Minggu, 29 September 2013

Teknik-Teknik Dalam Konseling

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Keberhasilan konseling pada dasarnya banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Penggunaan teknik – teknik tersebut juga harus sesuai dengan karakter dan permaslahan yang sedang dihadapi oleh konseli. Hal ini dapat memperlancar proses konseling dan permasalahan konseli dapat terselesaikan.
Maka, penulis akan mengupas tentang Teknik – Teknik Dalam Konseling.

B.   Rumusan Masalah

1.      Persiapan untuk konseling
2.      Teknik –teknik hubungan
3.      Masalah – masalah khusus tentang hubungan
4.      Teknik – teknik interpretasi
5.      Penggunaan nasehat, informasi dan tes

C.   Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengupas tentang persiapan untuk konseling,
2.      Untuk mengupas teknik – teknik hubungan.
3.      Untuk mengupas tentang masalah – masalah tentang hubungan.
4.      Untuk mengupas teknik – teknik interpretasi.
5.      Untuk mengupas tentang penggunaan nasehat, informasi dan tes.

D.   Manfaat Penulisan

1.      Supaya mengetahui persiapan konseling.
2.      Supaya tahu teknik – teknik hubungan.
3.      Supaya dapat mengatasi masalah – masalah tentang hubungan.
4.      Supaya tahu teknik – teknik interpretasi.
5.      Supaya dapat menggunakan nasehat, informasi dan tes dengan baik.


BAB II

PEMBAHASAN

1.     Persiapan untuk konseling

Dalam persiapan untuk konseling terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor dalam memulai proses konseling, yaitu :

a.      Kesiapan untuk konseling

Kesiapan merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum klien membuat hubungan konseling. Kesiapan klien untuk konseling dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : Motivasi untuk memperoleh bantuan, Pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri, harapan – harapan terhadap peranan konselor dan sietem pertahanan dirinya.

b.      Metode penyiapan klien

Untuk mencapai kesiapan klien dalam konseling, dapat dilakukan metode – metode berikut :
1.      Melalui pembicaraan dengan berbagai pihak/lembaga mengenai topik – topik masalah dan pelayanan konselingyang diberikan.
2.      Menciptakan iklim kelembagaan yang merangsang untuk meminta bantuan.
3.      Menghubungi sumber – sumber referal, misalnya dari organisasi sekolah dan sebagainya.
4.      Memberikan informasi kepada klien tertentu tentang dirinya dan prospeknya.
5.      Melalui prospek pendidikan itu sendiri.
Teknik – teknik survey terhadap masalah – masalah klien orientasi pra-konseling.

c.       Riwayat kasus (case history)

Merupakan kumpula informasi yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa lampau. Riwayat kasusu ini juga sebagai salah satu metode yang membantu proses konseling.
Bentuk – bentuk riwayat kasusu, sebagai berikut :
1.      Riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan kepada masalah – masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara.
2.      Catatan komulatif (cummulative record), merupakan sistem catatan tenteng berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang.
3.      Biografi dan autobiografi.
4.      Tulisan – tulisan yang dibuat sebagai dokumen pribadi.
5.      Grafik waktu tentang kehidupan kasusu.

d.      Psikodiagnosis

Psikodiagnosis mempunyai dua arti. Pertama biasa disebut sebagai proses diagmosa diferensial, merupakan suatu klasifikasi deskriptif atau taksonomi masalah – masalah yang sama dengan klasifikasi psikiatris untuk gangguan neurotis, psikosis dan karakter. Kedua biasa disebut sabagai diagnosis struktural, merupakan suatu prosedur penginterprestasikan data kasus.
Terdapat bahaya yang timbul bila tidak berhati – hati ketika menggunakan teknik ini, antara lain :
1.      Data yang terbatas,
2.      Konselor sangat memperhatikan keadaan tingkah laku klien sekarang,
3.      Terlalu cepat menggunakan tes.
4.      Hilangnya pemahaman terhadap individualitas atau keunikan sistem self klien.
5.      Pengaruh sikap menilai dari konselor.

e.       Penggunaan tes dalam psikodiagnosis

Untuk memperoleh data kepribadian klien melalui sampel perilaku dalam situasiyang terstandart, sehingga diperoleh data terapeutik. Penggunaan tes psikodiagnosis berasumsi bahwa kepribadian sebagai suatu yang dinamis, dapat diukur melalui perilaku,dan pola pikir serta bahasa klien yang diperoleh melalui tes,menggambarkan struktur dari karakter klien.
Fungsi penggunaan tes psikodiagnosis, a.l :
1.      Menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling.
2.      Meramalkan keberhasilan konseling.
3.      Memperoleh informasi yang lebih terperinci.
4.      Merumuskan diagnostik yang lebih tepat.

