BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan konseling pada dasarnya banyak ditentukan oleh keefektifan
konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Penggunaan teknik – teknik tersebut
juga harus sesuai dengan karakter dan permaslahan yang sedang dihadapi oleh
konseli. Hal ini dapat memperlancar proses konseling dan permasalahan konseli
dapat terselesaikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Persiapan
untuk konseling
2.
Teknik
–teknik hubungan
3.
Masalah
– masalah khusus tentang hubungan
4.
Teknik
– teknik interpretasi
5.
Penggunaan
nasehat, informasi dan tes
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengupas tentang persiapan untuk konseling,
2.
Untuk
mengupas teknik – teknik hubungan.
3.
Untuk
mengupas tentang masalah – masalah tentang hubungan.
4.
Untuk
mengupas teknik – teknik interpretasi.
5.
Untuk
mengupas tentang penggunaan nasehat, informasi dan tes.
D. Manfaat Penulisan
1.
Supaya
mengetahui persiapan konseling.
2.
Supaya
tahu teknik – teknik hubungan.
3.
Supaya
dapat mengatasi masalah – masalah tentang hubungan.
4.
Supaya
tahu teknik – teknik interpretasi.
5.
Supaya
dapat menggunakan nasehat, informasi dan tes dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Persiapan untuk konseling
Dalam persiapan untuk konseling terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
oleh konselor dalam memulai proses konseling, yaitu :
a. Kesiapan untuk konseling
Kesiapan merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum klien membuat
hubungan konseling. Kesiapan klien untuk konseling dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu : Motivasi untuk memperoleh bantuan, Pengetahuan klien tentang
konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya
sendiri, harapan – harapan terhadap peranan konselor dan sietem pertahanan
dirinya.
b. Metode penyiapan klien
Untuk mencapai kesiapan klien dalam konseling, dapat dilakukan metode –
metode berikut :
1.
Melalui
pembicaraan dengan berbagai pihak/lembaga mengenai topik – topik masalah dan
pelayanan konselingyang diberikan.
2.
Menciptakan
iklim kelembagaan yang merangsang untuk meminta bantuan.
3.
Menghubungi
sumber – sumber referal, misalnya dari organisasi sekolah dan sebagainya.
4.
Memberikan
informasi kepada klien tertentu tentang dirinya dan prospeknya.
5.
Melalui
prospek pendidikan itu sendiri.
Teknik – teknik
survey terhadap masalah – masalah klien orientasi pra-konseling.
c. Riwayat kasus (case history)
Merupakan kumpula informasi yang sistematis tentang kehidupan klien
sekarang dan masa lampau. Riwayat kasusu ini juga sebagai salah satu metode
yang membantu proses konseling.
Bentuk – bentuk riwayat kasusu, sebagai
berikut :
1.
Riwayat
konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan kepada masalah – masalah
psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara.
2.
Catatan
komulatif (cummulative record), merupakan sistem catatan tenteng berbagai aspek
yang menggambarkan perkembangan seseorang.
3.
Biografi
dan autobiografi.
4.
Tulisan
– tulisan yang dibuat sebagai dokumen pribadi.
5.
Grafik
waktu tentang kehidupan kasusu.
d. Psikodiagnosis
Psikodiagnosis mempunyai dua arti. Pertama biasa disebut sebagai proses
diagmosa diferensial, merupakan suatu klasifikasi deskriptif atau taksonomi
masalah – masalah yang sama dengan klasifikasi psikiatris untuk gangguan
neurotis, psikosis dan karakter. Kedua biasa disebut sabagai diagnosis
struktural, merupakan suatu prosedur penginterprestasikan data kasus.
Terdapat bahaya
yang timbul bila tidak berhati – hati ketika menggunakan teknik ini, antara
lain :
1.
Data
yang terbatas,
2.
Konselor
sangat memperhatikan keadaan tingkah laku klien sekarang,
3.
Terlalu
cepat menggunakan tes.
4.
Hilangnya
pemahaman terhadap individualitas atau keunikan sistem self klien.
5.
Pengaruh
sikap menilai dari konselor.
e. Penggunaan tes dalam psikodiagnosis
Untuk memperoleh data kepribadian klien melalui sampel perilaku dalam
situasiyang terstandart, sehingga diperoleh data terapeutik. Penggunaan tes
psikodiagnosis berasumsi bahwa kepribadian sebagai suatu yang dinamis, dapat
diukur melalui perilaku,dan pola pikir serta bahasa klien yang diperoleh
melalui tes,menggambarkan struktur dari karakter klien.
Fungsi penggunaan tes
psikodiagnosis, a.l :
1.
Menyeleksi
data yang diperlukan bagi konseling.
2.
Meramalkan
keberhasilan konseling.
3.
Memperoleh
informasi yang lebih terperinci.
4.
Merumuskan
diagnostik yang lebih tepat.
2. Teknik – teknik hubungan.
Akan dikupas 8
teknik untuk menciptakan hubungan antara konselor dan klien, yaitu :
a. Teknik rapport
Teknik untuk menciptakan suatu hubungan yang akrab,antara konselor dan
konseli yang ditandai dengan saling mempercayai. Dengan cara, sebagai berikut :
1.
Pemberian
salam yang menyenangkan.
2.
Topik
pembicaraan yang sesuai.
3.
Susunan
ruangan yang menenangkan.
4.
Sikap
yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin
kerahasiaan dan kesadaran terhadap hakekat klian secara ilmiah.
b. Refleksi perasaan
Merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata – kata yang
segar dan sikap yang esensial (perlu). Manfaat refleksi perasaan dalam proses
konseling, a.l :
1.
Membantu
individu untuk merasa dipahami secara mendalam.
2.
Klien
merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku.
3.
Memusatkan
evaluasi pada klien.
4.
Memberi
kekuatan untuk memilih.
5.
Memperjelas
cara berfikir klien.
6.
Menguji
kedalaman motif – motif klien.
c. Teknik – teknik penerimaan
Merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa
diterima dalam proses konseling. Dalam proses ini ada 3 unsur, a.l : ekspresi
muka, tekanan suara, dan jarak serta perawakan.
d. Teknik menstrukturkantu
Merupakan proses penetapan batasan oleh konselor tentang batas-batas dan
tujuan proses konseling pada umumnya, hubungan tertentu pada khususnya.
Berdasarkan
pembatasan potensi proses konseling ada 5 macam struktur, yaitu :
1.
Batas
– batas waktu baik dalam satu individu, maupun seluruh proses konseling.
2.
Batas
– batas tindakan baik konselor maupun klien.
3.
Batas
– batas peranan konselor.
4.
Batas
– batas proses atau prosedur.
5.
Strukturing
dalam nilai proses.
e. Diam sebagai suatu teknik
Dalam suatu proses konseling keadaan “diam” dapat merupakan suatu teknik
hubungan konseling. Dan dapat mempunyai berbagai makna antara lain:
1.
Penolakan
atau kebingungan klien
2.
Klien
dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu untuk
mengatakan selanjutnya
3.
Kebingungan
yang yang didorong oleh kecemasan atau kebencian
4.
Klien
mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara
5.
Klien
mengharapkan sesuatu dari konselor
6.
Klien
sedang memikirkan apa yang dikatakan
7.
Klien
baru menyadari kembali dan ekspresi emosional sebelumnya.
Adanya keadaan
diam dari pihak konselor, mempunyai manfaat bagi proses konseling yaitu:
1.
Mendorong
klien untuk bicara
2.
Membantu
klien untuk lebih memahami dirinya
3.
Setelah
diam, klien dapat mengikutiekspresi klien yang membawa klien berfikir dan
bangkit dengan tilikan yang mendalam.
4.
Mengurangi
kecepatan interview
f. Teknik – teknik memimpin
Istilah memimpin dalam proses konseling mempunyai 2 arti. Pertama, menunjukkan keadaan dimana konselor
berada didepan atau disamping pikiran klien. Kedua, keadaan dimana konselor mengarahkan pemikiran klien kepada
penerimaan perkataan konselor.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam teknik ini (memimpin), berikut:
1.
Memimpin
hanya sepanjang klien memberikan toleransi sesuai dengan kecakapan dan
pemahamannya
2.
Memimpin
bisa berbeda-beda dari topik ke topik
3.
Memulai
proses konseling dengan sedikit meminpin
g. Memberikan jaminan
Hakikatnya adalah sebagai pemberian ganjaran dimasa yang akan datang.
Metode ini dapat mencocokkan sistem kepercayaan klien, dapat mengurangi rasa
cemas, dan memperkuat pola tingkah laku yang baru.
Pemberian jaminan ini dapat dilakukan
dengan teknik:
1.
Pernyataan
persetujuan
2.
Prediksi
hasil
3.
Pasca-
diksi hasil
4.
Kondisi
wawancara
5.
Jamina
faktual
6.
Mengembalikan
pertahanan diri
h. Ketrampilan mengakhiri.
Ketrampilan mengakhiri wawancara konseling merupaka teknik hubungan dalam
proses konseling. Mengakhiri wawancara, dapat dilakukan dengan cara:
1.
Mengatakan
bahwa waktu sudah habis
2.
Merangkum
isi pembicaraan
3.
Menunjukkan
kepada pertemuan yang akan datang
4.
Berdiri
5.
Isyarat
gerak tangan
6.
Menunjukkan
catatan-catatan singkat
7.
Memberikan
tugas-tugas tertentu.
3. Masalah – masalah khusus tentang hubungan.
Dalam proses konseling, terdapat tiga kondisi yang dapat membantu dan
menghambat proses konseling tergantung bagaimana hal itu dinyatakan dan
ditangani.
Ketiga kondisi
tersebut adalah:
a. Pemindahan
Istilah pemindahan dalam pengertian yang luas, menunjukkan pernyataan
perasaan-perasaan klien terhadap konselor, apakah berupa reaksi rasional kepada
kepribadian konselorkarna proyeksi yang tidak sadar dari sikap-sikap dan
stereotipe semacamnya. Secara psikoanalisa pemindahan merupakan suatu proses
dimana sikap klien sebelumnya dinyatakan kepada orang atau secara tidak sadar
diproyeksikan kepada konselor. Dalam proses konseling, klien memproyeksikan
sikap-sikapnya secara tidak sadar terhadap konselor. Pemindahan merupakan
semacam hubungan terapiotik yang terjadi dalam proses konseling.
Pemindahan dapat bersifat positif, yaitu
bila klien memproyeksikan perasaan afeksinya atau ketergantungannya kepada
konselor. Bersifat negatif, yaitu bila klien memproyeksikan perasaan kebencian
dan agresinya kepada konselor.
Fungsi terapeutik
pemindahan dalam konseling:
1.
Semangat
membangun hubungan yang baik
2.
Meningkatkan
keperdulian klien terhadap konselor
3.
Memungkinkan
klien memperoleh tilikanperasaan melalui penafsiran perasaannya.
Dalam ini, proses
pemindahan dipandang sebagai bagian perubahan kepribadian dalam jangka panjang.
Penylesaian pemindahan dapat dicapai apabila konselor menjaga sikap menerima
dan memahami, dan juga menemukan teknik-teknik raflaksi, bertanya dan
interpretif.
b. Pemindahan Balik (Counter-Transference)
Pemindahan balik merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap
klien, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Timbulnya pemindahan
balik bersumber dari kecemasan konselor yang dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori, yaitu:
1.
Masalah
pribadi yang tak terpecahkan
2.
Tekanan
situasional, yang bertalian dengan masalah pribadi konselor
3.
Komunikasi
perasaan klien dengan konselor.
Konselor dapat
mengatasi perasaan pemindah balik ini dengan cara:
1.
Membatasi
sumber perasaan pemindahan hak
2.
Meminta
bantuan kepada ahli lain
3.
Mendiskusikan
dengan klien
4.
Menyadari
diri sendiri
5.
Rujukan
kepada terapi kelompok
c. Resistensi atau Penolakan
Resistensi merupakan suatu karakteristik sistem pertahanan klien yang
berlawanan dengan tujuan konseling atau terapi. Rintangan ini merupakan hasil
darisistem pertahanan luar, yang melindungi klien dari “ancaman situasional”,
atau sistem pertahanan yang melindungi klien dari dorongan tidak sadar dari “core estem” (sistem inti) klien.
Pada umumnya, konselor melihat resistensi sebagai sesuatuyang melawan
kemajuan dalam pemecahan masalah, dan karena konselor harus berusaha
menguranginya sebanyak mungkin. Akan tetapi konselor melihat resistensi sebagai
suatu gejala yang penting untuk dianalisa secara intensif. Dengan demikian pada
dasarnya resistensi itu meruakan gejala yang normal dalam proses konseling.Berdasarkan
sumbernya,resistensidapat bersifat internal dan eksternal.Beberapa kondisi
dapatmenjadi sebab resistensi seperti kelelahan,penyakit,cacat metal,habatan
bahasa dan psikose.
Fungsi positif
resistensi dalam proses konseling adalah:
1.
Memberikan
indikasi kemajuan wawancana pada umumnya dan dasar untuk rumusan diagnostik dan
prognostik.
2.
Memberikan
informasi kepada konselor,bahwa ada struktur pertahanan dari klien, sehingga
konselor harus mempertimbangkan proses selanjutnya.
3.
Sebagai
mekanisme protektif bagi klien melalui sistem pertahanannya.
Langkah pertama adalah membuat dirinya sadar terhadap kemungkinan sebab –
sebab eksternal dalam dirinya dan pengaruh teknik – teknik yang digunakan.
Langkah selanjutnya adalah mengambil kebijakan sebagai berikut :
1.
Tidak menghiraukan gejala, tetapi waspada
terhadap peningkatan resisitensi.
2.
Teknik
adaptasi minor, melakukan suatu tindakan untuk mengurangi resistensi yang dapat
dilakukan dengan cara mengurangi pengaruh emosional, mengubah kecepatan,
menggunakan humor, dorongan dan penerimaan.
Teknik penanganan secara langsung denga cara interpretasi resisitensi,
refleksi perasaan resisitensi, referal dan ancaman.
4. Teknik – teknik interpretasi
a. Hakekat interpretasi
Dapat diartikan sebagai usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti
kepada klien. Data interpretasi dapat dikatagorikan sebagai berikut : kategori
pertama, data yang dijabarkan dari data eksternal (data obyektif). Misalnya
hasil tes. Hasil suatu tes dapat disampaikan dan dijelaskan kepada klien secara
statistik. Kategori kedua, data yang dijabarkan dari data interpersonal yang
dihasilkan selama konseling. Data ini bertujuan untuk membuat klien menyadari
hubungan diantara pengalaman – pengalaman pribadi dan membuat perasaan dan
tindakannya menjadi lebih berarti secara sadar.
b. Teknik interpretasi
Tahap – tahap
interpretsi tersebut adalah :
1.
Refleksi
persaan, dimana konselor tidak pergi lebih jauh dari apa yang telah dinyatakan
klien.
2.
Klarifikasi,
menjelaskan apa yang telah tersirat dalam apa yang telah dikatakan klien.
3.
Refleksi,
konselor memberikan penilaian terhadap apa yang tersirat dalam kesadarannya.
4.
Konfrontasi,
konselor membawa kepada perhatian, cita – cita dan perasaan klien yang tersirat
tetepi tidak disadari.
5.
Interpretasi,
konselor memperkenalkan konsep – konsep, hubungan, dan pertalian baru yang
berakar dalam pengalaman klien.
c. Tipe – tipe interpretasi
Karl Menninger memberikan deskripsi mengenai berbagai tipe interpretasi
berdasarkan urutan waktu dalam psikoterapi. Tipe – tipe tersebut adalah : (a).
Interpretasi persiapan. (b). Interpretasi rill/ isi. (c). Interpretasi
resistensi. (d). Interpretasi pemindahan. (e). Interpretasi ulangan.
d. Metode interpretasi
Adapun metode –
metode umum interpretasi, a.l :
a.
Pendekatan
tentatif, metode dengan memberikan interpretasi sementara (tentatif) terhadap
suatu masalah.
b.
Asosiasi
bebas, dengan memberikan kebebasan interpretasi kepada klien berdasarkan
asosiasi yang terjadi secara bebas kepada klien.
c.
Interpretasi
menggunakan ungkapan – ungkapan yang lunak dan halus, baik yang berupa kata –
kata atau kalimat. Dengan metode ini resisitensi klien dapat diminimalkan.
d.
Pertanyaan
– pertanyaan interpretatif, dengan menunjukkan pertanyaan – pertanyaan yang
dapat merangsang interpretasi.
5. Penggunaan nasehat, informasi dan test
a. Nasihat dalam konseling
Merupakan bentuk psikoterapi dal konseling yang paling tua, yang bertujuan
untuk menggali sikap dan perilaku klien. Kekurangan penggunaan nasehat adalah
ahwa dalam memberikan nasehat, tanggung jawab pemecahan masalah dipindakan ke
tangan konselor dan membatasi kesempatan kepada konseling untuk mengubah
sendiri tiap penilaian diri yang fundamental.
b. Tes dan observasi dalam konseling
Tes dipandang sebagai suatu alat yang digunakan dalam proterapeutik dan
memberikan sumbangan dalam membantu klien untuk membuat keputusan dan
perencanaan sendiri.
Ada 3 fungsi menggunakan tes
dalam konseling, a.l :
a.
Sabagai
alat diagnostik.
b.
Menemukan
minat dan nilai,
c.
Membuat
prediksi tingkah laku.
Prosedur
pemilihan tes dengan langkah – langkah
berikut, a.l :
1.
Klien
dan konselor menetapakan dat yang diperlukan untuk membantu pemecahan masalah.
2.
Konselor
menggambarkan macam – macan teori tes.
3.
Konselor
memberikan rekomendasi kepada tes tertentu yang dapat memberikan data yang
diperlukan.
4.
Konselor
membiarka klien untuk memberikan reaksi terhadap pemilihan tes.
5.
Mengatur
pelaksanaan tes.
c. Prinsip – prisip penggunaan tes dalam konseling
Dalam menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya diperhatikan prinsip
– prinsip sebagai berikut :
a.
Mengetahui
tes secara menyeluruh.
b.
Penjajagan
terhadap alasan klien menginginkan tes dan pengalaman klien dalam tes – tes
yang pernah dialaminya.
c.
Perlu
pengaturan pertemuan interpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi.
d.
Arti
tes skor baru dapat dibuat secepatnya dalam diskusi.
e.
Kerangka
acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas.
f.
Hasil
tes harus diberikan kepada klien (dalam bentuk buku skor)
g.
Hasil
tes harus selalu terjabarkan.
h.
Konselor
handaknya bersikap netral.
i.
Konselor
hendaknya memberikan interpretasi secara berarti dan jelas.
j.
Hasil
tes harus memberikan prediksi dengan tepat.
k.
Dalam
tahap interpretasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari klien.
l.
Interpretasi
skor yang rendah kepada klien yang normal hendaknya dilakukan dengan hati –
hati.
Bentuk tes yang lazim
digunakan untuk menunjang konseling, a.l :
a.
Inventori
kepribadian secra tertulis
b.
Teknik
proyektif.
c.
Observasi
terhadap perbuatan – perbuatan ekspresif.
d.
Inventory
minat dan nilai.Tes bakat dan prestasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam Teknik-teknik Komunikasi konseling, seorang konselor harus
menguasai Persiapan untuk Konseling, Teknik-teknik Hubungan, Masalah-masalah
Khusus Tentang Hubungan, Teknik-teknik Interpretasi, Penggunaan Nasihat,
Informasi dan Tes.
Semua ini
diperlukan demi kelancaran proses konseling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar