Kamis, 13 Oktober 2016

Entah ada apa aku dengan anjungan kelotok ini ( sebuah cerita )

Hari ini .. 
Entah mengapa aku begitu bahagia dengan anjungan klotok ini (perahu mesin, red).. 

Dari sejak awal naik klotok ini sampai berkilo-kilo saya serta dua teman saya menyusuri sungai kota Banjarmasin, kota seribu sungai katanya. Mulai dari sungai martapura, terus melewati benua anyar, sungai andai, sungai jinggah hingga sungai gampa yang ada di pelosok kota, saya dengan asik duduk di anjungan kapal tersebut sembari menikmati pemandangan sungai nan indah..

Mulai dari hiruk pikuk kota, pasar, patung bekantan, masjid, menara pantau, acil-acil mandi (ibu-ibu sedang mandi), hilir mudik klotok lainnya, dan tak terkecuali rumah rumah klasik khas kota seribu sungai, juga rumah lanting. Semua ku pandangi dengan lahap.

Sebelumnya, saya terlebih dulu mengambil posisi anjungan klotok yang kami sewa 250 ribu ini, begitu pula dengan dua temanku Arjuna dan Paulina juga mengambil posisi di anjungan.

Ketika itu pemilik klotok menegur kami " eh eh...jangan duduk dianjungan, rodanya timbul, klotok gak bisa jalan " beliau menegur kami. Kedua teman ku pun berpindah posisi, Arjuna dipaling belakang dan Paulina ditengah, aku pun berdiri ingin pindah posisi, pemilik klotok berkata kepadaku " kamu gak usah pindah, kamu tetap saja disitu tidak mengapa". Aku pun tetap dianjungan duduk manis, klotok pun melaju.

Sesampainya ditempat yang kami tuju, yakni sungai gampa, pemilik klotok yang membawa kami menyusuri sungai ini menghampiri saya, " kamu anak Fatimah kan ? '' kata beliau.. " iya mang, ibu saya Fatimah " sahut saya.

" pantesan kamu mirip dengan Fatimah, ibu mu itu teman saya waktu kecil, waktu sekolah dulu, ibu kamu itu juga paling senang duduk dianjungan klotok, mamang juga ingat sewaktu kamu kecil, umur sekitar 3 atau 4 tahun, sering keluarga kamu juga mencarter klotok mamang ini, untuk bepergian, kamu selalu meminta kepada ibumu agar duduk dianjungan, kalau gak dianjungan kamu menangis. Ya terpaksa ayah kamu duduk dianjungan mengendong kamu".

Aku hanya tersenyum..
Entah ingat tidak ingat, dejavu memang, aku pun sangat bahagia duduk dianjungan.

Sungaiku hidupku..
Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...