(Masuk pak Yanto kandidat kades lainnya juga bersosialisasi kampanye)
Yanto : nah kebetulan sekali, bapak ibu pada kumpul disini, ini silahkan dibaca visi dan misi saya ( sambil membagikan brosur berisi visi dan misi)
Warga 1 : wih satu RT satu Sarjana, maksudnya apa ni pak ?
Yanto : ya itu program unggulan jangka panjang saya, dalam satu RT nanti di pilih pelajar yang baru lulus, diseleksi untuk mendapatkan beasiswa kuliah gratis dari dana desa sampai lulus, yaa diutamakan warga yang kurang mampu. Selain untuk kemajuan desa nantinya, juga kita harapkan menjadi pegangkat derajat bagi keluarganya
Warga 2 : keren sih, saya mau sih pak pilih bapak, asal saya dapat beasiswa itu
Warga 1 : lah kamu mau kuliah, SD aja gak lulus
Warga 2 : ya kali aja bisa
Warga 1 : mana bisa
Ibu : saya kasih tau ya pak, gini gini saya juga pernah kuliah pak, ya walau balik ke kampung cuma jadi ibu rumah tangga, tapi setidaknya saya ibu rumah tangga yang bertitel pak
Ibu : gini pak, tidak semua orang yang kuliah itu kuliah pak , banyak pak yang jadi pemandu karaoke, biduan dangdut, mengedar narkoba, maling helm, bahkan banyak yang jadi lonte pak
Warga 2 : yang bener Bu ?
Ibu : lah , kan saya sudah bilang, gini gini saya ini pernah kuliah juga
Warga 1 : jadi ibu termasuk yang mana sewaktu kuliah Bu ? Pemandu karaoke, biduan, penjual narkoba atau lonte Bu
Ibu : itsssssss ! Sembarangan, saya tidak seperti itu, saya mahasiswa yang berprestasi, IPK selalu di atas 3, lulus cumlaude
Warga 1 : tapi sekarang jadi apaan Bu, jadi pejabat ?
Warga 2 : cuma jadi ibu rumah tangga, ngurusin dapur dan Kasur, hahahahaha
Warga : hahahahahaha
Ibu : ahh !!!!! Jangan mengalihkan pembicaraan dulu, tapi ini benaran loh pak, tidak semua yang mahasiswa itu kuliah. Ada juga buat Hura Hura doang, 7 tahun kuliah kena DO
Yanto : makanya Bu, nanti akan kita adakan tahap seleksi yang betul betul ketat, dan ada kontraknya juga yang berguna bagi penerima beasiswa dan desa juga agar nantinya setelah lulus dia akan memajukan desa kita
Warga 1 : saya setuju pak
Yanto : besok bapak ibu, kalau benar benar peduli dengan desa kita ini, ayo gunakan hak pilih bapak ibu sekalian dengan memilih saya Yanto nomor urut 1
Yanto : bapak ibu sekalian, saya izin pamit dulu, masih banyak agenda sosialisasi saya untuk memajukan desa ini di lima tahun yang akan datang
Warga : ya pak hati hati pak, saingan bapak sangat berat, banyak uang pula
( Pak Yanto keluar set panggung)
Warga 1 : bagus ya programnya, pasti bisa memajukan desa ini
Warga 2 : saya pilih pak Yanto deh kayaknya nanti
Ibu : eh emang kalian percaya kata kata manisnya politisi ?
Warga 1 : maksudnya ?
Ibu : banyak calon calon pejabat ngomong gitu, manis ini itu, gagasan visi dan misi yang sangat manis dan bagus tapi pas terpilih ya gitu gitu aja, bohong semuanya
Warga 1 : iya sih
Warga 2 : yang jelas jelas di sumpah pakai kitab suci aja pas pelantikan ternyata ketika kerja korupsi juga, ya walau gak semuanya, tapikan banyak begitu
Ibu : nah itu yang saya maksud, pejabat semuanya mulutnya manis. Ketika pemilihan suara rakyat dicari cari, memohon mohon untuk dipilih. Eh setelah dipilih malah tutup telinga dengan suara rakyat, malah rakyat yang memohon mohon bantuan kepada pejabat
Warga 1 : apa bedanya, pil KB dengan Pilkades ?
Warga 2 : hmmmmmmmm.. apa yah ? Gak tau
Ibu : Pil KB ya buat di minum lahh.
Warga 1 : bukan, bukan itu
Ibu : bedanya apaan ?
Warga 1 : kalo Pilkades setelah jadi bisa lupa !!, Klo Pil KB setelah lupa bisa jadi !
Warga 2 : hahahahahahaha..
Ibu : eh, malah main tebak tebakan, kek gak ada kerjaan aja, saya mau pulang dulu mau masak buat suami dan anak
Warga 2 : saya juga mau pulang dulu, mau mancing nanti malam. Di sungai sedang ramai ikan
( Ibu dan warga 2 keluar set panggung)
Warga 1 : ahhhhh... Santai disini aja dulu dah, siapa tau ada serangan Pajar ( rebahan dan tertidur di pos / dipan)
( Cahaya meredup, seakan akan malam telah tiba, warga 1 tertidur di pos / dipan)
...
( Masuk Memet dan 1 orang pendukungnya masuk disisi pojok panggung)
Memet : nah ini ada 500 amplop, isinya 305.000, bagikan ke 500 warga, katakan ini amplop untuk pilih saya sebagai kades lagi. ( Memberikan sejumlah amplop)
Pendukung 1 : iya pak
Memet : ingat ya, pastikan para penerima amplop ini benar benar berjanji akan pilih saya besok. Dan jangan sampai ketahuan panitia pilkades ya, senyap senyap saja, berikan dulu kepada orang orang yang kamu kenali, jangan sembarangan orang
Pendukung 1 : siap pak beres
Memet : ya sudah, saya pulang dulu, bagian kamu nanti besok aja ambil ke rumah saya
Pendukung 1 : ok pak
( kades Memet keluar set panggung, pendukung 1 berjalanan ke tengah panggung menuju pos/dipan dan melihat warga 1 sedang tidur dan membangunkannya )
Pendukung 1 : eh yadi, bangun bangun !
Warga 1 : hahhh, sudah jam berapa ini ? Aku ketiduran
Pendukung 1 : kamu mau uang gak ?
Warga 1 : ya jelas mau lah, serangan Pajar kan ini ?
Pendukung 1 : sstttttttt... Jangan keras keras, kok kamu tau, kalo ini serangan Pajar ?
Warga 1 : memang biasanya begitu, kalau ada yang nawarin uang cuma cuma dimalam jelang pemilihan ya jelas serangan Pajar namanya
Pendukung 1 : tapi ini bukan serangan Pajar, Hanya uang lelah saja, tanda terima kasih pak Memet karena sudah memilih dia
Pendukung 1 : ini ada 200 amplop, dari pak memet minta kamu bagikan kepada warga yang mau memilih dia, uang ini sebagai tanda terima kasih. Kamu mau membagikannya ? Kalau mau nanti ambil jatah 5 amplop dari ini. Sisanya kamu bagikan
Warga 1 : jatah saya 5 amplop, ? jelas dong siap aku bagikan !
Pendukung 1 : iya jatah kamu 5, nah sisanya yang 195 amplop tolong kamu bagikan ke warga yang lain. Tapi jangan sampai ketahuan, bagikan ke orang-orang terdekat kamu dulu
Warga 1 : yaa yaa paham, nanti saya bagikan
Pendukung 1 : oke deh kalau begitu, saya pergi dulu, tolong bagikan ya
Warga 1 : siap tenang, semuanya beres
( Pendukung 1 keluar set panggung)
Warga 1 : mimpi apa aku ya, dapet uang segini banyak
Warga 1 : tapi masa iya jatahku cuma 5 amplop ?, kalau saya ambil 10 amplop kan gak ada yang tau juga. Dan gak mungkin juga dilaporkan kepolisi gara gara korupsi uang serangan Pajar, lumayan rezeki anak Soleh, hihihi
(Lalu masuk lagi warga 2 dan menghampiri warga 1 )
Warga 2 : eh masih disini aja kamu Yadi, ngapain, itu amplop buat apaan ? Fardu kipayah ? Siapa yang meninggal ?
Warga 1 : eh eh, jangan ribut, pelan pelan, suaranya
Warga 2 : kenapa ?
Warga 1 : ini serangan pajar, kita lagi diserang
Warga 1 : ini ada 200 amplop buat dibagikan ke warga, eh bukan 200 tapi seratus tapi 100 amplop maksudnyan, buat tanda terima kasih dari kades Memet buat warga yang memilih dia, mau gak kamu membagikannya, kalau mau nanti ambil jatahah kamu 5 disini, jadi yang 95 amplop sisanya tolong bagikan
Warga 2 : siaaapppop bosqueeee beresssssss
Warga 1 : bagikan ya, aku mau pulang dulu, bagikan loh ya jangan di korupsi, dan jangan sampai ketahuan panitia pilkades, bakalan di penjara nanti kita
Warga 2 : siaappp boasque, gak aku sangka ternyata kamu timsesnya pak Memet
Warga 1 : ssttttttttt.. jangan bilang bilang, bagikan saja, katakan dari pak Memet sebagai tanda terima kasih
( Warga 1 keluar set panggung)
Warga 2 : ini amplop Ku bagikan sama siapa yang, gak ada yang lewat pula
Warga 2 :masa iya aku ketok rumah warga satu satu ? , kalau ketahuan oleh pendukung calon kades yang lain gimana? Kalo dilaporkan bakalan kena pasal ? Masuk penjara, lahh ogah,
( Warga 2 mondar mandir memikirkan, lalu masuklah ibu sedang mencari anaknya yang belum pulang)
Ibu : eh eh, Kusnadi, ada lihat anak saya si Syarif gak ? Gak pulang pulang bilangnya mau mancing
Warga 2 : iya ada, saya lihat tu di sungai RT 9, jam segini memang rame ramenya mancing banyak ikan akhir akhir ini disana.
Ibu : owh yaa syukur deh, , sana mau kesana dulu
Warga 2 : eh Bu, tunggu Bu, penting.
Ibu : penting apaan ?
Warga 2 : nanti besok pemilihan, ibu pilih siapa ?
Ibu : saya masih bingung memilih siapa, emangnya kenapa ?
Warga 2 : ini Bu, saya di amanahi oleh pak kades Memet buat membagikan amplop buat tanda terima kasih buat warga karena mau memilih dia
Ibu : serangan Pajar?
Warga 2 : bukan Bu, bukan serangan Pajar, ini tanda terima kasih aja, gitu kata pak kades
Warga 2 : kalo ibu mau bantu bagikan nanti jatah buat ibu dapat lebih, soalnya saya gak tau mau bagikan kemana, sudah sepi, nah kan tu ibu mau kesungai datangin anak ibu yang lagi mancing, nah bagikan aja ke sana Bu
Ibu : oh iya boleh boleh, jatah saya double kan ?
Warga 2 : nah iya Bu ini ada 30 amplop untuk ibu bagikan, jatah itu double ambil aja duluan, sisanya yang 28 amplop tolong bagikan ke warga
Ibu : yaa yaaa.. terserah aja kah ke siapa
Warga 2 : iya Bu terserah aja, ke siapa aja, yang penting jangan ribut, jangan rame rame, ini bukan serangan Pajar loh yaa, murni sebagai tanda terima kasih aja kata pak kades begitu. Tapi tetap jangan ketahuan sama panitia pilkades. Takutnya mereka minta jatah juga, paham kan bu
Ibu : ok, paham paham
Warga 2 : klo gitu saya pulang dulu ya Bu, tolong bagikan
( Warga 2 keluar set panggung)
Ibu : berapa gerang isinya nih, duh banyak juga isinya, 350 ribu , lumayan sekali (mengintip dalam amplop)
Ibu : tapi, dibagi sama siapa ni 28 amplop ni, kalo dibagi bagi ke pemancing gimana ya, bakalan ketahuan gak ? Jelas ini serangan Pajar, suap ini , kalo ketahuan bakalan di penjara, gimana cara membagikannya ya ( mondar mandir)
( Lalu masuk warga 3, seorang pemancing yang ingin memancing ke sungai)
Ibu : kebeetullaaaaaannnnnn sekali
Warga 3 : ada apa Bu ?
Ibu : kamu mau mancing ke sungai ?
Warga 3 : iya Bu , emangnya kenapa ?
Ibu : kamu mau uang gak ?
Warga 3 : siapa sih yang gak mau Bu, emang uang apaan ?
Ibu : ini ada titipan dari pak Memet, kades kita, ada 10 buah amplop untuk dibagikan ke warga sebagai tanda terima kasih untuk memilih dia dalam pemilihan kades
Warga 3 : bilang aja uang serangan Pajar Bu, ribet banget kata katanya
Ibu : tapi ini bukan serangan Pajar, tanda terima kasih aja ( mengasih sepuluh amplop)
Ibu : tolong bagikan ya sama warga, jatah kamu silahkan ambil 2 , nah sisanya yang 8 tolong kamu bagikan
Warga 3 : oke deh Bu ( pemancing keluar set panggung)
Ibu : .... ( Menghitung amplop yang tersisa)
Ibu : hmmmmmm . Lumayan buat beli beras, minyak, gula, bayar listrik, gak ada yang tau kan hahahahaha, hmm pulang saja ah, nanti si syarif pasti pulang sendiri ke rumah kalo sudah selesai mancing ( ibu 1 keluar set panggung dengan riang gembira)
( Lampu meredup)
( Lampu perlahan terang, set panggung seperti penghitungan suara hasil pemilihan kepala desa, ada beberapa warga, ada 2 panitia pemilihan , ada 3 kandidat calon kades. Suasana sedang penghitungan suara, setelah pemungutan suara selesai)
Panitia : Yanto ! ( Sambil mengambil kertas dan diperlihatkan kepada yg hadir)
Panelis : .... ( Menulis ke papan perhitungan)
Panitia: Yanto !!
( Berlangsung 20 kali suara untuk Yanto, dan panelis menuliskan di dinding setelah disebutkan)
( Kades Memet tampak geram karena namanya tak kunjung muncul, sambil mengisyaratkan marah kepada pendukung 1 yang dia minta untuk membagikan amplop, sedangkan pendukung 1 mengisyarakat marah kepada Warga 1 yg telah di minta membagikan amplop, dan warga 1 memberikan isyarat bahwa amplopnya sudah ia bagikan,, penghitungan suara masih berlangsung,, sesekali nama Suryadi di sebutkan, namun tidak dengan nama Memet. Kades geram sekali)
Panitia : Suryadi !!
Panitia : Yanto !!
Panitia : tidak sah !
Panitia : Yanto
Panitia : Yanto !
Panitia: Yanto !
Panitia: ini kertas terakhir, kita lihat, yantoooii !!!
Panelis : kita saksikan bersama, hasil dari penghitungan suara , 01 pak Yanto memperolah suara 456 suara, 02 pak Suryadi memperoleh 377 suara dan 03 pak Memet memperoleh 15 suara serta suara tidak sah ada 60 suara. Maka dengan perhitungan yang sudah disaksikan ini pemenang pemilihan kades desa Handil Mukung ialah 01 pak Yanto
( Sorak Sorai warga)
Panitia : dan selanjutnya mekanisme, hasil pemilihan, transisi dan apabila ada aduan atau keberatan lain lainnya akan di atur oleh pihak kecamatan. Silahkan bapak ibu bubar dengan tertib dan damai.
( Panitia dan panelis membereskan semuanya dalam kotak suara begitu juga hasil perhitungan di dinding, memasukkan semuanya dalam kotak dan membawanya ke luar set. Satu persatu warga dan kandidat 01 02 keluar dari set panggung)
( Hanya tersisa, kades, pendukung 1 dan warga 1)
Memet : komaarrr. !!!!! Kamu harus bertanggung jawab ( marah kepada pendukung 1 )
Pendukung 1 : Yadi !!! Kami harus bertanggung jawab ( marah mengejar warga 1, ia pun lari ke luar set panggung dan kades juga ikut mengejar )
Memet : eh jangan lari, jelaskan pada saya, kenapa suara saya bisa cuma 15 , saya pecahkan kepala kau yaaa ... Jangan lari ... ( Mengejar keluar set panggung )
( Lampu padam)
( Tepuk tangan)
( Selesai)
Biodata singkat penulis
Arif Riduan, S.Sos.I, dengan sapaan akrab Ole, mantan aktivis yang aktif di Sanggar Tasmaq Annida Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Antasari. Meski tulis menulis naskah adalah hal yang baru, tapi ia sudah menulis beberapa naskah teater. Tujuannya agar bisa berkontribusi dalam khazanah penulisan naskah didunia seni teater yang selama ini hanya ia digeluti sebagai aktor panggung. Pernah berkuliah di jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, dan sekarang bergelut di bidang usaha kuliner sebagai wirausaha kecil. Penulis bisa di sapa melalui Instagram @areef.ole
Pernyataan Penulis
Saya Arif Riduan, sebenar-benarnya adalah penulis naskah teater ini, yang mana murni sebagai naskah fiksi dari imaginasi saya sendiri tanpa maksud untuk menyinggung atau mengina seseorang, kelompok atau instansi tertentu. Murni sebagai hiburan untuk pementasan teater, tidak terinspirasi pemilihan atau Pilkades manapun hanya sebagai imaginasi. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau cerita maka itu hanya sebuah kebetulan.
Saya mempersilahkan naskah ini untuk dipakai dimanapun dan dimana pun oleh siapapun yang ingin memakai naskah ini. Gratis !, Boleh disadur, dialih bahasa dan diubah atau dikurang dialognya tanpa mengurangi inti sari dari alur cerita pada naskah. Hanya saja saya mewajibkan kepada siapa saja yang ingin memakai naskah ini untuk memberitahukan kepada saya
di email arif.riduan1992@gmail.com baik tertulis formal atau chat email saja. Sebagai apresiasi saya sebagai penulis.
By. Arif Riduan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar