Rabu, 04 Desember 2013

Alqur'an dan Bimbingan Konseling ( Metode Bimbingan dan Konseling dalam Surah Lukman Ayat 14-19)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw melalui prantara Malaikat Jibril a.s., yang berfungsi sebagai hidayah pembawa pesan-pesan Allah diberi tugas oleh Allah untuk mensosialisasikan pesan-pesan Al-Qur’an kepada segenap manusia. Nabi Muhammad saw telah melaksanakan amanat ini dengan sebaik-baiknya, melalui berbagai cara.
Salah satu alasan mengapa Al-Qur’an diturunkan ialah sebagai petunjuk bagi ummat semesta alam, tentang bagaimana bertindak, memecahkan masalah, dan berkehidupan yang baik. Namun konsep Al-qur’an kini urung digunakan oleh seorang konselor dalam memecahkan masalah. Itulah sebabnya dalam karya ilmiyah ini, saya memadukan antara konsep Al Qur’an dengan konsep para ahli psikologi atau ahli bimbingan konseling dalam memecahkan atau memberikan jalan keluar yang baik dan benar, sehingga problema yang sedang dihadapi cepat terselesaikan.
Problema kehidupan mental-spiritual timbul karena adanya gangguan psikologis dari pengaruh internal dan eksternal, atau factor kemampuan individual, dan factor lingkungan sekitar. Sumber gangguan tersebut berada didalam fungsi-fungsi psikologis yang bekerja secara normal, tak harmonis, dan tak setabil pada saat seseorang dilanda kesulitan-kesulitan hidup yang tak dapat diatasi sendiri.
Kemampuan seseorang mengatasi problema yang dihadapi banyak ditentukan oleh corak kpribadiannya. Apabila ia memiliki kepribadian terpecah (displastis), maka ia akan mudah terjebak kedalam perasaan frustasi (kegagalan) yang berakibat pada sikap apatis (putus asa) dan tak berdaya terhadap problema yang sedang dihadapi. Pada gilirannya perasaan demikian semakin membengkak dalam pribadinya, sehingga bisa berkembang menjadi penyakit mental yang disebut teuferklis. Penyakit ini merupakan babak awal dari gejala penyakit jiwa (mental deseases).[1]
Kegiatan bimbingan dan konseling makin dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tuntunan hidup untuk memperoleh kondisi sehat mental yang mendesak, karena melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling orang akan dapat mengatasi atau menghindari ketegangan batin yang fatal. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling ini kita harus mengedepankan bagaimana bimbingan dan konseling yang sebenarnya dalam Al-Qur’an, agar terciptanya bimbingan dalam pemecahan masalah secara lebih efektif dan optimal.
Berdasarkan TAP MPR Nomor :II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, faktor sumber daya manusia menjadi sasaran pokok pembangunan nasional kita. Sumber daya manusia Indonesia harus ditingkatkan kualitasnya dalam segala bidang kehidupan, baik mental spiritual maupun mental fisiknya agar mampu memecahkan segala problema kehidupan, terutama dalam menghadapi dampak negative dari proses globalisasi dimana faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sumber penggeraknya.
Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinayatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor dll (UU No 20/2003, pasal 1 ayat 6) kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting layanan spesifik yang satu dengan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan.
Memasuki perkembangan zaman, tekhnologi mulai berkembang. Berbagai macam riset yang dilakukan oleh seorang konselor, namun belum menemukan titik terang dalam penyelesaian masalah. Ini dikarenakan metode yang digunakan kurang mengena kesasaran atau klien. Jauh sebelum itu Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang bagaimana riset atau penyembuhan terhadap manusia baik dari segi jasmaniah (fsikis) ataupun Batiniah (mental).
B.     Fokus Masalah
Guna untuk ingin mencapai Karya tulis ilmiah ini, maka saya membuat sebuah perumusan masalah secara umum dan luas yang dipakai sebagai pokok bahasan. Oleh karena itu masalah perlu memenuhi syarat-syarat agar perumusan masalah sesuai dengan topik yang di bahas. Maka dari situ berdasarkan  latar belakang yang sebelumnya telah saya buat, saya dapat merumuskan masalah-masalah yang menjadi kendala dalam proses bimbingan konseling dan bagaimana metode yang di ajarkan Lukman dalam memberikan Bimbingan konseling kepada Anaknya, maka penulis merumuskan sebuah pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apa yang menjadi kendala dalam proses Bimbingan dan Konseling?
2.      Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses Bimbingan dan Konseling?
C.    Manfaat
Di antara maanfaat dari karya tulis ilmiah ini adalah:
1.      Sebagai bahan acuan dalam proses pemberian bimbingan dan konseliong kepada peserta didik (klien).
2.      Memperkaya kreatifitas dalam pemberian konseling, supaya di kedepan harinya dapat memberikan konstribusi bagi umat.
3.      Mengenal dan memahai potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangan peserta didik (klien).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
Jika berbicara tentang pengertian bimbingan dan konseling, maka bimbingan adalah memberika arahan atau bimbingan kepada peserta didik (klien) dalam proses pengembangan potensi yang dimiliki. Sedangkan konseling adalah suatu layanan yang diberikan oleh seorang konselor kepada peserta didik (klien) dalam proses pemecahan masalah.
2.      Teori-teori  konseling
a.       Konseling Psikoanalitik: Psikoanalitik merupakn teori yang menekankan pentingnya Riwayat hidup  klien (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls-impuls genetik (instink), energi hidup (libido), pengaruh dari pengalaman dini kepada kepribadiaan individu, serta irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling Psikoanalitik ini adalah:
Asosiasi Bebas: klien meniggalkan cara berpikir yang biasa(menyensor pikiran). Yamg dilakukan adalah mengatakan apa yang muncul dalam pikiran, meskipun kelihatannya aneh, irasional, menggelikan atau menyakitkan. Dengan cara ini, id diminta untuk berbicara, sedang ego tinggal dia.
Analisis Mimpi: Menurut Freud, mimpi adalah sarana untuk memahami yang tak disadari. Ia menyebutnya the royal road to the unconscious. Klien didorong untuk bermimpi dan mengingat-ingat mimpinya. Analis harus menyadari manifest content (arti yang nyata/kelihatan) dan laten content (arti tersembunyi tapi yang sesungguhnya.
Analisis Transferensi: Transferensi adalah respons klien kepada seorang konselor, seakan-akan konselor adalah orang signifikan didalam kehidupan klien yang lalu, biasanya tokoh orang tua. Analis mendorong transferensi ini dan menginterprentasikan oprasaan-prasaan positif dan negative yang diekspresikan
Anlisis Resistansi: Kadang-kadang klien pada awalnya menunjukan kemajuan, tetapi kemudian melambat atau berhenti. Resistansi mereka mungkin mengambil berbagai bentuk, misalnya tidak dating pada perjanjian, menghalangi pikiran pada waktu melakukan asosiasi bebas, menolak mengingat mimpi, dan lain-lain.
Interprestasi: Interprestasi harus dianggap sebagai bagian dari teknik-teknik yang gtelah disebutkan diatas. Pada waktu mealukan interprestasi konselor membantu klien memahami arti peristiwa dari masa lalu dan sekarang. Interprestasi menyangkut penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan, dan tindakan klien.
b.      Konseling Humanistik : Dalam hubungan dengan konseling, memfokuskan pada potensi individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
Ada beberapa Teknik-teknik yang digunakan dalam proses konseling Humanistik ini adalah:
Untuk terapis person-centered, kualitas hubungan konseling jauh lebih penting dari pada teknik. Rogers (1957) percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup untuk konseling, yaitu (1) empathy; (2) positive regard (acceptance), dan (3) congruence (genuineness).
Menurut Rogers, 1971, 1980. Empati adalah kemampuan koselor untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Positive regard yang dikenal juga sebagai akseptansi adalah genuine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.[2] Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan-pulasan.
c.       Konseling Behavioristik : Menurut Gladding, 2004 konseling ini Membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan perkataan lain, membantu klien agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaftif.[3]  Konseling behavioral merupakan pilihan untuk membantu kilen yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Juga bermamfaat untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stress, asertivitas, berfungsi sebagai orang tua dan interaksi social.
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam mempermudah konseling Behavioristik ini adalah:
Teknik-teknik tingkah laku umum : Skedul penguatan, Bila suatu tingkah laku baru saja dipelajari, maka tingkah itu harus diperkuat setiap kali muncul-dengan perkataan lain penguatan yang berlangsung terus. Setelah terbentuk, frekuensi penguat dapat dikurangi – dengan perkataan lain memakai penguat intermiten, supaya tingkah laku. Tetap bertahan. Shaping, tingkah laku yang di pelajari secara bertahap dengan pendekatan suksesif. Untuk mempelajari keterampilan baru, konselor dapat memecah-mecah tingkah laku kedalam unit-unit, dan mempelajarinya dalam unit-unit kecil. Ekstingsi, Eliminasi dari tingkah laku karena penguat tidak diberi lagi. Hanya sedikit individu yang mau melakukan sesuatu yang tidak member keuntungan.
Teknik-teknik Spesifik : Desensitisasi sistematik, dirancang untuk membantu klien mengatasi anxietas dalam situasi-situasi tertentu. Klien diminta untuk menggambarkan situasi yang menimbulkan kecemasan. Konselor mengajar klien untuk rileks secara fisik dan mental. Pelatihan Asertivitas, klien belajar untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan asertif. Tujuannya agar klien belajar tingkah laku asertif. Time-out, teknik aversif yang sangat ringan. Klien dipisahkan dari kemungkinan mendapatkan penguat positif. Sangat efektif bila digunakan untuk waktu yang singkat, misalnya 5 menit.
d.      Konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) : Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan konseling yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi dirinya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Disamping itu, dalam konseling REBT, konselor dibantu untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ini adalah:
REBT menggunakan bebagai macam teknik. Dua yang utama adalah mengajari (teaching) dan menantang (disputing). Mengajari, menyangkut memberikan pemahaman tentang ide dasar REBT dan memahami bahwa pikiran bertautan dengan emosi dan tingkah laku. Menantang pemikiran dan keyakinan terjadi dalam tiga bentuk. Menantang kognisi, melalui pertanyaan-pertanyaan langsung, penalaran logis dan persuasi. Tantangan imajinal menggunakan kemampuan klien untuk berimajinasi; tantangan tingkah laku mencakup bertingkah laku dengan cara yang bertentangan dengan yang biasanya dilakukan klien, misalnya melalui bermain peran atau menyelesaikan tugas ketika klien harus melakukan sesuatu yang dahulunya dianggap tidak mungkin untuk dilakukannya. Dua teknik lain adalah konfrontasi dan member dukungan. Secara eksplisit klien didorong untuk membuang proses-proses berfikir yang tidak bermamfaat.
e.       Konseling Sistem : Menurut Brammer, Abrego, Shostrom (1993) konseling ini Menekankan cara yang lebih kontekstual dalam memandang tingkah laku. Teori-teori system kurang menekankan pada asumsi-asumsi individu dibandingkan dengan jenis-jenis teori lain yang sudah dibicarakan diatas.[4]
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling sistem ini adalah:
Di fokuskan pada cara-cara untuk membentuk individu yang mempunyai konsep diri yang sehat yang dapat berintraksi dengan orang lain dan tidak mengalami anxietas setiap kali berhubungan tersebut menjadi tegang. Caranya antara lain dengan menilai diri sendiri dan keluarga dalam beberapa cara. Salah satu caranya dengan membuat genogram multigenerasi.[5]
3.      Tujuan Bimbingan dan Konseling
Adapun tujuan utama dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling ini adalah sebagai berikut:
a.            Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang
b.           Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
c.            Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya;
d.           Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, p;enyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
B.     Al-Qur’an dan Lukman
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril a.s merupakan mukjizat bagi beliau. Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi ummat seluruh alam.
Al-Qur’an sebagai petunujuk dan bertia gembira bagi orang-orang yang beriman. Petunjuk yang merupakan hidayah Allah, sehingga manusia menjadi yakin dan mau berriman. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk dan pembeda antara yang benar dan batil bagi manusia seluruhnya.
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan permbeda (antara yang benart dan yang batil)…. (al-Baqarah/2: 185)
Lukman adalah seorang yang saleh dan bijak pada masa lalu. Para ulama berbeda pendapat tentang dirinya apakah seorang nabi atau seorang saleh yang sangat bijak. Mayoritas ulama’ memilih yang kedua. Para ahli tafsir juga berbeda pendapat tentang masa hidupnya. Ada yang mengatakan bahwa Lukman hidup pada masa Nabi Daud. Yang lainnya mengatakan dia adalah saudara perempuan Nabi Ayub. Yang lain mengatakan anak bibi Nabi Ayub. Para ulama juga berbeda pendapat tentang pekerjaanya. Ada yang mengatakan dia seorang penjahit, tukang kayu, atau pengembala kambing. Namun yang patut dicatat disini adalah bahwa nama Lukman sebagai seorang saleh dan bijak telah dikenal dikalangan orang arab. Lukman mempunyai kata-kata bijak yang sangat berharga.[6]
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A.    Data Temuan
  
(12) Dan sungguh, telah Kami telah berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukulah kepada Allah! Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (13) Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia member pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Jangan engakau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (14) Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuannya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyampihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah Kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Akulah kembalimu. (15) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau memtaati keduanya, dan pergaulilah ke-duanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya Kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (16) (Lukman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (Balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti. (17) Wahai anakku! Laksanakanlah Shalat  dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (18) Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (19) Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburu-buruk suara ialah suara keledai.”
Dalam ayat ini menerangkan bahwa Allah menganugrahkan kepada Lukman hikmah, perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan yang abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah member nikmatnya itu. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan dan ajaran-ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang telah dianugrahkan  Allah kepadanya[7]
Metode Bimbingan dan Konseling yang diajarkan oleh seorang Lukman kepada anaknya, merupakan metode yang dianut oleh kebanyakan Ahli psikologi dan para psikiater (konselor) dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Seorang Lukman ketika memberikan Nasehat kepada anaknya tidak melalui pemaksaan, penyiksaan, pengancaman ataupun sejenisnya, Namun Lukman lebih melihat kepada sejauh mana potensi yang dimiliki anaknya. Sehingga dengan melihat potensi yang dimiliki anaknya itu, Lukman sudah tau bagaimana cara memberikan Bimbingan dan Konseling kepada anaknya.
Pertama, Perasaan yang halus. Memberikan bimbingann dan konseling haruslah menggunakan perasaan yang lembut dan halus, tutur kata yang baik dan sopan, dan tidak lupa mengedepankan potensi manusia tersebut. Namun Pemberian Bimbingan dan Konseling yang terjadi dewasa ini, umumnya dibentuk  berdasarkan logika saja dan seringkali mengabaikan suara hati spiritual. Padahal, pada hakikatnya potensi yang dimiliki manusia berbeda-beda. Potensi manusia dipahami berbeda oleh para ahli. Hal  ini terkait erat dengan fakta indrawi saja. Semakin teliti dan canggih alat bantu inderawi yang dipergunakan maka akan semakin menguak sisi-sisi manusia secara menyeluruh. Sebagai contoh adalah pembagian potensi yang dilakukan oleh al-Gazali bahwa manusia memiliki potensi sehingga manusia menjadi punya arah. Potensi tersebut yaitu: (1) hidayatul al-garizah (naluriah); (2) hidayatu al-hissiyat (inderawi); (3) hidayatu al-aqliyah (akal); (4) hidayatu ad-diniyah (agama).[8]
Dalam kitab Syakhsiyah al-Islamiyah, an-Nabani (2000) juga menulis secara panjang lebar tentang potensi-potensi manusia berdasarkan pemahamannya atas fakta dan kritiknya terhadap berbagai pemikiran mutakalim, tasawuf dan juga psikologi kontemporer di pertengahan abad ke-20 M.
Potensi-potensi manusia memang merupakan khasiyat yang diciptakan Allah pada diri manusia, sebagaimana firman-Nya:

“Tuhan Kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS. Taha/20: 20).
Manusia harusnya dikaji sebagai objek yang menyeluruh dan mendalam, yaitu dengan memahami potensi kehidupan yang mempengaruhi hidupnya. Sebab, pemahaman tentang potensi kehidupan inilah yang akan menentukan pemahaman berikutnya tentang apa dan bagaimana manusia mesti melakukan tingkah laku. Di samping itu, pemahaman tentang masalah ini akan sangat mempengaruhi pandangannya tentang bagaimana ia mengatasi persoalan-persoalan hidupnya.[9]
Terdapat dua jenis potensi yang ada dalam diri manusia, yaitu:
1.      Potensi untuk Melangsungkan Hidup (at-Taqah al-Hayawiyyah, potensi kehidupan)
Potensi manusia sebagai makhluk hidup untuk tetap eksis dimuka bumi, tanpa keberadaannya manusia akan punah dengan sendirinya. Potensi ini adalah potensi takwini (terbentuk, immanent dan permanence) sejak keberadaannya, sehingga singkatnya disebut potensi kehidupan. Secara umum manusia memiliki kesamaan dengan hewan, yaitu ia memiliki kebutuhan jasmani (biological need) dan juga naluri-naluri (instincts).
2.      Potensi untuk Memaknai Kehidupan (al-Khasiyyatu al-Khas, Akal)
Manusia memang berbeda dengan hewan. Perbedaan utamanya adalah pada akal. Dengan akalnya manusia menjadi berbeda dari makhluk apapun di jagat raya. Ia memiliki kekhasan yang paling khas, ia memiliki kasiat yang paling khas, yaitu akal. Akal adalah potensi terbesar yang diberikan pencipta. Potensi yang ini oleh kaum evolusionis dianggap sebagai hasil evolusi tertinggi dan setelah itu mengalami kemandegan evolusi. Potensi untuk memaknai hidup lebih mudah dinamai potensi berfikir atau makhluk berakal.
Kedua, akal pikiran. Menurut Al-Gazali (451-505) akal adalah kekuatan jiwa untuk  memperoleh ilmu. Ia mengukuhkan bahwa akal adalah pembeda yang nyata antara manusia dan hewan. Akal adalah pengetahuan itu sendiri yang diturunkan oleh Allah. Akal pula yang dapat mengikat masa kini, masa depan dengan pengalaman masa lalu menjadi ilmu, sehingga ia menyadari sejarahnya sendiri.[10]
Keistimewaan manusia adalah akalnya, sehingga ia lebih utama dari malaikat. Keutamaan manusia ini tiada lain terletak pada akalnya. Akal inilah yang telah mengangkat kedudukan manusia dan sekaligus menjadikannya mahluk yang paling utama. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memiliki pengetahuan tentang akal, proses berfikir, dan sekaligus metode berfikir.
Meskipun secara empirik dan normatife, dalam pandangan islam sudah jelas bahwa manusia mempunyai akal, namun sejak zaman dulu banyak ulama islam maupun non islam yang tidak dapat menerangkan tentang esensi akal.
Ketiga, kearifan. Lukman mengajarkan kepada anaknya dengan kebijaksanaan, memberikan kepada anaknya arahan yang tidak bersifat mengancam ataupun melukai apabila anaknya tersebut tidak mau melakukan perintahnya nanti. Banyak orang memberikan Bimbingan dan Konseling kepada anaknya ataupun yang lain terkadang dengan mengancam, memaksa ataupun sejenisnya. Padahal akibat dari sebuah ancaman itu sangat berat dan tidak baik. Artinya anak itu akan melakukan apa yang kita suruh terbatas pada saat itu saja, dan dia tidak akan melakukannya diluar konteks itu.
  1. Analisis
Konseling yang dilakukan oleh seorang Lukman kepada anaknya, ternyata digunakan oleh banyak ahli psikologi dan konselor dalam meberikan bimbingan dan konseling atau pada saat memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik (klien) .
Metode konseling seorang Lukman sangatlah sederhana, namun mencakup semua metode yang dilakukan dan diterapkan oleh para ahli. Seorang Lukman memberikan konseling kepada anaknya dengan cara hikmah, perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan. Metode inilah yang merupakan salah satu dari bentuk kelemahan dan kekurangan dalam setiap metode atau teknik bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh seorang konselor ataupun psikiater dalam proses pemecahan masalah.
Kebanyakan Dalam metode yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, bahwa konseling ini lebih menekankan kepada kepribadian individu, dan tingkah lakunya, tanpa mengetahui bagaimana cara membentuk kepribadian individu itu sendiri ataupun mengetahui karakternya.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan :
……
“Dan kami telah menjadikan kepada mereka pendengaran, pengelihatan dan hati.”[11]
Melalui Pendengaran dan pengelihatan inilah yang dapat mempermudah pembentukan karakter kepribadian yang baik. Artinya melalui pendengaran, Lukman memberikan bimbingan kepada anaknya dengan nasehat yang baik dan yang berfungsi disana adalah pendengaran yang mentrasfer pesan-pesan tersebut kedalam pikiran. Kemudian pengelihatan, setelah memberikan nasehat yang baik, maka dibutuhkan praktek atau pemberian contoh yang dilakukan oleh seorang konselor ataupun psikiater dalam menindak lanjuti proses dari nasehat tersebut. Dan terakhir adalah melalui hati, dengan perasaan yang tulus, sikap yang baik dan bijak merupakan sekmen yang terakhir dalam proses pembentukan karakter kpribadian.
Tentunya setelah terbentuknya kpribadian yang baik, maka dengan mudah klien memahami masalah dan jalan keluar apa yang harus dia lakukan, namun masih dalam bimbingan seorang konselor. Metode konseling yang dilakukan oleh Lukman sama persis dengan konseling Humanistik yang diplopori oleh Rogers (1957) lebih mefokuskan kepada potensi Individu untuk secara aktif memilih dan memutuskan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, yang tentunya setelah melalui bimbingan (arahan) dan konseling
Perlu saya ingatkan kembali, bahwa semua metode yang diterapkan dalam konseling yang dikemukakan oleh para konselor ataupun para ahli. Merupakan penjabaran dari, metode konseling yang dilakukan oleh Seorang Lukman kepada anaknya. Lukman memberikan bimbingan dan konseling kepada anaknya, bukan terbatas hanya pada pesan-pesannya saja. Namun Lukman memberikan contoh dari nasehat atau bimbingan tersebut dan inilah mungkin yang perlu kita benahi. Seperti Rasulullah saw mampu menciptakan budaya keselarasan antara das sollen dan das sein, artinya hati dilangit namun kaki tetap menjejak dibumi (down to the eart). Konselor sebaiknya membaca dan mempelajari sikap dan teladannya itu, agar transformasi akhlak beliau dapat diadopsi kedalam diri. Inilah salah satu metode yang dilakukan oleh Lukman yaitu melalui Akhlakul Karimah yang sekarang didalam dunia barat disebut kecerdasan Emosi atau EQ[12].
Secara tidak langsung bahwa konsep akhlak ini ataupun namanya – IQ bukanlah kunci keberhasilan, tetapi akhlaklah yang sebenarnya kunci keberhasilan dalam proses bimbinagn dan konseling itu.[13]
Dipertegas kembali dengan firman Allah dalam Al-Qu’an:
Sungguh, Pada diri Rasulullah kamu dapatkan suri tauladan yang indah bagi orang-orang yang mengharap (rahmat Allah), dan (keselamatan) hari terakhir, serta banyak mengingat Allah (QS. Al-Ahzab/33: 4).
BAB IV
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Allah menganugrahkan kepada Lukman hikmah, perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan yang abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah member nikmatnya itu. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan dan ajaran-ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang telah dianugrahkan  Allah kepadanya.
Metode konseling seorang Lukman sangatlah sederhana, namun mencakup semua metode yang dilakukan dan diterapkan oleh para ahli. Seorang Lukman memberikan konseling kepada anaknya dengan cara hikmah, perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan. Metode inilah yang merupakan salah satu dari bentuk kelemahan dan kekurangan dalam setiap metode atau teknik bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh seorang konselor ataupun psikiater dalam proses pemecahan masalah.
Metode konseling yang dilakukan oleh Lukman sama persis dengan konseling Humanistik yang lebih mefokuskan kepada potensi Individu untuk secara aktif memilih dan memutuskan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
  1. Saran
Bagi seorang konselor ataupun lainnya, gunakanlah metode bimbingan dan konseling yang diajarkan oleh seorang Lukman kepada anaknya. Dengan perasaan yang halus, dan bijakana akan memberikan pengaruh dalam proses pemberian bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Jeanette murad lesmana (2005), Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Ary Ginanjar Agustian (2005). Rahasia Kesuksesan membangung Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) The ESQ Way 165. Jakarta: Arga.
H. Mohammad asrori (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV wacana Prima.
H.M. Arifin (2003). Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: Golden Terayon Press.
Yadi Purwanto (2007). Psikologi Kepribadian (Integritas nafsiyah dan ‘Aqliyah) Perspektif Psikologi Islam. Bandung: Refika Aditama.
Sukarman (2010). Modul Bimbingan dan Konseling. Mataram
Departemen Agama RI (2009). AlQur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lembaga Percetakan Al Qur’an Departemen Agama.


[1] Prof. H.M. Arifin, M.Ed, Teori-teori konseling Agama dan Umum, Golden Terayon Press, Jakarta 1994
[2] Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2005)  hal 16-40
[3] Ibid
[4]Ibid      
[5] Ibid
[6] Departemen Agama RI AlQur’an dan Tafsirnya. (Jakarta: Lembaga Percetakan Al Qur’an Departemen Agama, 2009). Hal  235.
[7] Ibid
[8] Yadi Purwanto, Psikologi Keperibadian: Integritas Nafsiyah dan ‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islam, PT Refika Aditama, bandung  (September 2007)  hal 83
[9] Ibid
[10] Ibid, hal 134
[11] QS.Al-Ahqaf/46: 26
[12] Ary Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient (THE ESQ WAY 165), penerbit  arga, jakarta, 200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Teater : Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! ( karya Arif Riduan)

Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! Karya : Arif Riduan Suasana panggung : Taman Kampus atau halaman kampus tempat ospek, ada bak sampah, kursi ta...