SEJARAH DAKWAH
ARIF RIDUAN
BAB I
PENDAHULUAN
(Surat
al-Hadid / 57: 25)
Ayat ini dinukilkan mendahului
uraian mengenai dakwah Islamiyah dizaman Daulah Abbasiyah, karena inti ajaran
yang terkandung didalamnya kita jumpai kembali dalam perjalanan sejarah Daulah
Abbasiyah, yang lebih lima abad itu.
Ayat 25 surat al-Hadid ini
berintikan ajaran-ajaran:
1. Para
rasul diutus Allah dengan membawa bukti-bukti nyata tentang Allah sendiri dan
makhluk-Nya.
2. Para
rasul dibekali dengan Kitab sebagai neraca agar dengan neraca itu manusia
menegakkan keadilan.
3. Dalam
menegakkan keadilan, Allah menciptakan besi untuk dimanfaatkan manusia diwaktu
perang dan diwaktu damai.
4. Dengan
ini Allah ingin hendak mengetahui siapa yang memfaatkan kegunaan besi untuk
membantu tegaknya Agama Allah dan Risalah Rasul-Nya, dan siapa yang berbuat
sebaliknya.
5. Akhirnya,
Allah memperingatkan bahwa Allah Maha Kuat dn Maha Perkasa untuk menyiksa
mereka yang membangkan.
Bahagian
yang pertama dari sejarahnya ia telah berpedomankan Neraca untuk menegakkan
kemakmuran dan keadilan, dengan memanfaatkan kegunaan besi dimasa damai dan
kejayaan yang menakjubkan, dan telah sanggup menempatkan dirinya sebagai
Khalifah Penguasa Dunia. Tetapi, setelah memakai “neraca manusia” untuk
menegakkan kemakmuran dan keadilan dan mulai meninggalkan Neraca Allah, pudar
pulalah keagungan dan kejayaannya; kemakmuran yang bina menjadi bencana
baginya; keadilan yang ditegakkan menjadi tidak adil, bahkan akhirnya
pemanfaatan keagungan besi dengan cara yang tidak wajar telah mengakhiri
sejarah kehadirannya dipermukaan bumi ini, seperti yang dijelaskan dalam
uraian-uraian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Naik
Turunnya Dakwah Islamiyah
Daulah
Abbasiyah yang mendukung dakwah Islamiyah dalam waktu lebih lima abad itu,
telah membagi oleh Daulah Abbasiyah kedalam empat periode, sehingga dalam masa
empat periode terjadi pula naik turunnya dakwah Islamiyah, atau dengan kata
lain suka dukanya dakwah slamiyah, yang dengan ringkasan dapat dituliskan
sebagi berikut:
I.
Masa
Daulah Abbasiyah I
Masa
Daulah Abbasiyah I yang dimulai dengan Khalifah Abdul Abbas as-Safah (132-136
Hijriyah/750-754) dan berakhir dengan Khalifah al-Wasiq (227-232 Hijriyah/
842-847), adalah masa yang sangat gemilang bagi dakwah Islamiyah.
Dalam masa ini, kota-kota Baghdad,
Basrah, dan Khaufah meruakan pusat-pusat kegiatan dakwah Islamiyah dalam arti
yang luas, atau dengan istilah lain; pusat-pusat kegiatan kebudayaan Islam.
Kota Baghdad sebagai ibukota Negara
merupakan kota Internasional yang mkmur dan mewah, yang mempunyai kemampuan
dalam taraf yang tinggi.
Para Khalifah pada masa Daulah
Islamiyah I pada hakekatnya mereka juga ulama yang memcintai ilmu, memuliakan
ulama-ulama dan pujangganya, serta membuka pintu istana bagi mereka selebar-lebarnya.
Para putra khalifah diberi
pendidikan khusus dalam istsna-istana oleh ulama-ulama dan
pujangga-pujangganya, agar mereka juga menjadi ulamadan pujangga.
Kebebasan berfikir merupakan cirri
khas yang lain dari jaman ini, sehingga disamping lahir hal-hal positif lahir
pula hal-hal yang negatif. Kebanyakkan para khalifah berdada lapang dalam hal
ini, umpamanya khalifah al-Makmun; beliau sendiri beraliran Syi’ah, perdana
menterinya Yahya bin Aqsam beraliran Sunnah, dan seorang menterinyaAhmad bin Abi
Daud beraliran Muktazilah.
Demikian jauhnya sudah kemerdekaan
berfikir dizaman itu sehingga tidak boleh seorang dipaksa menganut suatu aliran
dalam agama. Terjadilah umpamanya beberapa orang bersaudara dalam suatu rumah
tangga bukan dalam satu Madzhab, seperti Abu Za’di berputra enam: dua
diantaranya berMadzhab Syi’ah, dua berMadzhab Murjiah, dan dua lainnya
berMadzhab Kharijiyah (Khawarij).
Diantara cirri khas yang lain dari
zaman ini, yaitu meningkatkannya usaha penerjemahan, dimana telah diterjemahkan
dari berbagai bahasa kedalam bahasa Arab bermacam ilmu pengetahuan, seperti
filsafat, ilmu kedokteran, ilmu bintang, ilmu pasti, ilmu fisika, ilmu music,
dan lain-lainnya.
Suatu penbidangan ilmu dizaman ini
telah menampakkan wajahnya yang nyata. Ada bidang yang disebut Ilmu Arab Asli,
yaitu yang terpenting diantaranya Ilmu Lughat, syair, dan Khitabah; dan ada
bidang yang disebut Ilmu Islam, yaitu Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Hikmat,
Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, dan lain-lain; ada yang disebut Ilmu Baru, seperti
Filsafat, ilmu-ilmu Eksakta, Ilmu Musik dan lan-lain.
Zaman ini, disamping telah
menampilkan sejumlah besar pujangga besar, seperti Humayri, Abu Nawas, Abu
Taman, Abu Atahiyah, Muslim bin Walid,
Khuza’i. juga telah melahirkan sejumlah Ulama besar, seperti Imam Abu Hanifah,
Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’e, Imam Ahmad bin Hambal, Qadhi Abu Yusuf,
Muhammad bin Hasan Syibany, Abdurrahman bin Qasyim, dan telah menghasilkan para
ahli sejarah kenamaan, seperti Abu Ismail Azdy, Waqidy, Ibnu Sa’d, Hisym, Ibnu
Ishaq, Abdul Malik bin Hisyam Humairy.
·
Perluasan
Wilayah Dakwah
Dalam
Daulah Abbasiyah I tidak banyak usaha untuk memperluas wilayah dakwah
Islamiyah, hanya membina wilayah-wilayah yang telah ada dalam segala bidang,
terutama dalam bidang politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Wilayah
Mesir yang telah menjadi wilayan dakwah Islamiyah semenjak zaman Khalifatur
Rasyidin, diusahakan agar menjadi basis bagi dakwah Islamiyah untuk daerah
bekas jajahan Kerajaan Romawi Timur sekitar Laut Tengah, antara lain dengan
membina ibukota untuk menggantikan kota Futsat, yaitu kota Askar, kota mana
kemudian menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyah dalam arti seluas kata.
Wilayah
Afrika yang telah mulai dimasuki dakwah Islamiyah sejak Daulah Amawiyah, dan
disana dengan ditangani oleh Panglima Aqabah bin Nafi telah dibangun kota
Kairawan (di Tunisia sekarang) dalam tahun 51 Hijriyah, yang dijadikan sebagai
benteng yang kuat untuk Angkatan Perang dan Angkatan Dakwah, dilanjutakan
pembinaannya oleh Daulah Abbasiyah. Penduduk Asli Afrika Utara, turunan
Bar-bar, yang telah masuk dalam agama Islam, menggabungkan diri dalam Angkatan
Dakwah dan Angkatan Perang Islam, selesailah penaklukan seluruh Afrika Utara,
tidak saja dibawah pimpinan para pewira seluruh Arab, bahkan juga dibawah
pimpinan para perwira turunan Barbar, seperti Panglima Thariq bin Ziyad, yang
amat terkenal itu, dan selanjutnya dalam waktu kurang dari setengah abad
seluruh Andalusia dapat dikuasai Dakwah Islamiyah. Sekalipun selama masa Daulah
Abbasiyah I pengolakan politik terjadi selih berganti, namun usaha pemantapan
sasaran dakwah Islamiyah berjalan dengan baik, terutama dalam bidang pendidikan
dan ilmu pengetahuan.
·
Dakwah
Islamiyah di Andalusia
Setelah
Daulah Amawiyah berakhirnya Daulah Abbasiyah dalam tahun 132 Hijriyah (750),
maka diwilayah Andalusia terjadi kekacauan politik, karena perebutan jabatan
gubernur antara Suku Madhariyah dengan Suku Yamaiyah, sehingga pernah Andalusia
empat bulan tanpa gubernur.
Setelah
Kordova menjadi ibukota Andalusia, maka kota tersebut menjadi saingan yang
setaraf bagi Baghdad, yang keduanya menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyahdan
kebudayaan Islam satu di Barat dan satu d Timur. Kemajuan dan tamaddun yang
dicapai Andalusia kalau tidak lebih, pasti tidak kurang dari kemajuan dari
tamaddun yang dicapai Daulah Abbasiyah di Timur.
·
Dakwah
dan Byzantium
Usaha
untuk melebarkan Dakwah Islamiyah kewilayah-wilayah kerajaan Byzantium (Roma
Timur) masih dilanjutkan oleh Daulah Abbasiyah setelah masa Daulah Amawiyah
gagal merebut ibukota mereka Konstantinopel.
Dalam
memperluas daerah dakwah Islamiyah, berkali-kali terjadi peperangan antara
Angkatan Perang Islam dengan Angkatan Perang Byzantium, dan berkali-kali pula
terjadi perdamaian. Sungguh pun penyerangan dibawah pimpinan dibawah Khalifah
Muktsim telah berhasil merebut sebagian besar Asia Kecil, namun ibukotanya
Konstantinopel masih belum ditaklukkannya. Walau pun demikian, dalam masa
Daulah Abbasiyah I sayap dakwah Islamiyah telah bertambah, melebar
kedaerah-daerah Kerajaan Byzantium.
·
Dakwah
Melebar keIndia
Pengembangan
dakwah Islamiyah kedaerah India yang beragama Hindu, yang telah dimulai sejak
zaman Khlaifatur Rasyidin dan dilanjutkan oleh Daulah Amaewiyah; dan
dilanjutkan pula oleh Daulah Abbasiyah.
Demikianlah,
Khalifah Mansyr telah mengangkat Hisyam bin Amru menjadi Gubernur Sind dengan
tugas melanjutkan pengembangan dakwah Islamiyah kedaerah-daerah lain, sehingga
dalam masa Khalifah Mansurlah dakwah Islamiyah menguasai Kashmir, sementara
dalam Khalifah Mahdi (158-169 Hijriyah = 775-785) Angkatan Dakwah Islamiyah dan
Angkatan Perang Islam melakukan kampanye besar kedaerah India lainnya dan dalam
tahun 159 Hijriyah (776) kota Baghdad dikepung dan ditaklukkannya. Dakwah
Islamiyah terus meluas dinegeri Sind dalam masa Khalifah Makmun (198-218
Hijriyah = 813-833), dakwah Islamiyah berkembang terus dengan pesatnya di
negeri-negeri yang terletak antara Kabul, Kashmir dan Miltan.
II.
Masa
Daulah Abbasiyah II
Dalam
masa ini dimulai dengan Khlifah Mutawakkal yang mulai memerintah dalam tahun
232 Hijriyah (847) sampai dengan berakhirnya pemerintahan Khalifah Muthi dalam
tahun 334 Hijriyah (946), yaitu tahun lahirnya Daulah Buwaihiyah, dan zaman ini
juga dinamakan Turki karena berpengaruhnya turunan Turki dalam urusan Negara.
Oleh
tekanan-tekanan yang terus menerus dari turunan Turki yang diberikan kekuasaan
terhadap para khalifah, maka dalam masa ini terjadilah kekalutan politik yang
membuat kedudukan Khalifah tidak ada artinya sama sekali, hanya sebagai
boneka-boneka belaka. Disamping itu, para Khadam juga memainkan peranan yang
menetukan, karena para Khalifah memerlukan batuan mereka, dan untuk imbalannya
maka diberi pula kepada mereka kedudukan-kedudukan penting, sehingga pengaruh
mereka dalam istana-istana khalifah menentukan.
Menurut
Dr. Hasan Ibrahim Hasan, ada bebera orang khalifah dari Daulah Abbasiyah II
yang telah berusaha keras untuk mengembalikan Daulah Abbasiyah kepuncak
kekuatan dan kejayaannya, dan menurutnya pula bahwakerajaan kecil yang lahir
dimasa itu, seperti Samaniyah, Daulah Buaihiyah, Daulah Hamdaniayah, Daulah
Ghaznawiyah, dan Daulah Saljukiyah, telah meninggalkan jejak terpuji dalam
memajukan peradaban dan kesenian.
·
Gerakan
Politik/Agama
Menurut
Dr. Hasan Ibrahim Hasan, bahwa lahirnya Daulah Abbsiyah II ditandai oleh
munculnya gerakan-gerakan politik dan agama, yang meninggalkan jejak mendalam
dalam sejarah masa ini. Parti Syi’ah dengan sektenya telah menimbulkan revulosi
berdarah yang menyebabkan goncangan tersendiri bagi perumahan Daulah Abbasiyah,
sementara partai-partai politik Khawarij dan Zanji cukup juga menimbulkan
Daulah Abbasiyah, sekalipun akhirnya dapat ditindas. Di samping itu, lahir pula
gerakan Mu’tazilah yang lebih memusatkan pengetahuannya kepada Ilmu Pengetahuan
dan Filsafat Yunani, seperti yang dilakukan oleh organisasi Akhwanus Safa, para
pengarang Risalah Ikhwanus Safa yang
masyur itu. Selanjutnya berkembang dengan baik Madzhab Ahli Sunnah dengan
munculnya Abi Hasan Asy’ary dan Hujjatu Islam Imam al-Ghazali, disamping
bergolak pula paham-paham orang-orang tasawuf, baik yang moderat, ataupun yang
ekstrim.
·
Perluasan
Dakwah Islamiyah
Pertarungan
sengit terus menerus terjadi antara Daulah Abbasiyah II dengan Kerajaan
Byzantium, dimana kalah menang senantiasa silih berganti. Karena terjadinya
perpecahan dan kekacauan politik didalam, maka dalam menghadapi Kerajaan
Byzantium yang menentang dakwah Islamiyah tidak mendapat kemajuan yang berarti,
bahkan mengalami kemunduran.
Satu
hal yang lain menyebabkan bertambah lemah Daulah Abbasiyah berhadapan dengan
Kerajaan Byzantium, yaitu berhasilnya Byzantium mengikat perjanjian damai
dengan Daulah Amawiyah yang berpusat dikota Kordova, daulah mana dalam
kedudukan bermusuhan dengan Daulah Abbasiyah.
Dalam
pada itu, Daulah Amawaiyah yan gtelah mengikat perjanjian damai dengan Byzantium,
mengambil keuntungan dari perjanjian tersebut, yaitu disamping mereka
menguatkan kedudukan dakwah Islamiyah di Andalusia, juga meluaskannya ke
pulau-pulau disekitar Laut Tengah dan pantai Laut Tengah di Italia dan
Perancis, bahkan menduduki gunung-gunung dan lembah-lembah yang strategis,
sehingga pada pertengahan abad kesepuluh kota Torino dapat didudukinya dan
dalam tahun 325 Hijriyah (935) Angkatan Dakwah Islamiyah telah melintas
perbatasan Liguria dan memasuki kota Genoa serta mnguasai pula lalu lintas
Pegunungan Alpen yang curam. Tidak cukup hingga disitu, bahkan dilintasinya
bagi Pegunungan Alpen Utara dan Mereka dari danau-danau Knastan disebelah
selatan saampai kekota-kota Genoa, Maresie, dan Nice di selatan, seterusnya
mereka mengembangkan dakwah Islamiyah di daerah baru ini, sehingga sampai
sekarang masih tersisa nama perkampungan Arab di kota Nice, yaitu Conton de
Sarazins.
·
Pusat
Kegiatan Dakwah dan
Kebudayaan
Perkembangan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam dalam zaman ini, sungguh sangat menajubkan,
terutama terjemehan buku-buku ilmu
pengetahuan dari bahasa asing kedalam bahasa Arab. Dorongan para Khalifah agar
pertumbuhan ilmu pengetahuan ditingkatkan, telah menyebabkan para ulama dan
sarjana berlomba-lomba mengarang dan menterjemahkan, mengedakan dan
penyelidikan, bahkan istina-istana khalifah menjadi pusat kegiatan ilmu dan
kebudayaan Islam.
Kebangkitan
alam pikiran dan kebebasan mimbar, merupakan cirri yang sangat khas dari dakwah
Islamiyah dimasa ini, sehingga karenanya terjadilah pertukaran pikiran yang
seru antara aliran-aliran dalam berbagai madzhab, dari telah meninggalkan jejak
yang kekal dalam kebangkitan ilmu pengetahuan.
Dr.
Hasan Ibrahim Hasan telah menikhtitsarkan beberapa tempat yang menjadi pusat
kegiatan dakwah Islamiyah dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, yang
sarinya tercantum dibawah ini:
1. Isfahan
dan Ray
2. Kota
Bukhara
3. Istana
Tabristan
4. Istana
Khawazim
5. Istana
Ghaznah
6. Istana
Mushil dan Halab
7. Istana
Mesir
8. Istana
Amawiyah
Ibukota
Daulah Islamiyah lainnya, sehingga dengan demikian Andalusia menjadi pusat
tamaddun dan kemajuan Islam di bumi belahan Barat; menjadi Ka’bahnya para ulama
dan para pujangga, sementara mesjid-mesjidnya menarik orang-orang Eropa datang
kesana untuk menampung Ilmu pengetahuan. Kutubkhanah Kordova terkenal sebagai
kutubkhanah terbesar, yang mempunyai jutaan jilid buku dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan.
Dengan
uraian singakat diatas, jelaslah bahwa dalam zaman Daulah Abbasiyah II, dakwah
Islamiyah betul-betul bergerak sangat luas dalam bidang Ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
III.
Masa
Daulah Abbasiyah III
Masa
Daulah Abbasiyah III dinilai Jarji Zaidan sebagai masa keemasan Islam dalam
bidang ilmupengethuan, karena dalam zaman ini berbagai bidang ilmu pengetahuan
telah matang meranum dan berbagai kitab telah dikarang, terutama dalam ilmu
bahasa, sejarah, jughrafi, adab dan filsafat.
Dakwah
Islamiyah dalam masa Daulah Abbasiyah III tidak mengalami kemajuan dalam bidang
politik, bahkan menderita kemunduran; tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan dan
kebudayaan mengalami kemajuan-kemajuan yang pesat, melebihi zaman sebelumnya.
Kemunduran
dalam bidang politik, karna perpecahan berat yang terjadi dalam Daulah
Islamiyah, dimana bermunculan kerajaan-kerajaan kecil yang dalam kenyataannya
telah berdiri sendiri, memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad, sehingga
muncullah beberapa ibukota Negara yang lain, yang sekaligus menjadi kegiatan
dakwah Islamiyah dalam bidang ilmu pengatahuan dan kebudayaan.
Masa
Daulah Abbasiyah III ditandai oleh lahirnya ahli-ahli fikir, para sarjana, para
pujangga, para pengarang, para ahli filsafat dalam berbagai kota Mamlakah
Islamiyah, sejak dari ujung Turkestan di Timur sampai ke ujung Andalusia di
Bart, yang termasuk didalamnya Daerah Belakang Sungai, Afganistan, Tabri,tan,
Khawazim, Persia, Daerah, antara Dua Sungai, Maghribi, Andalusia, Mesir, Syam,
dan lain-lain.
·
Keutamaan
Masa Daulah Abbasiyah III
Zaman
ini, masa Daulah Abbasiyah III, mempunyai keutamaan dan cirri-ciri khas
sendiri, yang juga menjadi keutamaan dan ciru-ciri khas dari dakwah Islamiyah
yang didukungnya.
1. Matangnya
Ilmu dan Banyaknya Kutubkhanah
2. Lahirnya
Mausu’at
3. Aneka
Ragam Ilmu
4. Ilmu
Pendidikan Rumah Tangga
5. Kitab-kitab
Ilmu Politik
6. Ilmu
Politik Ekonomi
7. Ilmu
Sosiologi
Satu
lagi Ilmu yan amat penting, yang diciptakan dalam Daulah Abbasiyah III, yaitu
ilmu sosiologi atau ilmu umran.
IV.
Masa
Daulah Abbasiyah IV
Masa
Daulah Abbasiyah IV dimulai dengan masuknya kekuatan bersenjata Saljuk ke
Baghdad dalam tahun 447 Hijriyah (1075) dan berakhir dengan masuknya Baghdad
kedalam kekuasaan Mogul dalam tahun 656 Hijriyah (1261) serta berpindahnya
Khilafat Abbasiyah Ke Mesir.
Selama
masa Daulah Abbasiyah IV ini telah terjadi pergeseran-pergeseran politik yang
menjejakkan pengaruh mendalam dalam Mamlakan Islamiyah dan umat Islam.
Ahli
sejarah Jarji Zaidan telah mencatat beberapa pergolakan dan pergeseran politik
dalam Daulah Abbasiyah IV, yang diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Daulah
Saljukiyah
Pergerakkan
politik yang terpenting, yaitu lahirnya Daulah Saljuk pada waktu Mamlakah
Abbasiyah dalam keadaan melemah.
Dinsati
Saljuk memerintah dibawah bayangan Daulah Abbasiyah IV, dan yang benar-benar
berkuasa adalah mereka, bukan Dinasty Abbasy. Para khalifah Daulah Abbasiyah
hanya lambing semata-mata. Pada waktu itu, daerah kekuasaan Syria,dan seperti
telah dijelaskan bahwa mereka memasuki Baghdad dalam tahun 447 Hijriyah.
2. Penyerbuan
Tentara Salib
Dalam
keadaan kekacauan dan pergeseran-pergeseran politi yang mengkhawatirkan itu,
Tentara Nasrani berusaha untuk mematahkan sayap dakwah Islamiyah dengan
menyerbu Syria dan menaklukkan negeri-negeri pantai serta menguasainya dari
tahun 492-582 Hijriyah. Pendudukan Tentara Salib atas negeri Syam, telah
menyebabkan melemahnya daya pengaruh dakwah Islamiyah, yang terasa sampai
dewasa ini dinegeri tersebut.
3. Pada
akhir Daulah Abbasiyah IV ini, muncullah Jengkhiz Khan, Panglima Tentara Mogul
melakukan penyerbuan dahsyat terhdap Mamlakah Islamiyah, dimana ditaklukkan
negeri-negerinya, dimusnahkan kota-kotaya, dibinasakan
kutubkhanah-kutubkhanahnya, dan disembelih pendudukannya. Dari keturunannya lah
lahir Hulako yang menaklukkan Baghdad dan menghancurkannya, serta membunuh
khalifah Muktasim dalam tahun 656 Hijriyah. Pendudukan dan pemusnahan yang
dilakukan Tentara Mugol ini telah membuat dakwah Islamiyah semakin melemah,
bahkan semakin kecil daerah wilayahnya.
4. Retaknya
Andalusia
Dalam
masa yang muram bagi dakwah Islamiyah ini, timbul pula krisis dalam tubuh
Daulah Amawiyah di Andalusia, dimana terjadi perebutan kekuasaan sesame Islam,
sehingga retaklah persatuannya, bahkan akhirnya hancur sama sekali. Keadaan
yang demikian telah lama dinanti-nanti oleh kekuatan Nasrani sekitarnya,
sehingga peluang baik itu tidk disia-siakan mereka; maka direbutlah Andalusia
itu wilayah demi wilayah, pada akhirnya kaum Muslimin dikeluarkan dari bumi
belahan barat itu.
Sesuatu
terjadi yang dialami dakwah Islamiyah, yang sangat menyedihkan, dimana harus
menyerahkan hasil kebudayaannya yang gemilang ketangan Nasrani.
5. Dinasti
Aiyubi dan Fathimi
Pergesekan
politik dari Dinasti Abbasi kepada Dinasti Aiyubi dan Dinasti Fathimi, hanya
memberi kemunduran kepada dakwah Islamiyah dalam bidang pemerintahan saja,
sedangkan dalam bidang pembinaan pendidikan dan kebudayaannya berjalan terus,
bahkan dalam beberapa hal bertambah maju. Kota-kota yang dikuasai oleh kedua
Dinasti tersebut, tetap menjadi pusat kegiatan dakwah Islamiyah, terutama dalam
bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga akhirnya dari
daerah-daerah itulah sayap dakwah Islamiyah dikembangkangkan kembali.
Sungguh
dalam bidang politik dan perluasan dakwah Islamiyah, masa Daulah Abbasiyah IV
mengalam kemunduran yang mencolok, tetapi dalam bebera hal ia memepunyai
keistemewaan-istimewaan, seperti yang dicatat Jarji Zaidan:
·
Berkembangnya
Madrasah-madrasah
Salah
satu keistimewaan zaman ini, yaitu berkembangnya madrasah-madrasah dalam dunia
Islam, serta pembeharuan sistem pendidikan, karena ilmu yang telah matang dalam
daulah-daulah Islamiyah. Terkenallah sebagai pahlawan membangun madrasah
Nidgmul Muluk, dan madrasah yang paling masyhur dizaman itu, yaitu Madrasah
Nidhamiyah di Baghdad, yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam Dunia
Islam, karena Madrasah tersebut telah mencetak sejumlah besar ulama, pujangga,
pahlawan, dan berbagai ahli lainnya.
·
Lahirnya ulama
pengarang terkemuka
Sebagai
hasil dari pembaharuan pendidikan dan pendirian madrasah-madrasah, sejak dari
rendah sampai kepada yang tinggi, maka lahirlah sejumlah ulama-ulama,
pujangga-pujangga, pengarang-pengarang, ahli-ahli sejarah, dan lain-lainnya.
o
Dari dunia seni
bahasa dan karang mengarang, lahirlah sejumlah pujangga Sebagai hasil dari
pembaharuan pendidikan dan pendirian madrasah-madrasah, sejak dari rendah
sampai kepada yang tinggi, maka lahirlah sejumlah ulama-ulama,
pujangga-pujangga, pengarang-pengarang, ahli-ahli sejarah, dan lain-lainnya.
B.
Lahirnya
Lima Besar Islam
Setelah
jatuh Daulah Abbasiyah IV, yang diganti oleh Daulah Moghuliyah, maka selama dua
setengah abad dakwah Islamiyah telah keihilangan pendukungnya yang kuat,
sehingga karenanya ia dalam segala bidang seperti tiada berdaya; tiada berjiwa,
seperti orang lumpuh.
Selama
lebih dua setengah abad dakwah Islamiyah meraba-raba mencari dirinya sendiri,
sehingga pada beberapa bagian dunia ia menemui kembali dirinya, dan dalam tahun
1453 tentara Turki Islam dibawah pimpinan Muhammad al-Fatih dapat merebut kota
Konstantinopel, ibukota Kerajaan Byzantium (Romawi Timur) benteng terakhir dari
kerajaan Nasrani itu.
Kejatuhan
kota Konstantinopel kedalam tangan Angkatan Dakwah dan Angkatan Perang Islam, adalah
permulaan dari berjiwanya kembali dakwah Islamiyah, sehingga pada abad XVI
Masehi muncullah kepanggung dunia Lima Besar Islam, sebagai pendukung dakwah
Islamiyah, yaitu Maroko di Afrika Utara, Istambul di Asia Kecil, Isfahan di
Timur Tengah, Arga di Anak Benua India, dan Aceh di Asia Tenggara.
Lima
Besar Islam ini yang tumbuh pada awal abad XVI Masehi sekalipun tidak terlalu
lama usianya, namun ia telah dapat memberi daya gerak kembali kepada dakwah
Islamiyah, sehingga sayapnya meluas kembali kepada beberapa penjuru dunia,
seperti yang akan dijelaskan dalam pasal berikut, walaupun hanya mengenai
dengan pengembangan dakwah Islamiyah diAceh (Indonesia).
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
ü Daulah
Abbasiyah yang mendukung dakwah Islamiyah selama lebih lima abad, dinilai
sebagai suatu kerajaan yang telah mencapai tamaddun yang menakjubkan, dimana
didalamnya dakwah Islamiyah telah dapat menakjubkan, dimana didalamnya dakwah
Islamiyah telah dapat mengembangkan ajarannya dalam arti seluas kata.
ü Diberinya
kesempatan dakwah Islamiyah berkembang seperti seadanya, terutama dibelahan
pertama dari sejarahnya, telah menjadikan Daulah Abbasiyah sebagai satu
Kerajaan Islam yang telah dapat merubah wajah dunia, dari gelap menjadi terang,
dari mundur menjadi maju, seperti dinilai para ahli sejarah.
ü Dakwah
Abbasiyah yang mendukung dakwah Islamiyah dalam waktu lebih dari lima abad itu,
oleh para ahli sejarah dibagi kedalam empat periode yaitu:
1. Abbasiyah
I, sejak pembangunannya sampai dengan awal
Khalifah Mutawakkal; 132-232 Hijriyah (750-847).
2. Abbasiyah
II, sejak Khalifah Mutawakkal sampai dengan berkuasanya Daulah Buaihiyah di
Baghdad, 232-334 Hijriyah (847-946).
3. Abbasiyah
III, sejak berkuasanya Daulah Buaihiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad ketangan
bangsa Tartar dibawah pimpinan Hulako; 467-656 Hijriyah (1075-1261).
4. Daulah
Abbasiyah IV, dimulai dengan masuknyan berkekuatan bersenjata Saljuk keBaghdad
dalam tahun 447 Hijriyah (1075) dan berakhir dengan masuknya Baghdad dalam
kekuasaan Mogul dalam tahun 656 Hijriyah (1261) serta berpindahnya Khalifah
Abbasiyah keMesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar