ARIF RIDUAN
Remaja
Sebagai Generasi Penerus Bangsa
Masa
remaja adalah masa peralihan dari anak-anak hingga dewasa, suatu tahap
kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak tetap. Di samping itu, masa remaja
adalah masa yang rawan oleh pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal dan
kejahatan seks (Sofyan:2008). Pada masa remaja, pemikiran pemuda dipenuhi oleh
gejolak, rasa ingin tahu yang tinggi, emosional, pantang menyerah serta kuatnya
potensi fisik dan akal. Remaja sangat rentan terbawa arus dari dampak negatif
perkembangan zaman. Remaja selalu penuh dengan gejolak dan keinginan besar.
Remaja ingin menyesuaikan diri dalam masyarakat, ingin diakui oleh masyarakat
bahwa ia telah dewasa. Rasa ingin tau yang tinggi dapat menjerumuskan remaja
pada hal-hal negatif apabila tidak diberikan pendidikan dan pengarahan pada
mereka. Begitu banyak remaja yang menghabiskan waktu luang mereka dengan nongkrong
tidak karuan di jalanan, ikut-ikutan teman yang sering mengkonsumsi minuman
keras bahkan terjerumus pada penggunaan zat psikotropika dan seks bebas. Semua
itu karena kurangnya bahkan tidak taunya remaja tentang nilai-nilai dan norma,
tidak siapnya remaja menghadapi dunia luar yang penuh dengan hirup pikuk
kesenangan dunia, tidak pandainya remaja mengisi waktu luang dengan aktivitas
positif dan rapuhnya kepribadian remaja.
Pada
Tap. MPR No. IV/MPR/1999 tercantum bahwa telah terjadi penurunan peranan dan
kualitas diri di kalangan generasi muda. Menurut dr Boyke Dian Nugroho, SpOG
MARS jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini mencapai 500-600 ribu
orang dimana 40% diantaranya remaja berusia 15-10 tahun. Ada dua penyebab utama
terjadinya percepatan penularan HIV/AIDS yaitu perilaku seks bebas (30%) dan
peredaran narkoba terutama yang menggunakan jarum suntik (50%). Dengan demikian
Indonesia memungkinkan jadi episentrum HIV/AIDS. Di Malang raya sendiri hingga
menjelang Desember 2007, tercatat 17 dari 65 penderita HIV/AIDS meninggal
dunia. Semua fakta yang terjadi pada beberapa tahun terakhir, dapat kita
simpulkan bahwa semakin lama, semakin muram wajah generasi muda Indonesia.
Remaja
di dalam suatu negara memiliki posisi yang sangat penting yaitu ikut menentukan
kelangsungan bangsa. Remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat di
andalkan sebagai kader bangsa yang berkualitas tinggi. Pada masa remaja, para
pemuda mulai mencari idealisme. Hanya dengan pendidikan dan pengarahan yang
baik, remaja akan mempunyai pegangan hidup dan idealisme yang mantap dan matang
untuk menghadapi zaman global. Pendidikan dan bimbingan agama harus diberikan
sejak dini agar menajdi pedoman hidup bagi mereka. Pembinaan dan pendidikan
yang baik dan intensif bagi remaja menjadi tanggung-jawab semua pihak, bahkan
bagi para remaja sendiri. Mereka harus membekali diri dengan ilmu agama dan
pembinaan dari orang tua agar mereka dapat menunjukkan pada dunia bahwa mereka
adalah remaja yang cerdas secara intelegensi, emosi dan spiritual, mempunyai
ideologi yang kuat dan dapat menjadi tokoh perubahan bangsa di saat krisis
multidimensional telah lama melanda bangsa Indonesia.
Pemuda
atau remaja merupakan generasi penerus bangsa. Suatu bangsa yang berkualitas
dapat dilihat melalui kualitas generasi mudanya. Segala permasalahan yang
dihadapi oleh berbagai bangsa, korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), seks bebas,
kemiskinan dan kesejahteraan menjadi hal yang banyak diperbincangkan agar
tercipta solusi dan perbaikan bangsa. Indonesia saat ini mengalami krisis
multidimensional yang harus segera diselesaikan dan jangan sampai
berlarut-larut. Generasi muda menjadi harapan bangsa akan sebuah perubahan. Indonesia
membutuhkan ‘agent of change’ atau agen perubahan yang mandiri dan berkualitas
secara fisik, mental dan spiritual. Narkoba, seks bebas, tawuran, budaya
konsumerisme dan hedonisme seakan mengubur harapan besar tersebut. Ini adalah
pertanda bahaya bagi seluruh elemen bangsa. Hancurnya generasi muda menandakan
hancurnya masa depan bangsa, karena generasi mudalah yang akan mengatur dan
memimpin negara di masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin jika suatu negara
punah ditelan raksasa globalisasi dan kolonialisasi baru yang lebih
‘berbudaya’.
Pada
tangan pemuda tergenggam masa depan. Sejarah telah membuktikan bahwa
keberhasilan suatu perjuangan berkat perjuangan besar pemuda. Pemuda merupakan
pilar kebangkitan. Ir. Soekarno berkata, berikan padaku 100 orang tua, akan ku
cabut akar gunung Semeru. Tapi berikan padaku 1 pemuda, akan ku goncangkan
dunia. Pada setiap kebangkitan, pemudalah rahasia kekuatannya. Pada setiap
fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan
bahwa gelora pemuda adalah romantisme perjuangan. Pemuda berusaha
memunculkan diri sebagai manusia yang
memiliki kekuatan dan bertanggung-jawab.
Orang
tua dan masyarakat yang berkompeten terhadap perkembangan ini harus memaknai
tanggung-jawab ini dengan benar dan sungguh-sungguh. Mereka harus mengarahkan remaja pada jalan
yang benar. Ini menjadi bagian dari rekayasa peradaban. Rekayasa dini remaja
ini menjadi berarti mepercepat pembangunan generasi dan membangun potensi diri
remaja untuk peradaban besar yang akan dibentuk. Agar mendapatkan hasil yang
maksimal, maka rekayasa dini remaja ini harus dilakukan secara bertahap dan
terpadu diberbagai aspek.
Banyak
contoh perjuangan pemuda masa lampau yang menciptakan perubahan besar hingga
saat ini. Hasan Al-Bana dengan
kematangan pribadinya pada usia 27 tahun menjadi penggerak kebangkitan Islam
terbesar di dunia, Al-Ikhwan Al-Muslimun pada usia dua puluh tujuh tahun. Kini
pengaruhnya telah menyebar ke lebih dari 70 negara.
Dari
segala permasalahan yang sedang dihadapi bangsa, ada sebuah kerja besar yang
akan melahirkan perubahan besar. Kerja besar yang menjadi tanggung-jawab semua
pihak. Remaja harus diselamatkan dari bahaya arus globalisasi yang menjalar di
segala lini kehidupan. Remaja harus dididik sejak dini dengan penanaman
nilai-nilai moral, agama dan pengetahuan yang baik untuk menghadapi era global
ini.
Dakwah
Sekolah Sebagai Sarana Pembinaan Remaja
Proses tarbiyah
Islamiyah (pendidikan Islam) seharusnya berlangsung sejak dini. Seorang
bayi sunnah diazankan dan diiqamatkan
ketika baru lahir, agar kalimat pertama yang didengarnya adalah kalimat tauhid.
Nasihat Luqman pada anaknya bahkan diabadikan oleh Allah SWT dalam surah Luqman
ayat 12-19 yang menjelaskan bahwa tarbiyah sejak dini dianggap lebih efektif dan
harus segera dilakukan.
Dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a, yad’u, da’wah yang artinya menyeru
pada kebaikan. Dakwah sekolah adalah seperangkat sistem pembinaan pelajar di
sekolah untuk menanamkan nilai-nilai agama dan moral dengan tujuan menghasilkan
generasi muda Islam yang berkualitas baik secara intelektual, emosional dan spiritual.
Dakwah
sekolah adalah proses tarbiyah Islamiyah yang berlangsung di sekolah. Dakwah
sekolah cukup mewakili tarbiyah islamiyah yang komprehensif ini. Fase ini
sangat berguna dalam pembentukan kepribadian pemuda, yaitu fase dimulainya
kematangan fisik, intelektual dan kejiwaan. Ada tiga kunci pentingnya dakwah
sekolah, yaitu ladang emas dakwah yang efektif, massif dan strategis.
Efektif,
karena pemuda dan pelajar lebih mudah direkrut dan didakwahi dengan baik
dibandingkan generasi tua, atau bahkan kalangan kampus/mahasiswa.
Strategis,
karena dakwah sekolah dalam jangka panjang akan menyuplai SDM di berbagai
lapisan masyarakat sekaligus. Peran dakwah sekolah yang sangat strategis ini
menyebabkan dakwah sekolah dan pemuda menjadi rebutan berbagai ideologi.
Massif, karena pelajar secara kuantitas sangat banyak dibandingkan mahasiswa
atau golongan lainnya.
Apabila
dakwah sekolah berlangsung efektif, massif dan berkelanjutan, maka beberapa
tahun ke depan Indonesia akan mempunyai kader-kader dai yang berkualitas dan
simpatisan-simpatisan yang massal. Dakwah sekolah telah membina mereka dalam
pembentukan kepribadian, penanaman kecerdasan intelektual, mental dan spiritual
sehingga para pemuda siap dalam menghadapi zaman globalisasi dan menjadi manusia
sukses dalam persaingan global ini. Kader dakwah saat ini semakin berpeluang
dan berperan penting dalam mengahasilkan ADK (aktivis dakwah sekolah) dan menjadi ujung tombak ‘amal siyaasiy (aktivitas politik ) dan calon pemimpin masa depan.
Dakwah sekolah bertujuan untuk
mewujudkan barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori tegaknya
nilai-nilai kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa depan dan menjadi batu
bata yang baik dalam bangunan masyarakat Islam. Bangsa dan agama membutuhkan
barisan generasi yang kokoh dan memiliki kekuatan yang dashat sebagai agen
perubahan. Barisan ini harus pandai memadukan aspek keimanan dan taqwa (imtaq)
serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Mereka akan mendapatkan bimbingan
mental dan spiritual yang tidak biasa yang tidak didapat dari pendidikan formal
di dalam kelas.
- Metode Dakwah Remaja
Menurut
Prof. DR. Sofyan S. Willis, M.PD, ada lima metode dakwah pada remaja, yaitu:
- Metode Ceramah
Metode ini menunjukkan keaktifan penceramah, sedangkan
murid atau jamaahnya pasif. Keuntungannya dapat memberikan ceramah pada
sekelompok besar pendengar. Kekurangannya ialah pendengar pasif dan sulit
memahami ceramah secara mendalam dan individual.
- Metode Diskusi
Diskusi mengajarkan murid berfikir secara terbuka dan
demokratis. Daya kritis dan kreatif tersalur dengan wajar.
- Metode Problem Solving
Menekankan pada usaha pemecahan masalah sehingga
mengundang murid berfikir kreatif. Metode ini juga berkaitan dengan metode
diskusi.
- Metode Responsi
Penceramah melengkapi metode dengan tanya-jawab.
- Metode Peragaan
Memberikan alat bantu
untuk mata dan telinga.
Metode-metode tersebut terdapat dalam program dakwah
sekolah. Secara berkala, pelajar diberikan bimbingan dengan ceramah,
mendiskusikan berbagai hal, adanya ruang tanya-jawab, upaya pemecahan masalah
masing-masing rekan dan adanya waktu khusus untuk menyalurkan minat positif
pelajar dengan berbagai kegiatan yang mengadu keberanian. Tastqif (ceramah agama)
dan ta’lim (pemberian nasehat agama) menjadi agenda rutin dakwah sekolah.
Diskusi melalui mentoring sangat efektif dan rihlah (jalan-jalan) serta hiking
dalam menyegarkan fisik dan mental dengan melihat kebesaran Sang Pencipta di
alam bebas.
- Sasaran Dakwah Sekolah
Sasaran dakwah sekolah adalah tumbuh suburnya kader
dakwah, simpatisan dakwah, tumbuh suburnya potensi kepemimpinan siswa, tumbuh
suburnya kader berkualitas ilmiah, moralitas dan keterampilan serta terwujudnya
kebangkitan Islam (Koesmarwanti, Nugroho: 2000). Kader adalah faktor penting
dalam setiap pergerakan. Rasulullah dalam gerak dakwahnya, membentuk
kader-kader dahulu yang nantinya diharapkan sebagai generasi yang kelak menjadi
pendukung utama dakwah.
Pada dakwah sekolah, pelajar akan diarahkan pada
pemantapan akidah, pemahaman dan aplikasi ibadah serta program khusus (dakwah
khashah) seperti mentoring (pengajaran) agama Islam dalam kelompok-kelompok
kecil. Rasulullah SAW menerapkan metode tarbiyah ini karena memang efektif
dalam mencetak generasi yang kokoh dan tangguh.
C.
Penyelenggaraan Dakwah Sekolah
1. Al-Qur’an
dan Sunnah sebagai sumber nilai dan pengajaran
Allah SWT
berfirman dalam Qs. Al-an’am ayat 153:
Dan inilah jalan-Ku yang lurus maka
ikutilah jalan ini. Dan janganlah kalian mengikuti jalan lain karena kalian
akan tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
padamu agar kamu bertaqwa. (Qs. Al-an’am:153)
Penyeru
dakwah sekolah tidak boleh mengajak secara setengah-setengah. Mereka juga tidak
boleh membatasi islam sebagai petunjuk ibadah ritual saja, namun mencakup pada
seluruh aspek kehidupan. Maka, tidaklah tepat jika seseorang yang rajin sholat
dan berinfaq tapi selalu memamerkan kekayaan dan kebaikannya. Agama memengang
peranan penting dalam segala segi kehidupan. Karena hukum buatan manusia sangat
dangkal, sedangkan akal manusia tidak lepas dari bisikan hawa nafsu. Ia tidak
akan mencapai kebenaran sedikit pun, apalagi menyaingi ketinggalan Al-Quran
walaupun segenap kemampuan jin dan manusia dikerahkan.
2. Pelaksanaan
Program
Dakwah
harus dipersiapkan dengan matang, dengan perencanaan yang sistematis dan
bertahap agar tercapai tujuan dakwah yang baik. Dakwah sekolah harus dilaksanakan
dengan menarik, sesuai dengan kecenderungan remaja yang mudah bosan dan belum
mempunyai pegangan yang kuat dalam memilih dan menetapkan sesuatu. Harus ada
inovasi dalam pelaksanaan dakwah, beragam kegiatan yang mampu menetapkan
pendirian pelajar untuk selalu berada dalam dakwah dan nantinya akan menjadi
penerus cita-cita dakwah Rasulullah SAW.
3.
Objek Dakwah
Sekolah
·
Siswa/Pelajar
Siswa
merupakan objek dakwah sekolah yang utama. Ruang gerak dakwah lebih ditekankan
pada proses pembinaan siswa.
· Guru
Guru
berperan besar dalam dakwah ini. Guru bisa menjadi pemimpin dalam aktivitas
dakwah dengan kemampuan dan kapasitas yang merek miliki. Guru dapat menjadi
penggerak dakwah permanent di sekolah, dapat berlangsung dalam waktu yang lama.
·
Kepala
Sekolah
Kepala
sekolah adalah pemimpin dan penanggung-jawab utama sekolah. Peranan kepala
sekolah menjadi pengaruh yang besar dalam pengembangan aktivitas dakwah
sekolah.
·
Pegawai
Sekolah
Sarana
sekolah dengan berbagai kelengkapan fasilitas serta para pegawai sekolah yang
mendukung kegiatan dakwah sekolah akan dangat membantu kelancaran proses dakwah
sekolah.
·
Orang tua
dan wali siswa
Sebagai
pengontrol pelajar atau anak-anak mereka dalam kesehariannya di rumah. Orang
tua juga sebagai pembimbing utama anak sehingga dapat mendukung pelajar dalam
aktivitas dakwah sekolah.
·
Sesama
Pelajar di lingkungan sekitar
Keberhasilan
dakwah sekolah sangat ditunjang oleh lingkungan yang kondusif sebagai tempat
hidup yang nyaman dan damai bagi objek dakwah lainnya. Motivasi dari lingkungan
yang baik dan mendukung akan menjadikan iklim potensial bagi pengembangan
aktivitas dakwah sekolah.
4.
Aktivis
Dakwah Sekolah
·
Siswa
Pelaku
utama dakwah sekolah adalah siswa. Siswa memiliki posisi yang strategis karena
kedekatan mereka dengan totalitas objek dan medan dakwah di sekolah. Siswa pun
berperan lebih besar dalam proses pencarian kader-kader dakwah sekolah. Seorang
atau beberapa siswa yang yang telah bergabung dalam dakwah sekolah dapat
mengajak teman-teman mereka agar ikut bergabung dalam dakwah sekolah. Beberapa
peran siswa dalam dakwah sekolah:
§
Aktif
sebagai pengurus Rohis/masjid sekolah
§
Aktif di
OSIS atau ekstrakurikuler lain. Interaksi dan pergaulan akan lebih luas.
Keikutsertaan dalam ekstrakurikuler ini dapat mengembangkan potensi diri dan
upaya aktualisasi diri dan eksistensi diri sebagai aktivis dakwah.
§
Dakwah
fardiyah, dakwah perorangan. Melakukan pendekatan para seseorang dalam rangka
memberi nasehat dan mengajak pada kebaikan, termasuk mengajak untuk ikut
bergabung dalam barisan dakwah sekolah.
§
Membangun
pesona akhlak dan keunggulan akademis. Seorang muslim seharusnya bisa membangun
citra diri sebagai seorang muslim yang baik dan memiliki keunggulan. Apalagi
bagi seorang aktivis dakwah. Mereka harus memiliki citra diri yang baik di
setiap tempat dan waktu. Aktivis dakwah juga harus memiliki keunggulan atau
kelebihan di bidang akademis seperti nilai yang baik dalam pelajaran sekolah.
Selama ini, banyak aktivis dakwah yang memiliki prestasi gemilang di sela-sela
kesibukan mereka beraktivitas di dakwah sekolah. Dakwah sekolah sangat memberi
perhatian besar dalam perkembangan proses pembelajaran pelajar di kelas/pendidikan
formal. Namun, beberapa waktu terakhir terlihat kemunduran dari kualitas
masing-masing diri aktivis dakwah. Mereka kurang memperhatikan pelajaran atau
sekolah, tapi memberikan perhatian yang besar pada dakwah sekolah. Hal ini
tidak baik, karena mereka lebih melepaskan kewajiban jutama mereka sebagai
seorang pelajar. Dengan akhlak dan kelebihan yang dimiliki, aktivis dakwah
dapat membuktikan bahwa dakwah sekolah mendidik remaja menjadi manusia
berkualitas dan mampu bersaing mengahadapi tantangan global.
·
Alumni
Kedekatan
alumni dengan siswa, guru, pegawai sekolah serta medan dakwah lainnya memberi
peranan penting dalam proses dakwah sekolah. Kehadiran alumni ke sekolah
menjadi penghormatan dan penghargaan bagi sekolah. Alumni dapat memberikan perhatian
dan partisipasi mereka kepada almamaternya dengan turut serta di kegiatan
dakwah sekolah. dengan membangun kepercayaan pada pihak sekolah, maka alumni
dapat melakukan:
§
Silaturrahim
ke sekolah untuk mempererat hubungan
§
Pendekatan
pada guru-guru agar tercipta kebersamaan dan kepercayaan pada alumni
§
Berkontribusi
kepada organisasi almamater
§
Menjadi murabbi atau mentor bagi adik-adiknya, para pelajar.
§
Menjadi
khatib Jumat.
§
Membantu pendanaan,
tenaga dan sarana-prasarana.
§
Membentuk
wadah alumni yang lebih formal.
·
Guru
Guru
berperan penting karena kedudukan dan perannya di sekolah sebagai tenaga
pengajar. Guru bias berdakwah kepada sesama guru dan pegawai sekolah. Kepada
siswa, guru memiliki posisi penting dan secara kuantitatif mereka lebih sering
berinteraksi dengan siswa.
Kontribusi guru dalam dakwah sekolah yaitu:
§
Menjadi
panutan bagi siswa
§
Professional
dalam mengajar
§
Menjadi murabbi atau mentor.
§
Membantu
pendanaan, tenaga dan sarana prasarana.
§
Menjadi
Pembina Rohis
§
Berdakwah
Fardiyah pada sesama guru.
§
Mendorong
dukungan structural sekolah pada kegiatan dakwah.
·
Kepala
Sekolah
Kepala sekolah berperan sangat
strategis dan dapat menjadi penentu kelancaran dakwah sekolah.
·
Pembina
(murabbi)
Pembina
masing-masing kelompok mentoring adalah aktivis dakwah dari kalangan alumni
atau non-alumni yang diberi kepercayaan untuk membina objek dakwah secara
khusus (khashshah).
·
Lembaga
Swadaya Masyarakat
LSM
sangat strategis dan massif, karena cakupannya yang luas meliputi banyak
sekolah di beberapa wilayah. LSM memiliki 2 peran massif, yaitu:
§ Pengembangan
dakwah ‘ammah; mengadakan berbagai pelatihan remaja, penyuluhan tentang bahaya
narkoba dan berbagai kegiatan menarik lainnya.
§ Pengembangan
dakwah khusus: program mentoring pelajar.
·
Ormas
Pelajar
Ormas
pelajar adalah tempat pembelaan/pencarian solusi problematika pelajar, ajang
silaturrahim aktivis dan simpatisan dakwah sekolah, wadah aktualisasi diri,
tempat penyaluran aspirasi, dan media pendidikan social politik pelajar serta
wadah pembelajaran organisasi bagi pelajar.
Kami selaku dosen agama islam fakultas sastera dan kebudayaan Universitas Gajah Mada setiap tahun ajaran baru atau penerimaan mana-mana siswi baru; mereka didata biografinya secara terperinci; latar belakang orang tua, pengalaman keagamaan “sudah melaksanakan ibadah atau belum”, kemudian dapat atau tidak membaca al-quran.
Dalam perkuliahan Agama Islam mereka dididik dan ditarbiyah sedemikian rupa dan diberi paket-paket dakwah yang memuat komponen-komponen ajaran Islam seperti (Akidah Islamiah, Syariah, Ibadat dan muamalah ).
Kuliah-kuliah bersifat kumulatif dalam memberikan nilai: mereka wajib melaksanakan:
1. Hadir minimal 75% tatap muka.
2. Resensi buku atau bedah buku karangan pakar Islam kaliber Internasional dalam pelbagai judul.
3. Membuat makalah untuk seminar berkelompok, minimal 3 orang atau lebih untuk membahas topik-topik pilihan (semua mahasiswa wajib membuat makalah dan hadir pada waktu yang ditetapkan).
4. Masing-masing membuat klipping / guntingan koran / majalah dijilid dengan rapi yang isinya menarik, memuat masalah aktual baik tentang Islam, teknologi kebudayaan, kesihatan dsb.
5. Mereka wajib bersedekah setiap akhir / tutup kuliah bersama-sama bakti sosial ke desa-desa dengan membawa tikar, lampu petromak, buku keIslaman dalam pelbagai judul untuk disumbangkan ke masjid–masjid yang miskin dan tidak jarang daripada yang terkumpul, dibelikan batu bata / lantai untuk masjid yang belum selesai pembangunannya. Puncak pertemuan di masjid adalah menyelenggarakan “Pengajian akhbar” bersama-sama Ahlul bait dan masyarakat sekitarnya.
6. Kemudian kuliah-kuliah agama Islam setiap minggu tiga hari wajib
mengikuti pagi sore hari kuliah asistan agama Islam yang materinya
antara lain belajar membaca Al-Quran, praktik solat, Fuqhunnisa
(Khusus Akhawat) pengalaman aqidah.
7. Diskusi pannal ditunjuk / dipilih mahasiswa yang dedikasi dan
intelektualnya tinggi membuat majalah–majalah ilmiah seperti: Konsep
Islamiah Ilmu Pengetahuan, Pandangan islam terhadap sekularisma,
Seni dalam pandangan Islam, Agenda permasalah umat dan
sebagainya.
.
B Dakwah Remaja melalui masjid
Masjid Kampung dan masjid Kampus berperanan sedemikian rupa dan para remaja terlibat sepenuhnya, baik selaku takmir maupun saksi– saksi yang dibuat dalam Organisasi Kemasjidan. Program-program dakwah yang ditawarkan untuk membina remaja Iman dan Islam dengan melakukan kegiatan–kegiatan:
1 Melakukan peringatan–peringatan Hari Besar Islam di masjid seperti Peringatan Maulidur Nabi saw, Peringatan I Muharam (Tahun baru hijrah ), Peringatan Nuzulul Quran, Peringatan berdirinya masjid dan setiap hari raya masing–masing masjid di Indonesia menyelenggarakan ceramah umum dan upacara rasmi bersalaman dan saling maaf-memaafkan dengan istilah halal bi halal.
2 Lembaga-lembaga masjid atau organisasi remaja masjid pada tingkat kecamatan, kabupatan dan propinsi terbentuk dalam rangka kerjasama dakwah dan sosial kemasyarakatan.
3 Training-training yang diikuti remaja masjid dengan bobot materi penataran atau latihan dimaksud berkisar sekitar:
1. Management masjid dan Management dakwah.
2. Metodologi dan strategi dakwah dalam menghadapi sosial.
3. Retorika dakwah dan kursus ketrampilan .
4. Sirah nabawiyah .
5. Aqidah Islamiah .
6. Psikologi Dakwah dan Public Relation.
7. Ukhuwwah Islamiah.
8. Hikmah dan tujuan pernikahan
9. Problematika dunia Islam .
10.Praktik-praktik dakwah, diskusi, sembahyang malam, menghafal
ayat- ayat pilihan.
11.Survel lapangan dan pembuatan program.
C Pendekatan Dakwah secara umum
Upaya memupuk, membina dan memelihara keimanan remaja di Indonesia, model-model pendekatan yang terbaru telah dilakukan baik melalui jalur dakwah informasi maupun semi pendidikan formal seperti;
1. Mendirikan Pusat Kajian Islam yang diterima oleh para mahasiswa, pendidikan selama dua tahun dengan diberi nama Ma’had Islamy, pesentrena/ pondok Mahasiswa, masing-masing bertempat di masjid dan 1 buah sudah mempunyai gedung ( Aji Mahasiswa), peminatnya tidak bisa ditampung maka terpaksa diseleksi, yang mengikuti mahasiswa yang merengkuh kuliah dari perguruan tinggi umum seperti Fakulti Kedoktoran, Teknik, Sospel, Ekonomi, Sasdaya dsb.
2. Bina remaja khusus dipilih mahasiswa yang nilai indeknya prestasinya minima 3 (tiga), ditampung atau bertempat tinggal diasrama atau kompleks: dan mereka diberi pengajian wajib seperti tafsir, hadith, fiqh tauhid dan kapita selekta serta mendatang pakar- pakar dari pelbagai disiplin ilmu. Diharapkan mereka para sarjana yang telah selesai nantinya mengembangkan wawasan keIslaman(Dakwah Islamiyah): usaha lain untuk memadukan pakar sains dan Islam tidak terjadi konflik, mereka wajib memperjuangkan agamanya menurut disiplin ilmunya masing-masing.
3. Membentuk Lembaga Kerpa Mubaligh Pedesaan ditangani remaja.
Hampir setiap Perguruan Tinggi Umum maupun Agama para
mahasiswa mempunyai lokasi khusus yang diberi nama “Desa Bina “ ertinya satu kaluharan (kenegeriaan, dibantu dalam wujud dakwah bil qalam, bil hal dan bil khitabah), juga pada acara hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha dakwah remaja bersama-sama ke desa bina memberikan zakat fitrah dan ternak korban untuk fuqara’ dan masa kini.
Pendekatan remaja /umum secara retorika dapat dikemukakan bahawa setiap idea atau gagasan, konsepsi yang dibicarakan di hadapan umum (massa), dianggap mencapai hasil yang dinilai sukses, manakala Audiensinya:
• Telah merasa seperti yang dibicarakan oleh pembicara.
• Telah berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
• Telah dapat memahami atau mengerti dengan baik isi pesan ( Idea) oleh pembicara (Orator).
• Telah sefaham atau sependapat dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
• Telah yakin akan kebenaran idea yang dikemukakan oleh si pembicara.
• Telah bertindak mengamalkan isi pesan yang dimaksudkan.
• Dan telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela dan mempertahankan kebenaran isi pesan (massage) yang diungkapkan oleh pembicara.
KESIMPULAN
Pendekatan dakwah di kalangan remaja memakai method multi dimensional, baik melalui kajian-kajian intensif, melalui latihan kepimpinan dengan menyerahkan tugas tertentu, melalui media massa, tulisan ataupun uswatun hasanah. Mungkin perlu diuji cuba sebuah pilut projek Islamic Center yang dikelola sepenuhnya oleh remaja yang serba lengkap dengan fasilitas:
1. Ladoratorium.
2. Laboraronium.
3. Masjid.
4. Taman bacaan/ perpustakaan.
5. Radio ( Pemacar Radio Dakwah Remaja ).
6. Ruang diskusi atau seminar.
7. Pesantren seleksi bibit dari propinsi, Madrasah atau sekolah umum ( mereka dididik, dilatih dan dikader.
8. Perkebunan ataupun persenian perantohan.
9. Tempat latihan teknik terpakai.
10. Tempat Diklat (pendididikan latihan) berjanjan tingkat awal / menengah dan tinggi seperti latihan kepimpinan, karya tulisan ilmiah keagamaan dan para dai’e atau (du’at ).
11. Komputerisasi dan pemetaan Dakwah terlengkap yang memuatkan data kependudukan, pemeluk agama, lembaga – lembaga dakwah, jumlah masjid, mubaligh yatim piatu, fuqarak dan masakin, data desa tertinggal, jumlah remaja yang bersekolah, data kegiatan remaja Islam, tinggat pendidikan mahupun data pengnagguran dsb.
Demikianlah secercah tulisan yang mungkin kurang sempurna yang
dapat disajikan kepada para hadirin yang amat mulia ini, semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar