"Parodi"
Hingar di kebencian hari
Meratap dengan simbilu memerih
Di perapian dengki,bersembuyi benci
Di kesejangan memaksa menepi
gadis bermata biru,berlesung pipih
Membisu dalam lamunan centilnya
Melawan benci nan eloknya
Menjerit di sisi intimnya
Tak sepadan
Tak sampai juga
Meneriaki ke sandiwaraan
Mendingin di serabut lentera
Gadis ber mata biru
Maratapi
Menangisi
Menyeka peluh membanjiri
Parodi di kesempurnaan
Parodi di ke keluh kesahan
Prodi luka semalam
Parodi di ketiak malam
Hingar di kebencian hari
Meratap dengan simbilu memerih
Di perapian dengki,bersembuyi benci
Di kesejangan memaksa menepi
gadis bermata biru,berlesung pipih
Membisu dalam lamunan centilnya
Melawan benci nan eloknya
Menjerit di sisi intimnya
Tak sepadan
Tak sampai juga
Meneriaki ke sandiwaraan
Mendingin di serabut lentera
Gadis ber mata biru
Maratapi
Menangisi
Menyeka peluh membanjiri
Parodi di kesempurnaan
Parodi di ke keluh kesahan
Prodi luka semalam
Parodi di ketiak malam
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SIAPA PEMILIK BURUNG ITU
Tak ada yang tahu siapa yang memiliki burung
yang berbulu warna-warni itu, apakah angin
yang sering memondong burung itu kemana-mana
melayang-layang di udara mengamati buana ?
apakah hutan yang memiliki burung itu, karena
setiap malam burung itu akan terbang menuju
hutan itu untuk tidur di salah satu pohon
besar yang rimbun daun-daunnya ?
Mungkin juga burung itu milik bunga-bunga
kuning yang mekar di tepi sebidang danau
yang tenang di tengah hutan rimbun itu
Tak ada yang tahu sungguh siapa pemilik
burung yang berbulu indah itu, sehari-hari
ia terbang dalam pelukan angin, bermain
di antara-bunga-bunga dan pada malam hari
ia akan tidur dalam dekapan daun-daun
pohon rimbun di hutan lebat itu
Tak ada yang tahu siapa yang memiliki burung
yang berbulu warna-warni itu, apakah angin
yang sering memondong burung itu kemana-mana
melayang-layang di udara mengamati buana ?
apakah hutan yang memiliki burung itu, karena
setiap malam burung itu akan terbang menuju
hutan itu untuk tidur di salah satu pohon
besar yang rimbun daun-daunnya ?
Mungkin juga burung itu milik bunga-bunga
kuning yang mekar di tepi sebidang danau
yang tenang di tengah hutan rimbun itu
Tak ada yang tahu sungguh siapa pemilik
burung yang berbulu indah itu, sehari-hari
ia terbang dalam pelukan angin, bermain
di antara-bunga-bunga dan pada malam hari
ia akan tidur dalam dekapan daun-daun
pohon rimbun di hutan lebat itu
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TAK LAGI...
Merah kuning hijau, bukan lagi pelangi yang menghiasi langit
Tapi kini sudah tumbuh subur berkibar di sepanjang jalan
Menggantikan hijaunya pohonku yang dulu sempat menjadi payung teduh
Kini semuanya hilang gersang sudah
Berganti panas membakar jiwa-jiwa kami, para pengguna jalan
Detik demi detik tak ada waktu lagi tuk menghitung hari
Kini disibukkan lembar demi lembar, suara demi suara pengangkatan
Bagai suara emas, yang seharusnya tak terbeli
Tapi lihat apa yang terjadi?
Dengan mudahnya mereka membeli, hanya dengan sebuah janji
Satu dua tiga, kini tak lagi sayang semuanya
Mereka tertawa riang di atas luka kami yang terus menganga
Menganggap kami seolah bukan manusia, bahkan tak ada
Demi kepuasan mereka sendiri, menikmati tetek ibu pertiwi
Sayang itu tak lagi dibagi, seperti janji yang dibagi-bagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Merah kuning hijau, bukan lagi pelangi yang menghiasi langit
Tapi kini sudah tumbuh subur berkibar di sepanjang jalan
Menggantikan hijaunya pohonku yang dulu sempat menjadi payung teduh
Kini semuanya hilang gersang sudah
Berganti panas membakar jiwa-jiwa kami, para pengguna jalan
Detik demi detik tak ada waktu lagi tuk menghitung hari
Kini disibukkan lembar demi lembar, suara demi suara pengangkatan
Bagai suara emas, yang seharusnya tak terbeli
Tapi lihat apa yang terjadi?
Dengan mudahnya mereka membeli, hanya dengan sebuah janji
Satu dua tiga, kini tak lagi sayang semuanya
Mereka tertawa riang di atas luka kami yang terus menganga
Menganggap kami seolah bukan manusia, bahkan tak ada
Demi kepuasan mereka sendiri, menikmati tetek ibu pertiwi
Sayang itu tak lagi dibagi, seperti janji yang dibagi-bagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HARI YANG TUNTAS
telah ku sempurnakan niatku
padamu
pada cintamu
telah ku sempurnakan lukisanku
dengan keindahan
dengan pujian
telah ku sempurnakan kalahku
dalam percintaan
dalam permintaan
telah ku sempurnakan hidupku
di ruang depan
di ruang kegelapan
telah ku sempurnakan niatku
padamu
pada cintamu
telah ku sempurnakan lukisanku
dengan keindahan
dengan pujian
telah ku sempurnakan kalahku
dalam percintaan
dalam permintaan
telah ku sempurnakan hidupku
di ruang depan
di ruang kegelapan
karya kawan kawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar