Jumat, 22 November 2024

Naskah Teater: Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) part. 2

 Piguran : wuuuhhhhh (tepuk tangan)

Moderator : ya itulah visi misi Pak Yanto, silahkan kembali ke tempat pak. Untuk selanjutnya nomor 02 kita mintakan kepada Pak Surya untuk menyampaikan visi dan misinya

Piguran : wuuuhhhh (tepuk tangan)

Suryadi : Assalamualaikum, semua dan seluruh warga Desa Handil Mukung Sekalian. Saya Surya, imam sekaligus pengurus musholla At-taubah sejak Remaja hingga kini. At-taubah semenjak kemimpinan saya sangat berkembang pesat. Dulu ketika adzan subuh, saya yang adzan, saya yang qomat, saya juga iman dan sekaligus makmumnya. Tapi sekarang sudah berkembang ada sekitar 10 orang makmum ketika sholat subuh.

Suryadi : intinya, saya akan membawa Desa Handil Mukung ini menjadi desa yang agamis, berakhlak mulia dan dekat dengan surga. Tidak ada lagi warga yang keluyuran saat adzan magrib berkumandang. Mushola-mushola di setiap RT akan kita renovasi. Akan kita waujudkan DESA Syariah !!

Piguran : mantaaapppp !!!! Wuuhhhh ( tepuk tangan)

Moderator : itulah visi dan misi Pak Suryadi, dan selanjutnya kita mintakan kepada Pak Memet untuk menyampaikan visi dan misinya 

Pendukung : pak Memet lah kadesku, pak Memet lah pilihanku, kuyakin bapak Memet pasti menang !!! Wuuuhhhhhhh (tepuk tangan)

Memet : Assalamualaikum, warga sekalian yang berbahagia, saya yang saat ini adalah Kepala Desa Handil Mukung tentu akan bersiap untuk melanjutkan apa yang telah kami lakukan selama ini. Dengan semboyan " DESA SEJAHTERA " izinkan saya untuk melanjutkannya. Tahun depan akan banyak para investor yang akan membuka lahan dan perusahaan di desa ini, yang mana berguna untuk terbukanya lapangan pekerjaan didesa ini. Kampung akan ramai, warung warung akan ramai, penyewaan lahan akan ramai, dengan harapan akan memajukan desa ini dari segi ekonomi dan kemanfaatan.

Pendukung dan piguran : wuuhhhhhhh ( tepuk tangan)

Pendukung : Pak Memet ! Pak Memet !! Pak Memet ! Pak Memet !!!

Moderator: penonton harap tenang, tenang, mari kita lanjutkan sesi berikutnya

Moderator : sesi selanjutnya adalah para calon kades mengambil kertas pertanyaan yang ada didalam toples dan menjawabnya, ada 1 pertanyaan disetiap toples yang akan dibacakan oleh panelis.dan calon yang lain boleh menyanggahnya atau bertanya hanya satu kali

Moderator : Pak Yanto silahkan ambil, lalu berdiri di depan mic

Yanto : ..... ( mengambil kertas, dan memberikannya kepada panelis, Yanto lalu menuju mic)

Panelis : silahkan dijawab langsung, pertanyaan pertama bagaimana cara anda untuk mensejahterakan petani ?

Yanto : kita sediakan pupuk yang murah dan terjangkau

Memet : lah ngapain yang murah, kalau murah ya pasti kualitasnya buruk

Yanto : murah biar warga mampu membeli kalau mahal siapa yang beli, produksi pertanian jangan sampai memberatkan petani, kalau produksi pertanian itu terjangkau, maka menjual hasil panennya lebih mudah menentukan harga yang terjangkau juga buat pembeli

Memet : selama ini warga sini beli yang mahal kok gak yang murah, tapi berkualitas

Yanto : ya karena gak ada pupuk yang murah terpaksa beli yang mahal

Moderator : bagaimana pak Suryadi, ada sanggahan ?

Surya : mensejahterakan petani itu bukan hanya sekedar pupuk, tapi juga harus dibantu distribusi penjualannya, selama ini petani menjualnya ke tengkulak atau makelar dengan harga murah. Untuk ke pasar tidak bisa mendistribukannya, ya pembeli harus datang ke Desa ini agar dapat harga yang bagus, maksunya pemerintah desa harus ikut andil dalam pendistribusian hasil panen ke pasar, bukan memndatangkan tengkulak atau makelar.

Yanto : ya kalau pupuk mahal distribusi mahal ya percuma jugakan, jadi pupuk harus terjangkau oleh petani 

Moderator : sudah cukup, silahkan kembali ketempat, selanjutnya pak Suryadi, silahkan ambil pertanyaannya dan serahkan ke panelis

Panelis : apa langkah kongkrit bapak Suryadi untuk memberantas nepotisme, alias mementingkan orang terdekat saja dalam kebijakan atau pekerjaan.

Suryadi : nopotisme itu haram !!! Masuk neraka !!! Haram hukumnya seorang pemimpin ketika terpilih lalu semena mena mengangkat perangkat desa hanya dari kalangan keluarganya sendiri. Sembako sembako bantuan yang dapat hanya keluarganya sendiri, proyek proyek pemerintah yang mengerjakan keluarganya sendiri, itu haraammm !!! Nerakaaa !!!

Panelis : langkah konkritnya apa pak ?

Suryadi : yaa , yaaa haram pokoknya haram, gak boleh nepotisme itu haram, saya akan mengharamkan nepotisme di desa ini, seperti yang sudah sudah.

Yanto : saya setuju pak, Haram nepotisme itu, haram, yang dapat kerja cuma keluarganya saja !! Itu haram

Memet : kita tidak boleh serta mengharamkan hal itu tanpa fatwa dan dalil yang jelas, contoh saya sendiri merekrut perangkat desa itu dari nilai kompetensinya, jika saya nilai kompetensi bagus ya saya silahkan berkerja menjadi aparat desa, kalau dia keluarga saya ya itu hanya sebuah kebetulan

Yanto : kebetulan kok hampir semua, kebetulan macam apa itu, itu namanya dinasty politik 

Suryadi: itu haram, neraka titik !!!!

Piguran : wwuuuuhhhhhhhh (riuh)

Moderator : tenang tenang semuanya tenang,

Moderator : terakhir kita mintakan untuk Pak Memet mengambil kertas pertanyaannya dan silahkan bersiap untuk menjawab

Panelis : apa yang bapak lakukan untuk memberantas maksiat di Desa ini, contoh seperti banyaknya warung remang remang 

Suryadi : itu haraammmm !!! Neraakaaaaa !!!

Moderator : tenang pak Surya, kita beri kesempatan buat pak Memet untuk menjawab

Memet : ada sesuatu itu jadi ada ya karena kebutuhan masyarakat itu sendiri, ketika banyaknya warung remang remang berdiri ya itu karena masyarakatnya sendiri yang membutuhkannya. Kadang perlu hiburan, perlu teman ngobrol sambil ngopi, nakal nakal dikit. Toh dosanya dia pribadi juga yang nanggung.

Memet : coba masyarakat tidak datang ke warung sama, ya pasti bakalan tutup gulung tikar semua, ya saya tidak bisa menyalahkan juga, masyarakat datang sendiri kok tanpa diminta ke sana. Lebih baik dikelola di tarik pajaknya ya lumayan buat pendapatan desa, dan dialokasikan untuk fasilitas fasilitas umum

Suryadi : tapi itu tidak sesuai dengan norma agama

Memet : ajaran yang mana ?, sholat subuh aja cuma sepuluh orang itupun jarang, Cuma hari jumat, tiap hari musholla kosong melompong tidak ada kegiatan

Yanto : musholla kosong melompong ? berarti anda gagal sebagai kepala Desa

Memet : eh untuk urusan agama ya kembali kepada pribadi masing masing, saya pun pernah lihat anda minum kopi di warung remang remang sana, ya jangan munafik

Yanto : eh . Itu kan dulu .

Memet : ini juga, Pak Suryadi, saya lihat juga pernah ke warung remang remang sana ngopi hingga pagi, hayoo.. itu haram pak haraammm nerekaaa !!!

Suryadi : hmmmmmm.. itukan.. itukan.. dulu

Piguran : wwuuuhhhhhhh (riuh)

Moderator: tenang tenang semuanya tenang,, dengan berakhirnya penyampaian dari Pak Memet tadi maka selesai acara debat kandidat calon kepada desa pada hari ini, ayooo kita memilih, jangan lupa datang lusa di depan balai desa memilih calon kepada desa. Wassalamu'alaikum

Penonton: ( riuh tepuk tangan)


Lampu meredup

Episode Kampanye

Set panggung seolah olah berada dialun alun desa, ada sebuah Pos Ronda/gardu/ dipan, tempat para warga biasanya berkumpul, dan tempat biasanya ibu menunggu penjual sayur dan ikan. Bisa di tambahkan balaho baleho calon kades. Ada beberapa warga yang sedang santai di pos/dipan, ada juga 1 orang ibu ibu sedang menunggu pedagang sayur lewat (pakai sepeda atau sepeda motor)

Warga 1 : pilih siapa entar pemilihan kades ?

Warga 2 : belum memutuskan

Warga 1 : kenapa, pilihan sulit, karena bagus semuanya

Warga 2 : jelek semuanya, ya ya semua calon jelek semuanya

Warga 1 : hahahahahaha, iya iyaa.. tidak masuk kriteria

Ibu : Halah, tidak masuk kriteria, emang kriterianya apaa yang kamu maksud?

Warga 2 : ya seorang pemimpin yang baik, yang mampu membuat desa ini berkemajuan

Ibu : Halah, pemimpin baik, aku tahu apa yang kamu maksud, gak ngasih kamu duit kan !?

Warga 1 : nahh serangan Pajar itu namanya

Ibu : itu itu serangan Pajar, gak dapat kan kalian ?!, makanya kamu bingung pilih siapa

Warga 2 : bisa iya bisa tidak, ya mungkin aja, calon pemimpin dermawan tu tandanya

Ibu : pemimpin dermawan kamu bilang ?!, kebalikannya malah itu, kalau dia main sogok sogok saat pemilu, ya nanti kalau terpilih giliran kamu yang sogok sogok biar urusanmu lancar, kalau kamu tidak nyogok mana mau dia mengerjakan urusanmu. Bikin surat ini, harus bayar, bikin izin itu harus bayar, urus ini itu bayar, ya seperti yang sudah sudah.

Ibu : setan semua memang, yang disogok setan dan yang menyogok pakai serangan Pajar juga setan. Gitu begitu gitu aja desa, gak ada kemajuan

Warga 1 : ibu ngomongin kepala desa kita sekarang?

Ibu : aku gak sebut nama ya, gak ada kubilang kepala desa kita suka sogok menyogok

Warga 2 : berarti kades kita pemimpin yang baik dong

Ibu : gak ada juga aku pernah bilang gitu, Kitakan bahas pemimpin yang akan datang

Warga 2 : tapi kan sekarang calonnya juga ada kades kita yang sekarang

Ibu : ah pikir aja sendiri ( tukang sayur masuk, ibu memilih milih sayur)


(Lalu pak suryadi masuk, bersosialisasi dan berkampanye)


Suryadi : assalamualaikum, wih pada ngumpul ni warga yang baik dan Budiman (bersalaman)

Suryadi : pasti lagi ngomongin calon kepala desa

Warga 2 : wah dukun ni pasti, kok tau

Suryadi : ya akhir akhir ini memang saya jadi bahan obrolan warga sana sini di desa ini

Warga 1 : bukan cuma bapak, calon yang lain juga, tiga tiganya diomongin juga

Warga 2 : tapi memang bapak sering diomongin sih

Suryadi : tu kan, bener

Warga 2 : ya selama bapak jadi calon kepala desa, adzan Dzuhur dan ashar sering telat, bahkan pernah adzan Dzuhur jam 3 hahahahaha

Suryadi : sebenarnya itu bukan adzan Dzuhur tapi ceksound untuk adzan ashar

Warga 1 : nah cocok ni jadi kepala desa

Warga 2 : kenapa ?

Warga 1 : pinter banget ngeles, banyak alasan

Suryadi : gak juga ah, saya mencalonkan diri sebagai kepala desa agar desa kita semakin dekat dengan agama, lebih dekat kepada sang pencipta, dekat pada sang pencipta adalah salah satu jalan untuk merubah tatanan hidup, sejahtera dan bahagia. Desa damai, penuh berkah

Warga 2 : jadi penceramah sih kayaknya yang cocok ?

Warga 1 : cocok juga jadi kepala desa, jadi pas sambutan terasa khutbah Jum'at

Suryadi : nah, itu baguskan, berpahala dan berkah

Warga : iiii yaaa sih

Suryadi : nah bapak bapak ibu sekalian, jika memang ingin desa ini maju dan agamis maka pilihlah saya nomor urut 02. Suryadi, berpengalaman sebagai ketua musholla At-taubah dari remaja. Insya Allah berkah dan berpahala jikalau bapak ibu memilih saya, nanti akan mendapat balasan yang setimpal di akhirat kelak

Warga 1 2 : aamiiiiiiiiiinnnnnnn

Suryadi : ya sudah, saya mau ke RT sebelah dulu, sosialisasi

Warga 1 : iyaa pak , silahkan

Suryadi : berkah dan berpahala !!!! (Mengepalkan tangan)

Warga 1 2 : berkah dan berpahala ( terlihat terpaksa menyahut - tangan terkepal)

Suryadi : assalamualaikum

Warga 1 2 : waalaikum salam


(Lalu masuk Pak Memet dan 3 pendukung )


Pendukung : pak Memetlah kadesku, pak Memetlah pilihanku, kuyakin bapak Memet pasti menang 2x (para pendukung bernyanyi)

Memet :...... ( mengisyaratkan untuk berhenti bernyanyi)

Memet : nah, pas sekali wargaku sedang berkumpul menikmati hari yang indah

Ibu : wihh tumben banget pak ke sini, apa karena kampanye doang

Memet : sudah sepatutnya seorang kades melihat situasi desa secara langsung, ya sekalian silaturrahmi, bukan semata mata karena kampanye

Ibu : iya maksud saya, tumben tumbenan kesini pak, biasanya lewat lewat aja kek mobil pejabat mau rapat,, gossssss, gosssssss, gosssssss !! Melaju

Warga 1 : lah pak Memet kan memang pejabat

Memet : bukan begitu, yang saya urus bukan hanya RT sini, RT RT yang lain juga harus dapat porsi pelayanan yang sama, nah mungkin RT lain lebih banyak masalahnya jadi lebih sering saya kunjungi

Ibu : disini juga banyak masalahnya pak, ada jalan berlubang, lampu jalan mati, bantuan sembako tidak tepat sasaran, ada warga miskin yang tidak dapat bantuan banyak pokoknya pak. Apa lagi yang dapet bantuan sembako pasti keluarga dan kerabat RT pak dan saya denger denger ketua RT sini juga keluarga bapak ya pak

Memet : ....... ( Mengeluarkan uang memberikannya ke IBu )

Ibu : ... Ya bukannya apa ini pak, bapak harusnya juga sering sering kesini mengontrol wilayah bapak, bukankah disini juga wilayah bapak ( nada semakin pelan karena dapat uang)

Memet : ..... ( Memberikan lagi uang kepada ibu )

Ibu : masih wilayah Desa Handil Mukung juga kan pak, jadi ya harus dekat dengan pemimpinnya ( nada semakin pelan dan senang)

Memet : .... ( Memberikan lagi uang kepada ibu )

Ibu : pokoknya saya berharap ke depan bapak lagi deh yang jadi kades, semoga yaa semoga ya ( mendukung halus nada pelan)

Warga 2 : astaghfirullah, ini sogok menyogok ( mengejek ibu )

Memet : bukan sogokan ini mas, ini adalah sedekah, murni pemberian tanpa embel embel apapun

Warga 1 : ehem ehemmmmm.. kita gak disedekahin pak

Memet : ada, sudah siapin tenang ,( sambil memberi uang selembar selembar, termasuk penjual sayur)

Memet : ini bukan sogokan loh yaa, ini kedermawanan

Ibu : iya pak ini kedermawanan, saya sepakat pak

Memet : tapi, terlepas dari kedermawanan saya ini, saya mohon doa dan restu bapak ibu mas mas sekalian agar saya terpilih nantinya, ya Sudi kiranya pula saya diberi dukungan dengan cara memilih saya untuk menjadi kades lagi, masih banyak program program di desa ini yang masih ingin saya lanjutkan

Pendukung 1 : hidup pak kades !! Lanjutkan !

Pendukung lain : lanjutkan !!!!

Memet : saya izin pamit dulu, mau ke RT RT lain, ingin survey lingkungan desa bagaimana, assalamualaikum.

Warga 12 : waalaikum salam

( Kades pun pergi keluar set panggung, diiringi dengan yel yel dari para pendukung)


Warga 1 : lumayan buat beli seblak

Warga 2 : yang nyogok setan ! Yang di sogok juga setan !!! Hahahaha ( menyinggung ibu )

Ibu : kan sudah dibilang ini sedekah, buka sogokan

Warga 1 : emang apa bedanya ?

Ibu : kalau kita berjanji untuk memilih dia dengan uang ini ya itu baru sogokan, money politik, kan kita gak janji

Warga 2 : tapi kan kita semua tau, bagi bagi uang ini untuk di pilih, walau dia gak mengatakan, tapi kita sudah paham tujuannya apa

Warga 2 : ya pura pura gak paham aja, apa susahnya sih

Ibu : nah itu, lumayan buat beli sayur, pak ini pak saya bayar sayurnya ( ngasih uang bayar kepada pedagang sayur, dan penjual sayur keluar set panggung )

(Penjual sayur keluar set)

Warga 1 : jadi kalau kita pilih pak Memet, artinya ini uang jadi sogokan, gitu kah

Warga 2 : ya iya kayaknya

Warga 1: bukan seten kan Bu ? ( Mengejek)

Ibu : bukan pokoknya bukan sogokan, anggap aja ini rezeki nomplok, ditolak juga sayang kan ? Sini kalo kamu gak mau uangnya buat saya aja

Warga 1 : saya gak bilang saya gak mau , saya cuma tanya status uang ini aja


(Masuk pak Yanto kandidat kades lainnya juga bersosialisasi kampanye)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Teater : Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! ( karya Arif Riduan)

Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! Karya : Arif Riduan Suasana panggung : Taman Kampus atau halaman kampus tempat ospek, ada bak sampah, kursi ta...