MENANAMKAN AQIDAH
PADA ANAK USIA SEKOLAH
ARIF RIDUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran tentang pendidikan akidah memang terlalu menyatu kepada kepentingan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,sesuai dengan zamannya.Maka untuk itu pemikirpun diarahkan kepenguasaan kemampuan tersebut.Lebih dari itu perumusan tujuannya juga tidak boleh lepas dari konsep Akhlakul Karimah,yang berkaitan dengan nilai-nilai ketakwaan.
Didalam melaksanakan pendidikan akidah ini perlu dihindari cara-cara yang bersifat paksaan dan ancaman yang merusak perasaan,melemahnya kekuatan fikir dan membiasakanny sesuatu tanpa memberikan kepuasan. Untuk itu perlu formula yang tepat untuk penerapan pendidikan akidah yaitu Pembiasaan dan Keteladanan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akidah
Akidah Islam merupakan penutup akidah samawi (risalah langit) yang mana al-Qur’an Al-Karim dan sunnah Rasul yang agung secara lengkap telah menjelaskan akidah itu dan memberikan petunjuk kepadanya yaitu berupa keimanan kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab suci dan para Nabi.Akidah ini bukan merupakan rekayasa Islam dan bukan merupakan penemuan Muhammad SAW. Ia merupakan akidah murni yang di bawa oleh semua nabi yang di utus oleh Allah dan diturunkan oleh semua kitab suci langit sebelum kkitab-kitab ini mengalami distorsi, penyelewengan dan perubahan.
Akidah itu merupakan hakikat abadi yang tidak mengalami proses evolusi yang tak pernah berubah, yakni akidah tentang Allah dan hubungan-Nya dengan ala mini, tentang alam nyata yang diperlihatkan kepada manusia dan tentang alam ghaib yang tidak diperlihatkan kepadanya, tentang hakikat kehidupan ini dan peran manusia di dalamnya serta nasib manusia setelah kehidupan dunia.
Semua upaya yang dilakukan Islam adalah untuk menjernihkan akidah ini dari berbagai noda cacat yang merasukinya dan untuk memurnikannya dari unsure asing yang di masukkan padanya oleh berlalunya masa yang panjang sehingga mengeruhkan kejernihannya dan merusak tauhidnya dengan kepercayaan trinities, pengampunan dosa dan membuat tuhan-tuhan selain Allah, merusak pensuciannya terhadap Allah (tanzih) dengan akidah penyerupaan Allah dengan makhluk (yasbih), personvikasi Allah secara fisik (tajsim) dan penisbatan kelemahan dan kekurangan yang ada pada pada manusia kepada Allah, memperburuk asumsinya tentang alam, kehidupan dan manusia serta hubungannya dengan Allah, wahyunya serta ajaran yang di bawanya.
Sebagaimana Islam juga telah memaparkan akidah ini dengan tataran baru sesuai misi risalah yang merupakan refleksi dari hikmah Allah yang telah menjadikan akidah Islam sebagai penutup risalah ilahiyah dan tujuan semua umat manusia sampai hari kiamat.
Akidah islam dating untuk memurnikan pemikiran Tauhid dan keasempurnaan akidah ilahiyah ( paham ketuhanan), dari segala hal yang mencorengnya sepanjang zaman dan ia hadir untuk memurnikan pemikiran tentang kenabian dan kerasulan dari pemahaman buruk yang menimpanya.
Dan akidah Islam datang untuk memurnikan persepsi pemikiran tentang pembalasan di akhirat dari asumsi salah orang-orang bodoh, manipulasi orang-orang pintar, penyangkalan dari kaum penggugat dan hujatan dari kaum penghujat.Unsur akidah ini adalah;keimanan kepada Allah,keimanan kepada kenabian dan keimanan pada akhirat.dan dapat di globalkan menjadi;keimanan kepada Allah dan hari akhir.Keimanan kepada-Nya mencakup keimanan kepada eksistensi-Nya,keesaan-Nya,dan keimana kepada kesempurnaan-Nya.1[1]
2. Pembinaan Akidah Pada Anak Usia Dini
Pada periode ini anak menjadi lebih siap untuk belajar secara teratur. Ia mau menerima pengarah lebih banyak, dan lebih siap menyesuaikan diri dengan teman-teman sepermainannya. Dapat kita katakan, pada periode ini anak lebh mengerti dan lebih semangat untuk delajar dan memperoleh keterampilan-keterampilan, karenanya ia bisa di arahkan secara langsung. Oleh sebab itu, masa ii termasuk masa yang paling penting dalam pendidikam dan pengarahan anak.
Selanjutnya anak di bicarakan tentang aspek-aspek terpenting yang perlu diperhatikan oleh para pendidik pada periode ini yaitu:
1. Pengenalan Allah dengan cara sederhana.
Pada periode ini dikenalkan kepada anak tentang Allah Azza Wajalla dengan cara yang sesuai dengan pengertian dan tingkat pemikirannya. Diajarkan kepadanya: Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bahwa Dialah pencipta segala sesuatu. Pencipta langit, bumi, manusia, hewan, pohon-pohonnan, sungai, dan lain-lainnya.
Pendidik dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya ketika berjalan-jalan di taman atau padang, tentang siapakah pencipta air, sungai, bumi, pepohonan dan lain-lainnya, untuk menggugah perhatiannya kepada keagungan Allah.
Cinta kepada Allah, dengan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah untuknya dan untuk keluarganya. Misalnya anak ditanya: “ Siapakah yang memberimu pendengaran, penglihatan dan akal? Siapakah yang memberi rezki dan makanan untukmu dan keluargamu?”
Pada periode ini dikenalkan kepada anak tentang Allah Azza Wajalla dengan cara yang sesuai dengan pengertian dan tingkat pemikirannya. Diajarkan kepadanya.
· Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya.
· Bahwa Dialah pencipta ssegala sesuatu.
· Cinta kepada Allah dengan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah untuknya dan untuk keluarganya.
2. Pengajaran sebagai hukum yang jelas dan tentang halal haram.
Diajarkan kepada anak menutup aurat, berwudhu, hukum-hukum thaharah (bersuci) dan pelaksanaan shalat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, dusta, adu domba, mencuri dan melihat kepada yang diharamkan Allah. Pokoknya, disuruh menetapi syari’at Allah sebagaimana orang dewasa dan dicegah dari appa yang dilarang sebagaimana orang dewasa, sehingga anak akan tumbuh demikian dan menjadi terbiasa. Karena bila semenjak kecil anak dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau sudah dewasa akan menjadi kebiasaannya.
3. Pengajaran baca al-Qur’an.
Al-Quran adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebasthilan apapun. Maka amat baik jika anak di biasakan membaca al-Qur’an dengan benar, dan diupayakan semaksimalnya agar menghafal al-Qur’an atau sbagian besar darinya dengan di beri dorongan melalui berbagai cara. Karena orang tua hendaklah berusaha agar putra putrinya masuk pada salah satu sekolah tahfizh al-Qur’an kalau tidak biasa, diusahakan masuk pada salah satu tahfizh.Diriwayatkan :
“ Barang siapa membaca al-Qur’an dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah dari pada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini?(HR.Abu Daud)
4. Pengajaran tentang hak-hak kedua orang tua.
Diajarkan kepada anak untuk bersikap hormat, taat dan berbuat baik kepada kedua orang tua, sehingga terdidik dan terbiasa demikkian. Anak sering bersikap durhaka dan melanggar hak-hak kedua orangtua disebabkan karena kurangnya perhatian orangtua dalam mendidik anak dan tiidak membiasakannya berbuat kebaikan sejak dini
5. Pengenalan tokoh-tokoh teladan dalam islam.
Tokoh teladan kita yang utama yaitu Rasulullah SAW, kemudian para sahabat yang mulia RA. Dan penggikut mereka dengan baik dan menjadi contoh terindah dalam segala aspek kehidupan. Maka dikenalkan kepada anak tentang mereka, diajarkan sejarah dan kisah mereka supaya meneladani perbuatan agung mereka dan mencontoh sifat baik mereka seperti keberanian, keprajuritan, kejujuran, kesabaran, kemuliaan, keteguhan pada kebenaran dan sifat-sifat lainnya.
Kisah atau kejadian yang diceritakan kapada anak hendaklah sesuai dengan tingkat pengertiannya, tidak membosankan, dan difokuskan pada penampilan serta penjelasan aspek-aspek yang baik saja sehingga mudah diterima oleh anak. Misalnya, diceritakan kepada anak kisah Rasulullah bersama orang Yahudi yang menuntut kepada beliau agar membayar uang pinjamannya, sebagai contoh akhlak baik beliau:
Sejarah umat islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.1[2]
3. Masa Anak Sekolah
Umumnya periode masa sekolah ini berlangsung sejak usia 6,0 tahun sampai 12 tahun, di mulai setelah anak melewati masa degil (keras kepala) yang pertama, di mana proses sosialisasi telah dapat berlangsung dengan lebih efektif sehinngga ia disebut “matang” untuk mulai sekolah.
Bermacam-macam criteria yang dipakai orang untuk menetapkan kapan seorang anak bisebut matang untuk sekolah. Sebenarnya dengan hanya ukuran umur 6 atau 7 tahun saja belum di anggap cukup untuk menentukannya. Kematangan itu paling tidak harus dilihat dari empat aspek, yaitu;
· Aspek fisik; fisik anak telah berkembang secara memadai sehingga anak memperlihatkan kesanggupannya untuk mentaati ssecara jasmaniah tata tertib sekolah, misalnya: dapat duduk tenang, dan tidak makan-makan dalam kelas, dan lain-lain.
· Aspek intelektual: apabila anak telah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, kuntinyu, dan dapat menyimpan serta memproduksikannya bila diperlukan.
· Aspek moral; apabila anak telah sanggup untuk menerima didikan moral atau norma-norma dan dapat mematuhi atau melaksanakannya.
· Aspek social; apabila anak telah sanggup untuk menyesuaikan diri dan bergaul dengan orang lain terutama sekali dengan teman-temannya di sekolah, dan dapat pula berhubungan dengan guru atas dasar pengakuan akan kewibawaan guru.
Cepat atau lambatnya kematangan ini diperoleh anak banyak tergantung pada kesehatan fisik , sifat-sifat dasar anak dan pendidikan sebelumnya (dalam keluarga atau taman kanak-kanak).
Di samping criteria matang sekolah seperti diuraikan di atas, maka lebih jauh berikut ini diuraikan aspek-aspek yang berkembang dalam masa ini, antara lain sebagai berikut:
A. Perkembangan Aspek Fisik
Sampai pertengahan masa ini, anak laki-laki lebih cepat perkembangannya dari pada anak perempuan, tetapi menjelang akhir masa anak sekolah (sesaat menjelang datangnya masa remaja) perkembangan fisik anak perempuan jauh lebih cepat daripada anak laki-laki. Karena itu, masa ini sering juga di sebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Berikut ini akan dijelaskann beberapa aspek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama periode akhir anak-anak, di antaranya keadaan berat dan tinggi badan, keterampilan motorik.
1. Keadaan Berat dan Tinggi Badan
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota badan relative masih pendek, kepala dan perut relative masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6 dann berat bertambah sekitar 10 setiap tahun.
Pertumbuhan fisik selama masa ini, di samping memberikan kemampuan bagi anak-anak untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis bagi mereka.
2. Perkembangan Motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandinggkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan, separti membongkok, melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang pesat.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang di butuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis. Dari usia 8 hingga 10 tahun, tngan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik harus berkembang, di mana anak sudah dapat menulis. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilam manipulative menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa.
Anak-anak masa sekolah ini mengembangkan kemampuan melakukan permainan dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan mentaati peraturan suatu permainan. Pada waktu yang sama, anak-anak mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan berbagai macam olah raga, baik secara individual ataupun kelompok.
3. Perkembangan Aspek Psikis
Berbagai fungsi psikis anak berkembang dalam masa ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pengamatan
Menurut Ernest Meuman perkembangan pengamatan anak dapat di bagi kedalam tiga masa, yaitu:
a. Masa sintesis fantasi: umur 7-8 tahun
b. Masa analisis: umur 6-12 tahun
c. Masa logis: 12 tahun keatas
2. Berpikir
Kalau dilihat dari pembagian umur maka anak sekolah berarti berada dalam tahap berpikir operasional konkrit. Berpikir anak dalam tahap inii sudah tidak egosentrik lagi, ia sudah mampu mengadakan desentrasi (memisahkan antara subyek dan obyek) yang baik
4. Daya Ingatan
Perkembangan daya ingatan pada anak usia 8-12 tahun mencapai intensitas yang paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi (dengan sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah matteri ingatan paling banyak.
Anak usia sekolah dasar memang masa pekanya untuk belajar membaca, menulis, berhitung dan mengingat.
5. Perasaan
Perasaan anak pada saat ini banyak tertuju kepada perasaan intelek, sehingga ia sering merasa mampu mengerjakan sesuatu walaupun sebenarnya dia belum mampu, tetapi hatinya menjadi puas bila sudah di cobanya, meskipun salah atau gagalmia tetap gembira.
6. Moral Anak
Anak-anak usia sekolah mulai dapat bertingkah laku yang sesuai dengan apa-apa yang di harapkanoleh kelompoknya. Dunia telah dapat mengetahui kaidah-kaidah moral dan prisip-prinsip yang mendasar suatu peraturan melalui didikan guru di sekolah atau orang tua di rumah tangga.
7. Sosial
Pada masa ini perkembangan social semakin meningkat, ditandai dengan usaha menyesuaikan diri dengan kelompok dan lingkungannya serta usaha pengambilan peran.
8. Rasa keagamaan
Perkembangan perasaan keagamaan pada masa anak sekolah ini agak lambat karena anak terlalu sibuk perhatiannya pada realitas social di sekitarnya.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Dalam terminology Islam dorongan ini di kenal dengan hidayat al-Diniyyat (baca: hidayatud diniyyah), berupa benih-benih keberagamaan yang di anugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini, manusia pada hakikatnya adalah maakhluk beragama.2
Masalah-masalah Umum pada Anak Usia Sekolah
Berbagai masalah pada anak-anak usia sekolah dapat di kelompokkan sebagai berikut;
· Kecemasan dan Ketakutan
· Ketidak bahagiaan dan kesedihan
· Kenakalan
· Ketidakjujuran
· Masalah-masalah sekolah3
4. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Kesehatan Mental
a. Dengan Agama, dapat Memberikan Bimbingan dalam Hidup
Ajaran Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak dapat membantu kepribadian yang Islami. Anak akan mampu mengendalikan keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul dalam dirinya. Apabila dalam dirinya telah terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, maka ia mampu menghadapi dorongan yang bersifat fisik dan rohani/social, sehingga ia dapat bersikap wajar, tenang dan tidak mendengar hokum dan peraturan masyarakat.
Ajaran Agama akan memberikan bimbingan hidup dari masa kecil sampai dewasa, baik melingkupi pribadi, keluarga, masyarakat atau hubungan dengan Allah. Maka bimbingan dan pendidikan agama akan memberikan jaminan kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini.
b. Ajaran Agama sebagai Penolong dalam Kesukaran Hidup
Setiap orang pasti pernah merasakan kekecewaan, sehingga bila ia tidak berpegang teguh pada ajaran agama dia akan memiliki perasaan rendah diri, apatis, pesimis, dan merasakan kegelisahan.
Bagi orang yang berpegang teguh kepada agama, bila mengalami kekecewaan, ia tidak akan merasa putus asa tetapi ia menghadapinya dengan tenang dan tabah. Ia segera mengingat Tuhan sehingga ia dapat menemukan factor-faktor yang menyebabkan kekecewaan. Dengan demikian, ia terhindar dari ganguan jiwa.
c. Aturan Agama dapat Menentramkan Bathin
Agama dapat member jalan penengah hati bagi jiwa yang sedang gelisah. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah Agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya, tetapi setelah menjalankan perintah agama, ia mendapat ketenangan hati. Seseorang yang telah mencapai kesuksesan terkadang melupakan agama, Ia terhanyut dalam harta yang berlimpah. Bahkan ia berusaha terus mencari harta yang dapat membuat dirinya bahagia. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa hampa. Hatinya gersang dan tidak pernah tentram. Kemudian ia merenungkan diri merasa bahwa hartanyatidak dapat memberinya ketenangan batin.
d. Ajaran Agama sebagai Pengendali Moral
Moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nila ) masyarakat, yang timbul dari hati dan disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan tersebut)4.
Penerapan mora yang baik dapat diperoleh dari keyakinan agama, yang harus ditanamkan sejak kecil, sehingga membentuk kepribadian anak. Di dalam agama islam, misalnya, bayi yang baru lahir segera di adzankan. Dengan bemikian pengalaman pertama yang diterima anak adalah kalimat-kalimat suci dari Tuhan. Pengalaman ini menjadi bahan pokok dalam pembinaan mental dan moral. Pentingnya pendidikaan moral/mental bagi anak-anak di sekolah mensyaratkan agar setiap sekolah mensyaratkan agar setiap sekolah memiliki biro penyuluhan yang dapat menampung dan memberikan tuntunan khusus bagi anak-anak yang membutuhkannya.
e. Agama dapat menjadi terapi jiwa
Agama dapat membendung dan menghindarkan gangguan jiwa. Sikap, perasaan, dan kelakuan yang menyebabkan kegelisahan akan dapat diatasi bila manusia menyesali perbuatannya dan memohon ampun kepada Allah SWT.
f. Peranan Agama bagi Pembinaan Mental
Unsur-unsur yang terpanting dalam menentukan corak kepribadian seseorang adalah nilai-nilai agama, moral dan social (lingkungan) yang diperolehnya. Jika masa kecil mereka memperoleh pemahaman mengenai nilai-nilai agama akan tetap dan tidak berubah-ubah, sedangkan nilai-nilai social dan moral sering mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat. Pada usia perkembangan dan pertumbuhan anak, agama mempunyai fungsi penting sebagai penenang jiwa.5[3]
KESIMPULAN
Pembinaan Akidah pada Anak Usia Sekolah dengan cara sebagai berikut:
1. Pengenalan Allah dengan cara sederhana, seperti nikmat-nikmat yang di karuniakan Allah untuknya dan keluarganya.
2. Pengajaran sebagai hokum yang jelas dan tentang halal haram, seperi: menutup aurat berwudhu, dan pelaksanaan shalat yang benar.
3. Pengenalan baca Al-Qur’an, separti: membacanya dengan benar, dan diupayakan semaksimal agar menghafal al-Qur’an dengan di beri dorongan kepada si anak.
4. Pengajaran tentang hak-hak kedua orang tua, untuk bersikap saling hormat, taat, dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
5. Pengenalan tokoh-tokoh teladan dalam Islam, Tokoh teladan kita yang utama yaiyu, Rasulullah SAW, kemudian para sahabat RA, yang mulia dan pengikut mereka dengan baik dan menjadi cotoh terindah dalam segala aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Mubin,M.Ag, & Cahyadi Ani, M.Pd, Psikologi Perkembangan. Banjarmasin(Quantum teaching:2006)
Burhanudi,Yusak.Drs. Kesehatan Mental,Bandung (Pustaka setia: 1999)
Lask,Bryan, Memahami dan mengatasi masalah anak anda, Jakarta (Gramedia pustaka utama: 1991)
Qardhawy,Al-Yusuf,Dr. Pengantar kajian Islam, Jakarta, (Pustaka Al-Kautsar:1996)
Fuady,M,Noor & Muradi,Ahmad,M.Ag. Pendidikan Akidah Berbasis Keluarga. (Banjarmasin:2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar