pendidikan terkait dengan perubahan yang secara moral bersifat lebih baik, ciri perubahan atau kemajuan secara fundamental adalah terjadinya perkembangan internal diri manusia yaitu keimanan dan ketaqwaan, bukan hanya perubahan eksternal yang cenderung bersifat material yang dapat menghancurkan keimanan dan ketaqwaan manusia.
              Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia. Masalahanya adalah bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak terbatas, bersifat subyektif yang sering justru dapat menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam yaitu kehidupan rohaninya. Produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan pekerjaannya, tetapi tidak memiliki kepedulian dan perasaan terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan kesombongan untuk memperdayai orang lain, kecerdikannya digunakan untuk menipu dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang serakah dan egois.
              Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai rohaniyah (keimanan dan ketaqwaan) terhadap peserta didik (murid) dewasa ini sangat terkait dengan dua faktor penting dalam proses pembelajaran di samping banyak faktor-faktor yang lain, kedua faktor tersebut adalah strategi pembelajaran serta orang yang menyampaikan pesan-pesan ilahiyah (guru). Dalam sistem pendidikan Islam seharusnya menggunakan metode pendekatan yang menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriyah dan batiniyah), di samping itu keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat ditunjang oleh kepribadian setiap penyampai pesan (guru).
              Pendidikan adalah upaya mengarahkan perkembangan kepribadian manusia sesuai dengan hakekatnya agar menjadi insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, bahagia dunia akhirat. pendidikan berTujuan mengarahkan perkembangan kepribadian manusia kearah yang baik sebab hanya dengan perkembngan yang baik, tujuan hidup dapat tercapai. Adapun objek sasaran pendidikan itu mencakup empat hal yaitu ketakwaan, kecerdasan, rasa dan sikpa budi pekerti, dan keterampilan.
              Sedangkan Azaz-azaz Bimbingan dan konseling pendidikan islami, yakni sebagai berikut: Azaz kebahagiaan dunia akhirat, azaz kewajiban menuntut ilmu, Azaz pendidikan seumur hidup, Azaz manfaat pendidikan, Azaz multi pengaruh terhadap pendidikan, Azaz kesesuaian dengan keadaan diri, Azaz produktivitas.
c.       Bidang karier
              Bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi.
              Bimbingan karir adalah  suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
              Tujuan Bimbingan dan Konseling dalam aspek karir. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut.
  1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
  2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
  3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
  4. Tujuan Bimbingan dan Konseling selanjutnya adalah Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
  5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
  6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
  7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
  8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
  9. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

d.      Bidang sosial
              Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial Menurut Dewa Ketut Sukardi , mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Sedangkan menurut pendapat Abu Ahmadi, Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
              Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari berbagi masalah. Masalah yang menimpa manusia terkadang membuat manusia menjadi frustrasi, tak berdaya, nelangsa dan putus asa. Bahkan tak jarang orang yang begitu banyak diterpa berbagai masalah hidup lebih memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tak kuasa menghadapi masalah tersebut. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya pengetahuan, ilmu, serta pengalaman dalam mengahapi masalah. Oleh sebab itu manusia harus mendapat bimbingan agar mampu membantu keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.
              Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
              MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.
              Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya. Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
e.       Bidang keagamaan
              Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman- pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Berangkat dari pemahaman bahwa Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi muslim yang baik, membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah Swt., menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti,memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Seperti yang termaktub dalam firman Allah  surat asy-Syam Ayat 7-10.
              Para Nabi diutus untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving )yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya setan.
              Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberikonseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupanyang sebenarnya Kebutuhan akan hubungan bantuan(helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan.
              Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor yangterintegrasi dalam sistemqalbu,akal, dan nafsu manusia yang menimbulkantingkah laku.
              Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip yang kuat.












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
              Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya dari segi aspek kehidupan secara keseluruhan. Dan bahwa program bimbingan konseling islami merupakan suatu program yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap individu. Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia.
Objek bimbingan dan konseling keluarga islami sendiri meliputi pemilihan jodoh, peminangan (pelamaran), pelaksanaan pernikahan, hubungan suami isteri (jasmaniah dan rohaniah), hubungan antar anggota keluarga (keluarga inti maupun besar), pembinaan kehidupan berumah tangga, harta dan warisan, poligami, perceraian, talak, rujuk.
              Bimbingan karir adalah  suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
              Organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya.
              Manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberikonseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupanyang sebenarnya kebutuhan akan hubungan bantuan(helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan konseling Islam. AMZAH: Jakarta
Rahim Faqih, Aunur. 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII press:Yogyakarta
http://pmiitebo.blogspot.com/2011/11/jenis-layanan-dan-kegiatan-bimbingan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...