Sabtu, 09 April 2016

Sungai Kuin Kacil ( Wisata Sungai Kota Banjarmasin )













Sungai Kuin Kacil 

Ketika memasuki Sungai Kuin Kacil ini hati saya menimbulkan dua perasaan. Pertama persaan senang dan kedua ialah perasaan takut.

Pertama saya senang menikmati pemandangan yang begitu menawan ketika menyusuri Sungai Kacil ini. Suasana yang begitu sejuk dan asri, penuh dengan bermacam pohon sepanjang tepian sungai. Lebih dari itu, saya sangat senang ternyata sungai yang dulu diceritakan oleh Nenek saya ternyata memang seperti ini, seperti apa yang saya lihat saat ini.

Sewaktu saya kecil Nenek saya bercerita bahwa Sungai Veteran dan Sungai Kuin banyak ditumbuhi oleh bermacam pohon, ada Rambai, Rumbia, dan banyak lagi tumbuhan lainnya. Tumbuhan itu berjejer di sepanjang sungai dan depan depan rumah masyarakat, sebagai pencegah abrasi dan membuat suasana sejuk perkampungan. Nenek juga pernah bercerita bahwa di sungai-sungai Banjarmasin dihiasi dengan jembatan-jembatan gantung kecil namun kokoh. Cerita Nenek tentang jembatan itu tergambar ketika saya melihat beberapa jembatan gantung saat melintasi Sungai Kuin kacil.

Masih mengambil gambaran dari cerita Nenek. Beliau mengatakan dahulu masyarakat hanya menggunakan perahu kecil yang disebut dengan jukung sebagai alat transportasi utama kala itu. Ke pasar, ke sekolah, ke hajatan ketangga, semua menggunakan jukung. Di Sungai Kuin Kacil saya juga melihat pemandangan seperti yang diceritakan oleh Nenek, saya melihat anak-anak sekolah menggunakan jukung, ibu-ibu pergi kehajatan tetangga menggunakan jukung dan setiap rumah masyarakat pasti memiliki jukung kecil satu hingga tiga buah, yang terikat di dermaga kecil di depan rumah.

Kehidupan masyarakat bantaran Sungai Kuin Kacil sangat erat dengan sungai yang menjadi urat nadi sosial serta ekonomi mereka. Interaksi sosial mereka lalukan melalui sungai dan barang-barang hasil panen mereka bawa menggunakan jukung, begitu pula ketika berladang dan bepergian.

Tempat ini sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata yang dapat membawa pengunjungnya ke suasana Banjarmasin tempo dulu. Suasana sejuh rindang, pemadangannya dan kesederhanaan masyarakatnya menjadi nilai kearifan lokal yang sangat mahal harganya. Di sana kita masih dapat melihat anak-anak bermain bebas di sungai, dekat dengan alam disaat anak-anak yang lain bermain dengan game online.

Saya juga senang ketika mendengar pemerintah kota akan menata kawasan tersebut sehingga bisa dijadikan objek wisata sungai dengan tidak merubah kearifan lokal yang telah dibangun oleh masyarakat. Semoga terlaksana.

Kedua, saya juga merasa takut. Ketika saya mengingat kata-kata Nenek saya yang mengatakan " Sungai Veteran dan Sungai Kuin dulunya banyak di tumbuhi oleh pepohonan nan rindang " saya merasa takut, karena apa yang dikatakan oleh Nenek saya tersebut bertolak belakang dengan apa terlihat saat ini pada Sungai Veteran dan Kuin. Pepohonan dikalahkan oleh bangunan-bangunan besar. Betonisasi dimana-mana, masyarakat juga kurang memelihara sungai yang merupakan warisan sejaran yang panjang dari nenk moyang. Saya takut nasib Sungai Kuin Kacil juga akan seperti itu, hilang terkikis oleh jaman. Beruntung sekali saya sudah pernah ke tempat ini.

Ketakutan saya juga muncul ketika melihat rumah-rumah warga yang ada di bantaran sungai Kuin Kacil ini bisa dikatakan sebagian besarnya ialah kumuh dan sebenarnya tak layak huni. Saya takut keaslian rumah-rumah mereka dirubah bahkan dihilangkan dengan alasan kumuh dan merusak pemandangan. seperti halnya rumah lanting pinggiran sungai Martapura, habis dihilangkan dengan alasan kumuh dan merusak pemandangan kota serta tak memili izin bangunan. Saya lihat rumah masyarakat Sungai Kuin Kecil, saya yakin mereka pun tak memiliki izin bangunan. 

Semoga Sungai Kuin Kacil benar-benar dipertahankan oleh Pemerintah Kota tanpa merubah dan menghilangkan budaya dan kearifan lokal masyakat sungai Kuin Kacil. Semoga nanti atau pun dimasa yang akan datang ketiga pemerintahan berganti rencana mempertahankan kearifan lokal masyarakat tetap dilestarikan dan dijaga.

Keindahan sebuah objek wisata sebenarkan bukan hanya terletak bagimana keindahan sebuah bangunan dan letaknya, melainkan yang lebih mahal nilainya ialah ruh yang tersimpan di dalam kearifan lokal yang telah mengakar dan membudaya di masyarakat bantaran sungai.

=============
dokumentasi diperoleh dalam kegiatan susur sungai bersama Melingai dan FKH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...