Jumat, 07 April 2017

Perjuangan Pangeran Antasari untuk Banua : Kisah Perang Banjar



a
Pangeran Antasari - foto Net
Sudah tiga tahun sejak 1859 perang Banjar berjalan. Akhirnya Pangeran Hidayatullah yang telah ikut berjuang menyerahkan diri kepada Belanda. Dan dibuang ke Cianjur. Namun Perang Banjar tidak berhenti sampai di situ. Pangeran Antasari diangkat oleh rakya Banjar sebagai pimpinan (kesultanan yang diakui oleh rakyat Banjar) menggantikan Pangeran Hidayatullah. Masih dengan semboyan “ Hidup untuk Allah dan mati untuk Allah “ seluruh rakyat Banjar, ulama, dan para bangsawan setia ikut berperang bersama Antasari.

Dalam keadaan sakit Pangeran Antasari siap siaga di balik jendela dengan Bedil yang diacungkannya ke arah luar memantau situasi yang berkecamuk di luar benteng rakyat Banjar di Hulu Sungai Teweh. Sesekali beliau terbatuk- batuk ketika mendengar dentuman-dentuman suara letusan Meriam dan suara Bedil dari luar. Belanda sejak tengah hari hingga menjelang sore menyerbu pertahanan rakyat Banjar di benteng Hulu Sungai Teweh. Hingga pada akhirnya suara riuh kemenangan terdengar itu tandanya Belanda kalah. Bergegas Gusti Mat Said dan Gusti Mat Seman menuju tempat Ayahnya di dalam benteng. Dengan baju yang sobek-sobek juga beberapa luka di tubuh mereka terhihat lega kerena melihat ayahnya baik baik saja. Batuk Pangeran Antasari semakin terdengar, terus saja batuk. Datanglah juga Surapati yang mengkahwatirkan Pangeran.

Tak lama kemudian datanlah Demang Lehman dengan berkata “ agaknya saya datang terlambat, sehingga tidak sempat mengenyam hidangan hari ini “. Semuanya tersenyum, Mat Said pun menjawab “ seandainya kami mengetahui Demang akan datang, maka akan kami sisihkan sebagian “. Mereka tersenyum lagi. Dan Surapati juga ikut bicara “ Demang ini telah kenyang sendirian dengan hidangan-hidangan di Gunung Lawak, Tanah laut dan Hulu Sungai. Seharusnya dia yang menyisihkan selebihnya untuk kita. Apa yang dikatakan Surapati ini membuat mereka tertawa. 

Demang Lehman datang bukan karena ia tahu kalau benteng ini diserbu Belanda, melainkan mendengar kabar bahwa Pangeran Antasari sedang sakit. Beliau pun menanyakan keadaan Pangeran. Pangeran menjawab " Seperti yang kamu lihat sendiri, biasalah sakitnya orang yang sudah berumur sangat tua, insya Allah aku akan sehat kembali “. Demang Lehman juga membawa kabar bahwa dia, Haji Buyasin, Langlang dan semua rakyat Hulu Sungai dan Tanah Laut telah berikrar dan bertekad bulan, di bawah pimpinan Pangeran Antasari akan berjuang terus menerus bertempur di mana pun mereka berada. Pangeran pun mengucapkan terima kasih karena telah diberi kepercayaan oleh rakyat untuk memimpin mereka dan pula berkata bahwa dengan kepimpinan ini beliau tidak bisa memwariskan apa-apa selain perjuangan ini

Mereka membicarkan Pangeran Hidayatullah yang telah ditangkap oleh Belanda, dan sangat merindukan sosok Hidayat yang juga telah berjuang bersama mereka hingga tiga setengah tahun ini. Belanda pun menghapuskan Kesultanan Banjar dan tak mengakui keberadaan Kesultanan Banjar lagi. Sehingga yang dianggap pemberontak ( Antasari, dan keluarganya serta pengkutnya ) diburu habis-habisan oleh pihak Belanda dan orang-orang yang memihak kepada Belanda. Dengan penyerahan diri Pangeran Hidayatullah bisa menghentikan perang yang selama ini beliau sangat iba melihatnya, karena tak tega dengan penderitaan rakyat. Namun pihak Belanda mengkhianati kesepakatan iru dan membuang Hidayat ke Cianjur. Perang tetap berlangsung tanpa henti. 

Pangeran Antasari pun juga menerima ajakan agar beliau menyerahkan diri kepada Belanda. Dengan itu Belanda berjanji akan mengampuni kesalahan beliau dan seluruh rakyat Banjar yang membelot dari Belanda. Antasari juga mengatakan bahwa beliau juga sudah membalas surat tersebut dengan balas tidak akan berunding dan menolak semua tawaran dari Belanda. Jika menyerah maka anak cucu rakyat Banjar akan menyalahkan kita, kata Beliau. Jangankan Hidayat. Tamjid yang jelas jelas orang kepercayaan Belanda saja diasingkan ke Jawa, apa lagi kita yang terang-terangan memerangi Belanda, tambah beliau lagi. Dalam situasi yang masih genting sehabis peperangan di depan benteng, suara azan terdengar mereka pun melaksanakan sholat dengan khusuk dan berdoa agar diberi keselamatan dalam perjuangan ini, dan mendoakan para pejuang yang telah gugur dalam peperangan selama ini agar diberikan keampunan oleh Allah. 

Pada 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari wafat karena sakit. Beliau dimakamkan di Bayan Begok, Hulu Teweh. Kepergian beliau tidak lantas mematahkan semangat perjuangan yang selama ini beliau tanamkan kepada rakyat Banjar yang berjuang, malah semangat itu kian berapi-api berkobar hingga seluruh negeri Banjar selama 1858-1905. 

Bahan Bacaan " ANTASARI ; SEBUAH NOVEL SEJARAH Karya Helius Sjamsuddin " 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...