Selasa, 16 Februari 2016

Makasih Becak Gratisnya, Ayah ! , ( cerpen terbaru )

" Becak ! Becak ! coba bawa saya, saya duduk sendiri sambil meminum kopi, melihat-lihrmat cewek di kanan dan kiri, lihat becakku lari bagaikan tak berhenti, Ayah.. Ayah.. ! coba hati-hati !" ..

kayak lirik lagu deh ? hmmmmm.. oke deh itu lirik lagu yang saya rubah sedikit liriknya dan nadanya saya tinggikan ke C#m biar keren dikit.

Ayah.. Ayah.. ! coba hati-hati..

lirik tersebut juga saya ganti, karna yang narik becak (narik atau nyetir sih ? okeeee nyetir aja). Karena yang nyetir becaknya itu ayah saya jadi saya ganti lirik. Gak ada masalahkan ?.

Saya gak pernah malu memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai penyetir becak, ( agak canggung juga kalo nyetir, okee ! ganti ama penarik becak ). Bahkan saya juga pernah membaca status facebook kaka saya yang Rini, dia menulis "saya tak pernah malu ayah saya sebagai penarik becak, bahkan saya bangga".

Tiga hari yang telah lewat ayah pensiun dari profesinya sebagai penarik becak, karena usianya juga sudah beranjak "dewasa" (60 tahun) dan becak yang ayah banggakan juga telah rusak dimakan oleh zaman (sialan nih zaman, berani banget ! ). Becak yang selama ini ayah pakai tidak bisa lagi digunakan. Ayah membongkar semua rangka becaknya, badan, roda, jok dan lain sebagainya sudah terpisah bagaikan rongsokan. Rangka besi becak ayah jual ke tukang loak dan 3 buah roda bekas becaknya ayah berikan kepada seseorang yang juga penarik becak dan rankaian kayunya ayah buat ketumpukan sampah.

Kala ayah membongkar becak miliknya yang sudah rusak, saya sengaja membiarkan ayah mesra dengan becaknya untuk yang terakhir kali tanpa diganggu siapapun. Hanya ayah dan becaknya. Saya terharu melihatnya bahkan sempat saya meneteskan air mata. Betapa hati-hatinya ayah membongkar becak miliknya, seakan-akan ayah tidak ingin membuat becak itu merasa sakit karna dibongkar (ibarat manusia dimutilasi).
masih segar diingatan saya tentang becak ini. Sering ayah tidur dibecak ini ketika menunggu penumpang di pangkalan depan gang. Dengan becak ini saya setiap jumat saya sholat jumat di masjid sabilal bersama ayah sebelum punya motor (waktu saya SD). Bahkan pernah dulu saat saya sekolah dipesantren. Saat itu hujannya sangat lebat, ayah melihat saya sudah rapi dengan mengenakan sarung dan peci serta kitab segera ayah memasangkan plastik untuk mendindingi becaknya dan menyuruh saya naik ke becak. Hujan yang lebat ayah mengayuh becaknya yang bagian depannya ditutup dengan plastik ini. Sementara ayah hanya hanya memakai plastik yang dijadikan topi serta jaket tebal yang ia kenakan. Namun jaket tebal yang ayah kenakan tak mampu melindungi dari jatuhan air hujan yang sangat lebat. Sesekali saya melihat wajah ayah yang agak sedikiy lucu (plastik dikepala itu loh !) dan anehnya saya tersenyum padahal gak bermaksud mengejak ayah. Bak seorang raja, si calon ustadz ini diantar ayah sampai gerbanr pesantren yang jaraknya kira 1 km dari rumah.

pernah dulu, sekitar 10 tahun yang lalu, ibu menjual becak milik ayah. Ibu kasian dengan ayah yang udah tua haris terus menarik becak, ibu menjual becak milik ayah bermaksud ayah mencari kerja yang setata dengan usianya yang udah tua. Becak terjual 300 ribu rupiah, beberapa hari ayah tidak bekerja dan hanya merenung seperti orang galau (cieee ayah galau). Hal yang mengejutkan setelah seminggu becak ayah dijual, ternyata becak itu kembali lagi ada didepan rumah, aneh ! mungkin ini bantuan dari para jin yang membikin candi dalam satu malam. Hahahahaha
Ternyata oh ternyata ayah membeli lagi becak itu dengan harga 350 ribu ! luar biasa ayah ini. dan sejak itu becak itu terus parkir didepan rumah sampai ayah membongkarnya.

Yang lebih mengejutkan lagi, apalagi bagi ayah. Becaknya yang sudah tua hilang. Ayah curiga becaknya dicuri oleh seseorang.Untuk kesekian kalinya ayah galau karena becak ini. Ayah mengetahui becaknya hilang saat ingin bekerja, Ayah pun pasrah atas kehilangannya. Pada besok harinya, tetap jam 6 pagi ayah bertekat untuk mencari becaknya yang hilang. Setelah lama kesana kemari ayah mencari, di daerah pamangkih darat (15 km ke arah kab. banjar) Ayah melihat warga yang sedang bergerumun banyak seperti ada perkelahian. Ayah pun bertanya kepada salaj seorang warga apa yang sedang terjadi.

Warga mengatakan ada dua orang pencuri toko yang tertangkap. Dan pencuri itu menggunakan satu buah sepeda motor dan satu buah becak. Ayahpun melihat becak yg dimaksud ialah becak miliknya. Dengan spontan ayah menuju gerombongan warga, saat melihat dua pencuri yang sudah diamankan warga ayah langsung menghajar mereka berdua bak kesetanan. Warga kebingungan dgn apa yang terjadi, seraya warga menghentikan aksi brutal ayah, ayah menjelaskan bahwa pencuri ini juga mencuri becak miliknya kemarin. becak itupun diserahkan warga kepada Ayah. dan ayah meminta kepada salah seorang warga untuk mengantarkan becaknya kerumah dengan mengupahnya (entah berapa). ayahpun pulang dengan motor. Kejadian ini sekitar dua bulan yang lalu.

Becak ini bukan hanya sebagai becak gratis bagi saya dan keluarga saya, tetapi juga sebagai sarana ayah (juga dibantu juga dengan perjuangan ibu ) untuk menyarjanakan dua kakak saya, menyarjanakan saya juga dan memahasiswakan dua adik saya di perguruan tinggi ekonomi dan di akademi keperawatan di Banjarmasin.

Makasih ya ayah.. atas becak gratisnya selama ini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...