Kamis, 13 Oktober 2016

jual koran sambil ngemis?



jual koran sambil ngemis? 




Entah apakah sudah menjadi teradisi atau hanya sekedar sebuah kebiasaan bahwa setiap masjid pada sholat jumat ada peminta-minta yang mencari belas kasih kepada masyarakat yang telah selesai melaksanakan sholat jumat. Bahkan sering kali terlihat di masjid yang besar terdapat lebih dari satu orang peminta-minta. Keterbatasan fisik membuat mereka merasa tak mampu untuk bekerja dan apa pula sebagian mereka memang sudah terbiasa meminta-minta, merasa lebih mudah mencari uang dengan meminta ketimbang bekerja berharap upah.

Peminta-minta atau lebih sering disebut dengan pengemis ini digeluti oleh orang-orang dewasa bahkan anak-anak. Aktivitas pengemis ini pula tak terkecuali terdapat di masjid raya sabilal muhtadin, bila dilihat dengan seksama atau bukan dengan seksama maka tidak akan mngkin kita bisa melihat. Dikarenakan para pengemis ini kebanyakan ialah anak-anak seusia sekolah dasar meminta-minta sembari berjualan koran bekas. Sebenarnya tidak tepat juga jika saya menyebut pengemis atau peminta minta, itu dikarena mereka datang ke masjid bukan untuk meminta-minta akan tetapi sebagai penjual koran bekas sebagai ganti sajadah sholat para jamaah yang tidak atau lupa membawa sejadah untuk sholat.
Mengapa saya menganggap aktivitas mereka seperti peminta-minta itu karena ketika mereka berjualan koran bekas dengan harga seribu rupiah mereka juga meminta uang kepada orang yang ditawari koran bekas namun tidak membelinya. " om.. om.. korannya om " begitu cara mereka menawarkan koran bekas kepada jamaah. Namun ketika orang tersebut tidak membeli maka mereka berkata " minta sadakahnya barang om'ae gasan sekolah " mereka minta uang ketika tidak dibeli dengan dalih bayar sekolah.

Mereka yang menggunakan seragam sekolah tampak tak canggung meminta uang kepada jamaah, tentu pula banyak jamaah yang iba dan memberikan uang kepada mereka. Walhasil uang yang mereka dapatkan setelah jualan koran bekas sekaligus minta-minta berkisar dari 20.000 sampai 50.000 bahkan jika beruntung mereka bisa mendapatkan uang 100.000 rupiah.

Berdalih untuk biaya keperluan luan sekolah penjual koran bekas sekaligus pengemis ini semakin bertambah, beberapa tahun yang lalu sempat saya masih hapal betul wajah-wajah penjual koran bekas ini karena orangnya cuma itu-itu saja, sekarang jumlah mereka bertambah banyak, bahkan selalu ada wajah baru diantara penjual koran bekas ini. Mulai datang berjalan kaki, bersepeda dab ada pula yang diantar oleh orang tuannya. " hati-hati nak lah buliknya " kata seorang ibu yang mengantarkan anaknya berjualan koran bekas sembari anaknya mencium tangan orang tuanya.

Siapa yang tak iba dengan ucapan seorang anak kecil yang berseragam sekolah mengucapkan " koran om! Minta sedekahnya barang om'ae gasan sekolah "? . Memang apa yang mereka jual itu halal membantu orang yang ingin sholat ketika tidak membawa sejadah, namun apa yang mereka lakukan, berjualan koran bekas sambil meminta-minta ini sangat memprihatinkan mental sekaligus moral mereka sebagai seorang harapan bangsa. Adakah solusi untuk ini?

Namun yang perlu digaris bawahi ialah tidak semua anak penjual koran bekas sambil meminta-minta, ada pula sebagian kecil dari mereka yang tak meminta-minta dan hanya berjualan koran saja. Dan banyak pula dari mereka yang memang dari rumah tidak membawa koran bekad untuk dijual, namun ketika sholat usai mereka meminta-minta kepada jamaah, untuk dalih mereka meminjam satu lembar koran bekas kepada anak-anak lain, seolah-olah mereka juga berjualan koran bekas.

*arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...