Selasa, 16 Februari 2016

sebuah romantisme tentang hujan



jika ada yang mengatakan hujan itu kadang menjadi teman, kadang menjadi lawan. hujan sering dipuja oleh petani, tak jarang juga hujan menjadi petaka sebabnya musibah, longsor misalnya. sampai saat ini persahabatanku dgn hujan tetap terjaga apik, tak pernah dia menghukumku dengan petakanya " puji Allah ".

sewaktu aku menjadi seorang santri kalong (pulang pergi dari rumah ke pesantren, tidak mondok) di sebuah pesantren, hujan selalu menjadi teman setia saat ku malas pergi nyantri. jika hujan datang, tak ada hukuman bagi yang terlambat. terkadang aku berangkat nyantri jam 12 siang dengan alasan hujan, tentu itu ditoleransi " makasih hujan " .

teringat lagi, entah berapa usiaku saat itu, yang pasti kala itu aku sekolah di bangku sekolah dasar. hujan menjadi momen favorit bagiku, hujan-hujanan dilapangan. kadang juga hujan-hujanan bermain bola, setelah itu dapat omelan dari guru tak jarang bebonus jeweran. hahahaha

di rumah juga, jika hujan datang aku langsung aja buka baju dan dengan hanya menggunakan celana pendek aku siap menyusul teman sebayaku yang sudsh menunggu di sungai, tempat biasanya aku berenang gratis. ditambah dengan jatuhan hujan yang menemani, berenang semakin menarik.

hujan juga beberapa kali memjadikanku sebagai pria yang romantis. "cieee romantis". ketika berboncengan dengan sang pujaan hati (entahlah siapa) tiba-tiba hujan lebat menyapa. dengan sigap aku mengarahkan motorku ke ruko yang sudah tutup untuk berteduh di bawahnya. bak seperti di film-film, aku sebagai pria yang romantis melepas jaket yang ku kenakan dan memasangkannya kepada sang pujaan hati yang tempak kedinginan. romantis seperti itu juga sering terjadi, diantara saat dalam perjalan bersama sang pujaan hati (cieeee lagi, entahlah siapa lagi ini) hujan dengan garang menyapa, tak khayal aku tak mampu menghindar. perjalanan pun ku lanjutkan menerobos hujan dengan gagahnya serta ditemani candaan dan gelak tawa.

pada saat ini pun, saatku tuliskan postingan ini hujan menemaniku dalam perjalan pulang dan berteduh sejenak menunggu ia kembali ke tempat tinggalnya.

23/04/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...