Desa Kiyu ( Desa Hinas Kiri )
suasana pengunungan yang masih asri menyambut kedatangan kami setelah jauh bejejal dengan raksasa besi lainnya dijalan raya dari Banjarmasin menuju Barabai.
setelah bus yang kami tumpangi berhenti tepat di Desa Batu kambar, kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Desa Kiyu dengan berjalan kaki menyusuri bukit-bukit yang indah dimalam hari.
sesampainya di Balai adat Desa Kiyu kami disambut dengan ramah oleh
penduduk, bercengkrama dengan pemuda Desa. Kami yang datang sekitar 25
orang dari Banjarmasin dari berbagai unsur agama, ada Hindu, Islam,
Kristen, Khatolik yang berasal dari beberapa organisasi kemahasiswaan,
PMII, HMI, PMKRI, STT GKE, LPM intro unlam, LPM sukma IAIN, Sanggar
Tasmaq Annida, serta beberapa mahasiswa lainnya, datang ke Desa Kiyu
untuk melaksanakan kegiatan Live in dan aksi sosial berbasis lintas
iman, guna mempererat ikatan persaudaraan dan hidup besama berbaur
dengan masyarakat adat desa Kiyu.
pada malam pertama di balai adat desa, kami disuguhkan oleh tarian selamat datang oleh pemuda-pemuda desa kiyu yang begitu piawai dalam gerakan, kami pun jadi akrab.
pada malam pertama di balai adat desa, kami disuguhkan oleh tarian selamat datang oleh pemuda-pemuda desa kiyu yang begitu piawai dalam gerakan, kami pun jadi akrab.
Udara segar membangunkn kami dari tidur lelap dari perjalan jauh dari Banjarmasin menuju desa Kiyu guna melaksanakan kegiatan Live in dan aksi sosial yang dilaksanakan oleh LKtiga Banjarmasin. Suara irama sungai menggoda kami untuk memanjakan diri berenang dialiran sungai yang sangat bersih, bahkan enak untuk diminum secara langsung.
kami awali aksi sosial hari ini dengan bergotong royong mencet balai yang sudah kelihatan sedikit kusam warnanya karena terkikis oleh waktu, balai adat yang kental dengan indahnya adat istiadat dan budaya kepercayaan Kaharingan masyarakat desa Kiyu semakin indah ketika dicet dengan perpaduan warna biru dan putih. ada keakraban yang terjalin, ada suasana ceria yang tercipta, ada pula rasa persaudaraan yang kental semakin erat pada diri kami yang datang dari berbagai unsur suku dan agama ini.
pada siang hari, diiringi dengan tetesan gerimis kami rombongan lintas iman serta pemuda kiyu diajak oleh masyarakat desa untuk ikut serta bercocok tanam diladang yang baru, yang mereka sebut dengan manugal.
kami bersama pemuda desa kiyu saling berbagi pengalaman, baik itu tentang agama, suku, budaya, dan kehidupan masing-masing. menjalin kerukunan dengan saling berkomunikasi itu lebih efektif kami rasa ketimbang hanya mendengar dari mulut orang lain, yang ujung-ujungnya mungkin hanya menimbulkan kesalahpahaman.
kami sepakat bahwa perbedaan itu tak perlu disamakan, dan tak perlu
juga dibeda-bedakan, biarkan berjalan apa adanya perbedaan tersebut,
terlebih penting dengan perbedaan ini ada yang bisa kami lakukan untuk
orang banyak serta bermanfaat. perbedaan tak perlu menjadi penghalang
untuk berkegiatan bersama, tak perlu menjadi penghambat berkarya dan
berbakti pada bangsa, dan sesama.
dari Balai adat desa Kiyu banyak belajar tentang perbedaan, banyak belajar tentang indahnya kebersamaan, tumbuh rasa persaudaraan tumbuh rasa toleransi. kami pun menemukan keindahan dalam perbedaan yang kami sebut dengan harmoni.
banyak cerita yang sebenarnya yang ingin kami kisahkan
mengenai indahnya dan ramahnya Desa Kiyu serta masyarakatnya.
*arif
dari Balai adat desa Kiyu banyak belajar tentang perbedaan, banyak belajar tentang indahnya kebersamaan, tumbuh rasa persaudaraan tumbuh rasa toleransi. kami pun menemukan keindahan dalam perbedaan yang kami sebut dengan harmoni.
banyak cerita yang sebenarnya yang ingin kami kisahkan
mengenai indahnya dan ramahnya Desa Kiyu serta masyarakatnya.
*arif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar