Kamis, 13 Oktober 2016

Bahagia itu benar-benar tak mesti mahal ( sebuah Cerita )

foto Arif Riduan




Bahagia itu benar-benar tak mesti mahal

Saat anak-anak lain bermain di tempat permainan Mall atau swalayan lainnya, ternyata "odong-odong" sepeda motor yang disulap menyerupai kereta api tetap diminati oleh anak-anak serta orang tua anak.

Cukup dengan membayar 5.000 rupiah per-satu orang anak plus pendamping kita sudah dapat menikmati wahana unik ini. Ia berjalan sekitar 1 sampai 2 kilo meter lalu kembali ke tempat semula untuk menaikan dan menurunkan penikmat wahana ini. Murah meriah, seharusnya jenis permainan ini disubsidi oleh pemerintah.

Lebih dari semua itu ada sesuatu yang unik ketika saya sengaja membuntuti kereta ini. Saya membuntuti dengan sepeda motor di belakangnya, dari awal saya tertarik untuk membuntuti kereta ini karena saya melihat dua orang anak sedang berlari mengiringi kereta tersebut. Mereka lari sekencang-kencangnya serta sesekali mereka bergantian untuk menaiki ujung belakang kereta dengan cara bergelantungan. Bahaya memang, tapi inilah anak-anak, tak ada kata bahaya dalam kamus mereka.

Wajah senang dan bahagia tampak sekali pada diri mereka saat berlari mengejar kereta. Dari komplek ke komplek sebelah jaraknya itu tak kurang dari 1 kilo meter, tetap saja mereka berlari, juga sesekali bergantian bergelantungan dibagian ujung belakang kereta ini.

Saya sempat berpikir apa sebenarnya yang terjadi, apakah mereka ingin menaiki wahana ini namun tidak punya uang ?. ataukah sudah kebiasaan mereka seperti ini. Pikiran saya mengarah kepada mereka tidak mempunyai uang.

Ketika kereta itu berhenti di tempat semula untuk menurunkan dan menaikan lagi penumpang yang lain dua anak tersebut masih ada dibelakang kereka itu sambil cengar-cengir entah apa yang mereka bicarakan sehingga saya lihat sesekali dari mereka tersenyum bahkab tertawa.

Saya pun turun dari sepeda motor dan menghampiri mereka. Saya langsung menyodorkan uang 10.000 rupiah kepada mereka dengan maksud memberi agar mereka bisa menaiki kereta yang sejak tadi mereka kejar-kejar. " dek, ini dek ambil buat kalian naik kereta ini". Awalnya mereka agak malu-malu, ya maklumlah orang yang tidak mereka kenal tiba-tiba memberikan uang. Namun salah satu dari mereka mengambil juga uang yang saya sodorkan.

Tanpa mengucapkan terima kasih mereka langsung berlari ke depan tempat dimana pengemudi kereta menagih uang pembayaran untuk naik ke kereta miliknya.

Anehnya bukannya membayar untuk naik kereta ternyata mereka berdua berlari menuju warung yang ada di depan, mereka membeli jajanan yang ada diwarung tersebut. Sedangkan kereta sudah penuh diisi oleh anak-anak dan orang tuanya. Saya lihat mereka banyak membeli jajanan makanan ringan dengan uang 10.000 yang tadi saya kasihkan, termasuk membeli teh kemasan gelas juga mereka beli dan langsung diminum.

Kereta pun berangkat lagi, dengan sigap mereka berlari lagi seperti sebelumnya, belari kencang, dan bergekantungan di unjung kereta, namun bedanya kali ini mereka berlari membawa bekal.

Saya hanya dapat mengelengkan kepala dengan apa yang saya lihat kali ini. Sungguh bahagia itu memang benar-benar taj mesti mahal, bahkan bisa gratis plus dapat jajan.

wahahahahaha.. ada-ada saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...