2.     Teknik – teknik hubungan.

Akan dikupas 8 teknik untuk menciptakan hubungan antara konselor dan klien, yaitu :

a.      Teknik rapport

Teknik untuk menciptakan suatu hubungan yang akrab,antara konselor dan konseli yang ditandai dengan saling mempercayai. Dengan cara, sebagai berikut :
1.      Pemberian salam yang menyenangkan.
2.      Topik pembicaraan yang sesuai.
3.      Susunan ruangan yang menenangkan.
4.      Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan dan kesadaran terhadap hakekat klian secara ilmiah.

b.      Refleksi perasaan

Merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata – kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling, a.l :
1.      Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam.
2.      Klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku.
3.      Memusatkan evaluasi pada klien.
4.      Memberi kekuatan untuk memilih.
5.      Memperjelas cara berfikir klien.
6.      Menguji kedalaman motif – motif klien.

c.       Teknik – teknik penerimaan

Merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling. Dalam proses ini ada 3 unsur, a.l : ekspresi muka, tekanan suara, dan jarak serta perawakan.

d.      Teknik menstrukturkantu

Merupakan proses penetapan batasan oleh konselor tentang batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya, hubungan tertentu pada khususnya.
Berdasarkan pembatasan potensi proses konseling ada 5 macam struktur, yaitu :
1.      Batas – batas waktu baik dalam satu individu, maupun seluruh proses konseling.
2.      Batas – batas tindakan baik konselor maupun klien.
3.      Batas – batas peranan konselor.
4.      Batas – batas proses atau prosedur.
5.      Strukturing dalam nilai proses.

e.       Diam sebagai suatu teknik

Dalam suatu proses konseling keadaan “diam” dapat merupakan suatu teknik hubungan konseling. Dan dapat mempunyai berbagai makna antara lain:
1.      Penolakan atau kebingungan klien
2.      Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu untuk mengatakan selanjutnya
3.      Kebingungan yang yang didorong oleh kecemasan atau kebencian
4.      Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara
5.      Klien mengharapkan sesuatu dari konselor
6.      Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan
7.      Klien baru menyadari kembali dan ekspresi emosional sebelumnya.
Adanya keadaan diam dari pihak konselor, mempunyai manfaat bagi proses konseling yaitu:
1.      Mendorong klien untuk bicara
2.      Membantu klien untuk lebih memahami dirinya
3.      Setelah diam, klien dapat mengikutiekspresi klien yang membawa klien berfikir dan bangkit dengan tilikan yang mendalam.
4.      Mengurangi kecepatan interview

f.       Teknik – teknik memimpin

Istilah memimpin dalam proses konseling mempunyai 2 arti. Pertama, menunjukkan keadaan dimana konselor berada didepan atau disamping pikiran klien. Kedua, keadaan dimana konselor mengarahkan pemikiran klien kepada penerimaan perkataan konselor.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam teknik ini (memimpin), berikut:
1.      Memimpin hanya sepanjang klien memberikan toleransi sesuai dengan kecakapan dan pemahamannya
2.      Memimpin bisa berbeda-beda dari topik ke topik
3.      Memulai proses konseling dengan sedikit meminpin

g.      Memberikan jaminan

Hakikatnya adalah sebagai pemberian ganjaran dimasa yang akan datang. Metode ini dapat mencocokkan sistem kepercayaan klien, dapat mengurangi rasa cemas, dan memperkuat pola tingkah laku yang baru.
Pemberian jaminan ini dapat dilakukan dengan teknik:
1.      Pernyataan persetujuan
2.      Prediksi hasil
3.      Pasca- diksi hasil
4.      Kondisi wawancara
5.      Jamina faktual
6.      Mengembalikan pertahanan diri

h.      Ketrampilan mengakhiri.

Ketrampilan mengakhiri wawancara konseling merupaka teknik hubungan dalam proses konseling. Mengakhiri wawancara, dapat dilakukan dengan cara:
1.      Mengatakan bahwa waktu sudah habis
2.      Merangkum isi pembicaraan
3.      Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang
4.      Berdiri
5.      Isyarat gerak tangan
6.      Menunjukkan catatan-catatan singkat
7.      Memberikan tugas-tugas tertentu.

3.     Masalah – masalah khusus tentang hubungan.

Dalam proses konseling, terdapat tiga kondisi yang dapat membantu dan menghambat proses konseling tergantung bagaimana hal itu dinyatakan dan ditangani.
Ketiga kondisi tersebut adalah:

a.      Pemindahan

Istilah pemindahan dalam pengertian yang luas, menunjukkan pernyataan perasaan-perasaan klien terhadap konselor, apakah berupa reaksi rasional kepada kepribadian konselorkarna proyeksi yang tidak sadar dari sikap-sikap dan stereotipe semacamnya. Secara psikoanalisa pemindahan merupakan suatu proses dimana sikap klien sebelumnya dinyatakan kepada orang atau secara tidak sadar diproyeksikan kepada konselor. Dalam proses konseling, klien memproyeksikan sikap-sikapnya secara tidak sadar terhadap konselor. Pemindahan merupakan semacam hubungan terapiotik yang terjadi dalam proses konseling.
Pemindahan dapat bersifat positif, yaitu bila klien memproyeksikan perasaan afeksinya atau ketergantungannya kepada konselor. Bersifat negatif, yaitu bila klien memproyeksikan perasaan kebencian dan agresinya kepada konselor.
Fungsi terapeutik pemindahan dalam konseling:
1.      Semangat membangun hubungan yang baik
2.      Meningkatkan keperdulian klien terhadap konselor
3.      Memungkinkan klien memperoleh tilikanperasaan melalui penafsiran perasaannya.
Dalam ini, proses pemindahan dipandang sebagai bagian perubahan kepribadian dalam jangka panjang. Penylesaian pemindahan dapat dicapai apabila konselor menjaga sikap menerima dan memahami, dan juga menemukan teknik-teknik raflaksi, bertanya dan interpretif.

b.      Pemindahan Balik (Counter-Transference)

Pemindahan balik merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Timbulnya pemindahan balik bersumber dari kecemasan konselor yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:
1.      Masalah pribadi yang tak terpecahkan
2.      Tekanan situasional, yang bertalian dengan masalah pribadi konselor
3.      Komunikasi perasaan klien dengan konselor.
Konselor dapat mengatasi perasaan pemindah balik ini dengan cara:
1.      Membatasi sumber perasaan pemindahan hak
2.      Meminta bantuan kepada ahli lain
3.      Mendiskusikan dengan klien
4.      Menyadari diri sendiri
5.      Rujukan kepada terapi kelompok

c.       Resistensi atau Penolakan

Resistensi merupakan suatu karakteristik sistem pertahanan klien yang berlawanan dengan tujuan konseling atau terapi. Rintangan ini merupakan hasil darisistem pertahanan luar, yang melindungi klien dari “ancaman situasional”, atau sistem pertahanan yang melindungi klien dari dorongan tidak sadar dari “core estem” (sistem inti) klien.
Pada umumnya, konselor melihat resistensi sebagai sesuatuyang melawan kemajuan dalam pemecahan masalah, dan karena konselor harus berusaha menguranginya sebanyak mungkin. Akan tetapi konselor melihat resistensi sebagai suatu gejala yang penting untuk dianalisa secara intensif. Dengan demikian pada dasarnya resistensi itu meruakan gejala yang normal dalam proses konseling.Berdasarkan sumbernya,resistensidapat bersifat internal dan eksternal.Beberapa kondisi dapatmenjadi sebab resistensi seperti kelelahan,penyakit,cacat metal,habatan bahasa dan psikose.
Fungsi positif resistensi dalam proses konseling adalah:
1.   Memberikan indikasi kemajuan wawancana pada umumnya dan dasar untuk rumusan diagnostik dan prognostik.
2.   Memberikan informasi kepada konselor,bahwa ada struktur pertahanan dari klien, sehingga konselor harus mempertimbangkan proses selanjutnya.
3.   Sebagai mekanisme protektif bagi klien melalui sistem pertahanannya.
Langkah pertama adalah membuat dirinya sadar terhadap kemungkinan sebab – sebab eksternal dalam dirinya dan pengaruh teknik – teknik yang digunakan. Langkah selanjutnya adalah mengambil kebijakan sebagai berikut :
1.      Tidak menghiraukan gejala, tetapi waspada terhadap peningkatan resisitensi.
2.      Teknik adaptasi minor, melakukan suatu tindakan untuk mengurangi resistensi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi pengaruh emosional, mengubah kecepatan, menggunakan humor, dorongan dan penerimaan.
Teknik penanganan secara langsung denga cara interpretasi resisitensi, refleksi perasaan resisitensi, referal dan ancaman.

4.     Teknik – teknik interpretasi

a.      Hakekat interpretasi

Dapat diartikan sebagai usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada klien. Data interpretasi dapat dikatagorikan sebagai berikut : kategori pertama, data yang dijabarkan dari data eksternal (data obyektif). Misalnya hasil tes. Hasil suatu tes dapat disampaikan dan dijelaskan kepada klien secara statistik. Kategori kedua, data yang dijabarkan dari data interpersonal yang dihasilkan selama konseling. Data ini bertujuan untuk membuat klien menyadari hubungan diantara pengalaman – pengalaman pribadi dan membuat perasaan dan tindakannya menjadi lebih berarti secara sadar.

b.      Teknik interpretasi

Tahap – tahap interpretsi tersebut adalah :
1.   Refleksi persaan, dimana konselor tidak pergi lebih jauh dari apa yang telah dinyatakan klien.
2.   Klarifikasi, menjelaskan apa yang telah tersirat dalam apa yang telah dikatakan klien.
3.   Refleksi, konselor memberikan penilaian terhadap apa yang tersirat dalam kesadarannya.
4.   Konfrontasi, konselor membawa kepada perhatian, cita – cita dan perasaan klien yang tersirat tetepi tidak disadari.
5.   Interpretasi, konselor memperkenalkan konsep – konsep, hubungan, dan pertalian baru yang berakar dalam pengalaman klien.

c.       Tipe – tipe interpretasi

Karl Menninger memberikan deskripsi mengenai berbagai tipe interpretasi berdasarkan urutan waktu dalam psikoterapi. Tipe – tipe tersebut adalah : (a). Interpretasi persiapan. (b). Interpretasi rill/ isi. (c). Interpretasi resistensi. (d). Interpretasi pemindahan. (e). Interpretasi ulangan.

d.      Metode interpretasi

Adapun metode – metode umum interpretasi, a.l :
a.    Pendekatan tentatif, metode dengan memberikan interpretasi sementara (tentatif) terhadap suatu masalah.
b.   Asosiasi bebas, dengan memberikan kebebasan interpretasi kepada klien berdasarkan asosiasi yang terjadi secara bebas kepada klien.
c.    Interpretasi menggunakan ungkapan – ungkapan yang lunak dan halus, baik yang berupa kata – kata atau kalimat. Dengan metode ini resisitensi klien dapat diminimalkan.
d.   Pertanyaan – pertanyaan interpretatif, dengan menunjukkan pertanyaan – pertanyaan yang dapat merangsang interpretasi.

5.     Penggunaan nasehat, informasi dan test

a.      Nasihat dalam konseling

Merupakan bentuk psikoterapi dal konseling yang paling tua, yang bertujuan untuk menggali sikap dan perilaku klien. Kekurangan penggunaan nasehat adalah ahwa dalam memberikan nasehat, tanggung jawab pemecahan masalah dipindakan ke tangan konselor dan membatasi kesempatan kepada konseling untuk mengubah sendiri tiap penilaian diri yang fundamental.

b.      Tes dan observasi dalam konseling

Tes dipandang sebagai suatu alat yang digunakan dalam proterapeutik dan memberikan sumbangan dalam membantu klien untuk membuat keputusan dan perencanaan sendiri.
Ada 3 fungsi menggunakan tes dalam konseling, a.l :
a.    Sabagai alat diagnostik.
b.   Menemukan minat dan nilai,
c.    Membuat prediksi tingkah laku.
Prosedur pemilihan tes dengan  langkah – langkah berikut, a.l :
1.   Klien dan konselor menetapakan dat yang diperlukan untuk membantu pemecahan masalah.
2.   Konselor menggambarkan macam – macan teori tes.
3.   Konselor memberikan rekomendasi kepada tes tertentu yang dapat memberikan data yang diperlukan.
4.   Konselor membiarka klien untuk memberikan reaksi terhadap pemilihan tes.
5.   Mengatur pelaksanaan tes.

c.       Prinsip – prisip penggunaan tes dalam konseling

Dalam menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya diperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut :
a.    Mengetahui tes secara menyeluruh.
b.   Penjajagan terhadap alasan klien menginginkan tes dan pengalaman klien dalam tes – tes yang pernah dialaminya.
c.    Perlu pengaturan pertemuan interpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi.
d.   Arti tes skor baru dapat dibuat secepatnya dalam diskusi.
e.    Kerangka acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas.
f.    Hasil tes harus diberikan kepada klien (dalam bentuk buku skor)
g.   Hasil tes harus selalu terjabarkan.
h.   Konselor handaknya bersikap netral.
i.     Konselor hendaknya memberikan interpretasi secara berarti dan jelas.
j.     Hasil tes harus memberikan prediksi dengan tepat.
k.   Dalam tahap interpretasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari klien.
l.     Interpretasi skor yang rendah kepada klien yang normal hendaknya dilakukan dengan hati – hati.
Bentuk tes yang lazim digunakan untuk menunjang konseling, a.l :
a.    Inventori kepribadian secra tertulis
b.   Teknik proyektif.
c.    Observasi terhadap perbuatan – perbuatan ekspresif.
d.   Inventory minat dan nilai.Tes bakat dan prestasi.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam Teknik-teknik Komunikasi konseling, seorang konselor harus menguasai Persiapan untuk Konseling, Teknik-teknik Hubungan, Masalah-masalah Khusus Tentang Hubungan, Teknik-teknik Interpretasi, Penggunaan Nasihat, Informasi dan Tes.
Semua ini diperlukan demi kelancaran proses konseling.

Saran

Penulis yang menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekuranga. Maka penulis mohon kritik dan saran pembaca guna pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...