Selasa, 08 September 2020

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

 

Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

Penulis Arif Riduan, S.Sos.I
Alumni ponpes Nurul Jannah Banjarmasin 2010


KH. Basyirun Ali
K.H. Basyirun Ali atau Tuan Guru H. Basyirun Ali, kami para santri beliau memanggilnya dengan panggilan "Ayah". Beliau lahir tanggal 18 Agustus 1945, di Margasari, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Tak diketahui pendidikan beliau di masa kecil dan remaja, mungkin dididik oleh ayah beliau sendiri di dalam rumah tangga yang sederhana, tapi agamis. Setelah selesai 6 tahun sekolah rakyat, beliau sempat mengaji atau menuntut ilmu pada ulama kampung yang sering membuka pengajian di Masjid, Langgar dan di rumahnya sendiri. Salah satu guru yang beliau ingat adalah Tuan Guru H. Usman

Ketika dirasa cukup bekal ilmu yang dimiliki beliau. Orang tua beliau mengirim beliau melanjutkan memperdalam ilmu terutama ilmu agama ke Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, saat dipimpin oleh Tuan Guru H. Salim Ma’ruf. Di samping, beliau resmi secara formal berguru dengan beberapa guru yang mengajar di Darussalam, juga pernah berguru secara khusus dengan ulama kharismatik di Martapura seperti Tuan Guru KH. M. Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sakumpul), Tuan Guru KH. Samman Mulia (Guru Padang), Tuan Guru H. Salman Jalil (Guru Salman) dan Tuan Guru KH. Salim Ma’ruf (ulama Ahlu Manthiq), selama beliau nyantri di Darussalam.

Sehabis usai, menuntut ilmu agama di Darussalam, Martapura, beliau sempat pulang ke kampung halaman Margasari untuk mengajar di salah satu Madrasah dan menjadi Penghulu di sana. Namun tak berapa lama beliau di sana. Atas keinginan beliau lebih memperdalam ilmu, beliau melanjutkan studi ke tanah suci Makkah sekaligus untuk menunaikan ibadah haji. Di sana beliau berguru dengan ulama-ulama terkenal, di antaranya Syekh Yasin Al-Fadani, Syekh Abdul Karim Al-Banjari dan Syekh Ismail Al-Yamani.

Ringkas kata, setelah beberapa lama menimba ilmu, khususnya ilmu agama di tanah suci, beliau pada tahun 1985 pulang kembali ke kampung halaman. Beliau sempat pulang ke Margasari, Rantau, Kalimantan Selatan, tempat kelahiran beliau, mendirikan sebuah pesantren yang dinamai dengan Ponpes Nurul Jannah. Namun tak berapa lama kemudian beliau menetap di Banjarmasin, tepatnya di daerah Kelayan B yang terkenal sebagai salah satu wilayah Bronxnya kota Banjarmasin.

Kelayan memang dulunya dianggap sebagai "texas-nya" kota Banjarmasin. Tingginya jumlah pelaku kriminalitas yang bermukim di kawasan kelayan diduga juga karena minimnya penerapan ilmu agama didalam kehidupan bermasyarakat, selain itu dikawasan tersebut masih belum terdapat sekolah yang mengajarkan ilmu agama selayaknya pondok pesantren. Terlebih lagi banyaknya anak-anak yang putus sekolah akibat biaya sekolah umum yang tidak sedikit.

Sehingga Pada tahun 1990, beliau mendirikan Pondok Pesantren Nurul Jannah( yang mana namanya sama dengan pondok pesantren yang beliau bangun di Margasari, di kampungvhalamat beliau). Nurul Jannah salah satu Pondok Pesantren terbesar di Banjarmasin. Alamat Jl Gerilya Gang Bambu Kelurahan Kelayan B Timur, Banjarmasin.

Alasan yang sangat mendasar pada keinginan beliau untuk membangun pesantren ialah saat beliau thawaf, beliau pernah mendengar seorang pendakwah yang beliau kagumi mengatakan bahwa apabila seseorang ingin mengislamkan orang yang sudah Islam, maka bangunlah pesantren. Hal ini membuat keinginan beliau untuk mendirikan pesantren menjadi semakin menggebu-gebu.beliau sempat berdoa di Baitullah, agar sepulang beliau ke Benua dapat membangun pesantren.

Pondok Pesantren Nurul Jannah, memang menjadi pesantren yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan telah terbukti sebagai salah satu pesantren yang berwibawa di Banjarmasin bersama-sama dengan pesantren seperti Pondok Pesantren Istiqamah di Pekapuran Raya.

Saya sebagai santri ingat betul wajah beliau yang penuh kasih sayang kepada santri-santrinya. Terlebih lagi kepada anak yatim dan anak yang kurang mampu, setiap seminggu sekali beliau mengumpulkan anak yatim dan anak kurang mampu yang bersekolah di Nurul Jannah untuk diberi uang saku dan beri makan.  Dan biaya untuk anak yatim dan anak kurang mampu beliau gratiskan.

Beliau juga sangat memuliakan Habaib / Habib. Beliau tak segan-segan mencium tangan Habib sekalipun Habib tersebut adalah murid beliau yang masih belia. Beliau sering mengatakan "muliakanlah anak cucu Nabi". Pada pengalaman saya dulu, pada waktu lomba busana muslim. Saat itu yang menjadi juara 1 lomba buasa muslim adalah kelompok yang mana didalamnya ada Habib-nya. Beliau mengatakan saat itu "kelompok ini juara 1 karena ada anak cucu Nabi ".

Ayah juga seseorang pemimpin pesantren yang sangat disiplin. Target-target hapalan santri harus tercapai. Bahkan ketika itu jika seorang santri tidak bisa mencapai target hapalan (jurmiayah), maka kenaikan kelasnya akan ditunda sampai ia bisa menyelesaikan hapalannya. Bukan hanya kepada santri kepada seluruh pengajar pun beliau juga menerapkan kedisiplinan. Tak jarang terlihat ada ustadz yang kena hukuman disiplin berdiri dilapangan bahkan kena hukuman push-up oleh beliau. Semata-mata ini adalah kebaikan untuk para murid beliau agar nantinya bisa disiplin dalam berkehidupan dan bermasyarakat ketika nanti kembali kemasyarakat masing-masing.

Ayah juga sangat memuliakan para murid beliau. Setiap sholat hajat pada kegiatan pesantren setiap malam minggu beliau selalu berdoa "  Yaa Allah jangan sia-sia santri yang bersekolah di Pondok Pesantren Nurul Jannah ini". Bahkan ketika beliau yang memimpin doa ucapan itu jelas terdengar diterdengar dipendengan kami para santri.

Untuk memuliakan para alumni Nurul Jannah beliau pun mensyaratkan orang yang mengajar di Nurul Jannah adalah alumni dari Nurul Jannah sendiri. Beliau ingin mengangkat derajat alumni sehingga menjadi ustadz / pengajar di pondok pesantren.

Ayah pula sangat gemas berdiskusi, kami para santri dulu setiap senin pagi berkumpul di musholla untuk  berdiskusi mengenai sesuatu/pelajaran agama yang ada di kitab. Santri menjabarkan pelajaran yang ada di kitab, lalu para penelis memberikan beberapa pertanyaan menganai apa yang santri bacakan. Salah satu yang menjadi penelis adalah Ayah sendiri di dampingin oleh Tuan Guru Besar lainnya.

Hal itu juga berlaku pada semua pengajar. Pada waktu yang ditentukan para pengajar dikumpulkan untuk berdiskusi membahas sesuatu baik itu urusan agama atau pelajaran agama yang ada di kitab.

Ayah juga selalu melakukan musyawarah kala ada sesuatu hal yang terjadi atau ada suatu masalah yang terjadi di pondok atau kepada santri. Ayah selalu meminta pendapat kepada pengajar, sekalipun pengajar itu sangat muda. Beliau selalu menghargai apapun pendapat para pengajar kala bermusyawarah.

Demikian sekelumit manaqib Syekh KH. Basyirun Ali atau Tuan Guru KH. Basyirun Ali pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah, yang meninggal 21 Muharram 1431 / 7 Januari 2010 silam. KSemoga beliau selalu mendapat rahmat dan amal jariyah yang tidak berkesudahan serta kita semua bisa meneladani akhlak beliau .

Arif Riduan

*Bahan Bacaaan/tulisan*
Tulisan Guru Saya
Tuan Guru Humaidi Abdul Sami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Teater : Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! ( karya Arif Riduan)

Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! Karya : Arif Riduan Suasana panggung : Taman Kampus atau halaman kampus tempat ospek, ada bak sampah, kursi ta...