BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw melalui prantara Malaikat Jibril a.s.,
yang berfungsi sebagai hidayah pembawa pesan-pesan Allah diberi tugas oleh
Allah untuk mensosialisasikan pesan-pesan Al-Qur’an kepada segenap manusia.
Nabi Muhammad saw telah melaksanakan amanat ini dengan sebaik-baiknya, melalui
berbagai cara.
Salah satu alasan mengapa Al-Qur’an
diturunkan ialah sebagai petunjuk bagi ummat semesta alam, tentang bagaimana
bertindak, memecahkan masalah, dan berkehidupan yang baik. Namun konsep
Al-qur’an kini urung digunakan oleh seorang konselor dalam memecahkan masalah. Itulah
sebabnya dalam karya ilmiyah ini, saya memadukan antara konsep Al Qur’an dengan
konsep para ahli psikologi atau ahli bimbingan konseling dalam memecahkan atau
memberikan jalan keluar yang baik dan benar, sehingga problema yang sedang
dihadapi cepat terselesaikan.
Problema kehidupan mental-spiritual
timbul karena adanya gangguan psikologis dari pengaruh internal dan eksternal,
atau factor kemampuan individual, dan factor lingkungan sekitar. Sumber
gangguan tersebut berada didalam fungsi-fungsi psikologis yang bekerja secara
normal, tak harmonis, dan tak setabil pada saat seseorang dilanda
kesulitan-kesulitan hidup yang tak dapat diatasi sendiri.
Kemampuan seseorang mengatasi
problema yang dihadapi banyak ditentukan oleh corak kpribadiannya. Apabila ia memiliki
kepribadian terpecah (displastis),
maka ia akan mudah terjebak kedalam perasaan frustasi (kegagalan) yang
berakibat pada sikap apatis (putus asa) dan tak berdaya terhadap problema yang
sedang dihadapi. Pada gilirannya perasaan demikian semakin membengkak dalam
pribadinya, sehingga bisa berkembang menjadi penyakit mental yang disebut teuferklis. Penyakit ini merupakan babak awal dari gejala penyakit
jiwa (mental deseases).[1]
Kegiatan
bimbingan dan konseling makin dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tuntunan
hidup untuk memperoleh kondisi sehat mental yang mendesak, karena melalui
pelayanan Bimbingan dan Konseling orang akan dapat mengatasi atau menghindari
ketegangan batin yang fatal. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling ini kita
harus mengedepankan bagaimana bimbingan dan konseling yang sebenarnya dalam
Al-Qur’an, agar terciptanya bimbingan dalam pemecahan masalah secara lebih
efektif dan optimal.
Berdasarkan
TAP MPR Nomor :II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, faktor
sumber daya manusia menjadi sasaran pokok pembangunan nasional kita. Sumber
daya manusia Indonesia harus ditingkatkan kualitasnya dalam segala bidang
kehidupan, baik mental spiritual maupun mental fisiknya agar mampu memecahkan
segala problema kehidupan, terutama dalam menghadapi dampak negative dari
proses globalisasi dimana faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi sumber penggeraknya.
Keberadaan
Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinayatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi
guru, dosen, pamong belajar, tutor dll (UU No 20/2003, pasal 1 ayat 6)
kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnnya
tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,
memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting layanan spesifik yang
satu dengan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan.
Memasuki
perkembangan zaman, tekhnologi mulai berkembang. Berbagai macam riset yang
dilakukan oleh seorang konselor, namun belum menemukan titik terang dalam
penyelesaian masalah. Ini dikarenakan metode yang digunakan kurang mengena
kesasaran atau klien. Jauh sebelum itu Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang bagaimana
riset atau penyembuhan terhadap manusia baik dari segi jasmaniah (fsikis)
ataupun Batiniah (mental).
B. Fokus
Masalah
Guna untuk ingin mencapai Karya
tulis ilmiah ini, maka saya membuat sebuah perumusan masalah secara umum dan
luas yang dipakai sebagai pokok bahasan. Oleh karena itu masalah perlu memenuhi
syarat-syarat agar perumusan masalah sesuai dengan topik yang di bahas. Maka
dari situ berdasarkan latar belakang yang sebelumnya telah saya buat,
saya dapat merumuskan masalah-masalah yang menjadi kendala dalam proses
bimbingan konseling dan bagaimana metode yang di ajarkan Lukman dalam
memberikan Bimbingan konseling kepada Anaknya, maka penulis merumuskan sebuah
pertanyaan sebagai berikut :
1.
Apa
yang menjadi kendala dalam proses Bimbingan dan Konseling?
2.
Apa
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses Bimbingan dan Konseling?
C. Manfaat
Di antara maanfaat
dari karya tulis ilmiah ini adalah:
1.
Sebagai
bahan acuan dalam proses pemberian bimbingan dan konseliong kepada peserta
didik (klien).
2.
Memperkaya
kreatifitas dalam pemberian konseling, supaya di kedepan harinya dapat
memberikan konstribusi bagi umat.
3.
Mengenal dan memahai potensi, kekuatan, dan tugas-tugas
perkembangan peserta didik (klien).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan
dan Konseling
1.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Jika berbicara tentang pengertian
bimbingan dan konseling, maka bimbingan adalah memberika arahan atau bimbingan
kepada peserta didik (klien) dalam proses pengembangan potensi yang dimiliki.
Sedangkan konseling adalah suatu
layanan yang diberikan oleh seorang konselor kepada peserta didik (klien) dalam
proses pemecahan masalah.
2.
Teori-teori
konseling
a.
Konseling Psikoanalitik: Psikoanalitik
merupakn teori yang menekankan pentingnya Riwayat hidup klien (perkembangan psikoseksual), pengaruh
dari impuls-impuls genetik (instink), energi hidup (libido), pengaruh dari
pengalaman dini kepada kepribadiaan individu, serta irasionalitas dan
sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
Psikoanalitik ini adalah:
Asosiasi Bebas: klien meniggalkan cara
berpikir yang biasa(menyensor pikiran). Yamg dilakukan adalah mengatakan apa
yang muncul dalam pikiran, meskipun kelihatannya aneh, irasional, menggelikan
atau menyakitkan. Dengan cara
ini, id diminta untuk berbicara, sedang ego tinggal dia.
Analisis Mimpi: Menurut Freud, mimpi adalah sarana untuk memahami yang
tak disadari. Ia menyebutnya the royal
road to the unconscious. Klien didorong untuk bermimpi dan mengingat-ingat
mimpinya. Analis harus menyadari manifest
content (arti yang nyata/kelihatan) dan laten
content (arti tersembunyi tapi yang sesungguhnya.
Analisis Transferensi: Transferensi adalah respons klien kepada seorang
konselor, seakan-akan konselor adalah orang signifikan didalam kehidupan klien
yang lalu, biasanya tokoh orang tua. Analis mendorong transferensi ini dan
menginterprentasikan oprasaan-prasaan positif dan negative yang diekspresikan
Anlisis Resistansi: Kadang-kadang klien pada awalnya menunjukan kemajuan,
tetapi kemudian melambat atau berhenti. Resistansi mereka mungkin mengambil
berbagai bentuk, misalnya tidak dating pada perjanjian, menghalangi pikiran
pada waktu melakukan asosiasi bebas, menolak mengingat mimpi, dan lain-lain.
Interprestasi: Interprestasi harus dianggap sebagai bagian dari teknik-teknik yang gtelah
disebutkan diatas. Pada waktu mealukan interprestasi konselor membantu klien
memahami arti peristiwa dari masa lalu dan sekarang. Interprestasi menyangkut
penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan, dan tindakan klien.
b.
Konseling Humanistik : Dalam hubungan dengan konseling, memfokuskan pada potensi
individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
Ada beberapa Teknik-teknik yang digunakan dalam proses
konseling Humanistik ini adalah:
Untuk
terapis person-centered, kualitas
hubungan konseling jauh lebih penting dari pada teknik. Rogers (1957) percaya
bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup untuk konseling, yaitu (1) empathy; (2) positive regard (acceptance), dan (3) congruence (genuineness).
Menurut
Rogers, 1971, 1980. Empati
adalah kemampuan koselor untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan
pemahaman ini kembali kepada mereka. Positive
regard yang dikenal juga sebagai akseptansi adalah genuine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat
menghargai klien karena keberadaannya.[2] Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan
terapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan-pulasan.
c.
Konseling Behavioristik : Menurut Gladding, 2004 konseling ini Membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas,
atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang
berlebih. Dengan perkataan lain, membantu klien agar tingkah lakunya menjadi
lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaftif.[3] Konseling behavioral
merupakan pilihan untuk membantu kilen yang mempunyai masalah spesifik seperti
gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Juga bermamfaat
untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stress,
asertivitas, berfungsi sebagai orang tua dan interaksi social.
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam mempermudah
konseling Behavioristik ini adalah:
Teknik-teknik tingkah laku umum : Skedul
penguatan, Bila suatu tingkah
laku baru saja dipelajari, maka tingkah itu harus diperkuat setiap kali
muncul-dengan perkataan lain penguatan yang berlangsung terus. Setelah
terbentuk, frekuensi penguat dapat dikurangi – dengan perkataan lain memakai
penguat intermiten, supaya tingkah laku. Tetap bertahan. Shaping, tingkah laku yang di pelajari secara bertahap dengan
pendekatan suksesif. Untuk mempelajari keterampilan baru, konselor dapat
memecah-mecah tingkah laku kedalam unit-unit, dan mempelajarinya dalam
unit-unit kecil. Ekstingsi, Eliminasi
dari tingkah laku karena penguat tidak diberi lagi. Hanya sedikit individu yang
mau melakukan sesuatu yang tidak member keuntungan.
Teknik-teknik Spesifik : Desensitisasi sistematik, dirancang untuk membantu klien mengatasi anxietas dalam
situasi-situasi tertentu. Klien diminta untuk menggambarkan situasi yang
menimbulkan kecemasan. Konselor mengajar klien untuk rileks secara fisik dan
mental. Pelatihan Asertivitas, klien
belajar untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan asertif. Tujuannya
agar klien belajar tingkah laku asertif. Time-out,
teknik aversif yang sangat ringan. Klien dipisahkan dari kemungkinan
mendapatkan penguat positif. Sangat efektif bila digunakan untuk waktu yang
singkat, misalnya 5 menit.
d.
Konseling Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) : Memperbaiki
dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan konseling
yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar
dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi dirinya seoptimal mungkin
melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Disamping itu, dalam
konseling REBT, konselor dibantu untuk menghilangkan gangguan-gangguan
emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa berdosa, rasa
cemas, merasa was-was, rasa marah.
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ini adalah:
REBT menggunakan
bebagai macam teknik. Dua yang utama adalah mengajari (teaching) dan menantang (disputing).
Mengajari, menyangkut memberikan pemahaman tentang ide dasar REBT dan memahami
bahwa pikiran bertautan dengan emosi dan tingkah laku. Menantang pemikiran dan
keyakinan terjadi dalam tiga bentuk. Menantang kognisi, melalui
pertanyaan-pertanyaan langsung, penalaran logis dan persuasi. Tantangan
imajinal menggunakan kemampuan klien untuk berimajinasi; tantangan tingkah laku
mencakup bertingkah laku dengan cara yang bertentangan dengan yang biasanya
dilakukan klien, misalnya melalui bermain peran atau menyelesaikan tugas ketika
klien harus melakukan sesuatu yang dahulunya dianggap tidak mungkin untuk
dilakukannya. Dua teknik lain adalah konfrontasi dan member dukungan. Secara
eksplisit klien didorong untuk membuang proses-proses berfikir yang tidak
bermamfaat.
e.
Konseling Sistem : Menurut Brammer, Abrego, Shostrom (1993) konseling ini Menekankan
cara yang lebih kontekstual dalam memandang tingkah laku. Teori-teori system
kurang menekankan pada asumsi-asumsi individu dibandingkan dengan jenis-jenis
teori lain yang sudah dibicarakan diatas.[4]
Adapun Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling sistem
ini adalah:
Di
fokuskan pada cara-cara untuk membentuk individu yang mempunyai konsep diri
yang sehat yang dapat berintraksi dengan orang lain dan tidak mengalami
anxietas setiap kali berhubungan tersebut menjadi tegang. Caranya antara lain dengan menilai diri sendiri dan
keluarga dalam beberapa cara. Salah satu caranya
dengan membuat genogram multigenerasi.[5]
3.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Adapun tujuan utama dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling ini adalah sebagai berikut:
a.
Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang
akan datang
b.
Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
c.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya;
d.
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, p;enyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan
kerja.
B. Al-Qur’an
dan Lukman
Al-Qur’an adalah firman Allah yang
diturukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril a.s
merupakan mukjizat bagi beliau. Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi
ummat seluruh alam.
Al-Qur’an sebagai petunujuk dan
bertia gembira bagi orang-orang yang beriman. Petunjuk yang merupakan hidayah
Allah, sehingga manusia menjadi yakin dan mau berriman. Al-Qur’an diturunkan
sebagai petunjuk dan pembeda antara yang benar dan batil bagi manusia
seluruhnya.
Bulan
Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan permbeda
(antara yang benart dan yang batil)….
(al-Baqarah/2: 185)
Lukman adalah
seorang yang saleh dan bijak pada masa lalu. Para ulama berbeda pendapat
tentang dirinya apakah seorang nabi atau seorang saleh yang sangat bijak.
Mayoritas ulama’ memilih yang kedua. Para ahli tafsir juga berbeda pendapat
tentang masa hidupnya. Ada yang mengatakan bahwa Lukman hidup pada masa Nabi
Daud. Yang lainnya mengatakan dia adalah saudara perempuan Nabi Ayub. Yang lain
mengatakan anak bibi Nabi Ayub. Para ulama juga berbeda pendapat tentang
pekerjaanya. Ada yang mengatakan dia seorang penjahit, tukang kayu, atau
pengembala kambing. Namun yang patut dicatat disini adalah bahwa nama Lukman
sebagai seorang saleh dan bijak telah dikenal dikalangan orang arab. Lukman
mempunyai kata-kata bijak yang sangat berharga.[6]
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A.
Data
Temuan
(12) Dan sungguh, telah Kami telah berikan hikmah kepada Lukman,
yaitu, “Bersyukulah kepada Allah! Dan barang siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa
tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (13)
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia member
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Jangan engakau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (14) Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada kedua orang tuannya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyampihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah Kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Akulah
kembalimu. (15) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau
memtaati keduanya, dan pergaulilah ke-duanya didunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya Kepada-Ku tempat kembalimu,
maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (16) (Lukman
berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan
memberinya (Balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti. (17) Wahai
anakku! Laksanakanlah Shalat dan
suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting. (18) Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari
manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (19) Dan
sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburu-buruk suara ialah suara keledai.”
Dalam ayat ini
menerangkan bahwa Allah menganugrahkan kepada Lukman hikmah, perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya
kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan yang
abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah member nikmatnya
itu. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan dan ajaran-ajaran yang disampaikan
Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi
semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang telah dianugrahkan Allah kepadanya[7]
Metode
Bimbingan dan Konseling yang diajarkan oleh seorang Lukman kepada anaknya,
merupakan metode yang dianut oleh kebanyakan Ahli psikologi dan para psikiater
(konselor) dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Seorang Lukman
ketika memberikan Nasehat kepada anaknya tidak melalui pemaksaan, penyiksaan,
pengancaman ataupun sejenisnya, Namun Lukman lebih melihat kepada sejauh mana
potensi yang dimiliki anaknya. Sehingga dengan melihat potensi yang dimiliki
anaknya itu, Lukman sudah tau bagaimana cara memberikan Bimbingan dan Konseling
kepada anaknya.
Pertama,
Perasaan yang halus. Memberikan bimbingann dan konseling haruslah menggunakan
perasaan yang lembut dan halus, tutur kata yang baik dan sopan, dan tidak lupa
mengedepankan potensi manusia tersebut. Namun Pemberian Bimbingan dan Konseling
yang terjadi dewasa ini, umumnya dibentuk
berdasarkan logika saja dan seringkali mengabaikan suara hati spiritual.
Padahal, pada hakikatnya potensi yang dimiliki manusia berbeda-beda. Potensi
manusia dipahami berbeda oleh para ahli. Hal
ini terkait erat dengan fakta indrawi saja. Semakin teliti dan canggih
alat bantu inderawi yang dipergunakan maka akan semakin menguak sisi-sisi
manusia secara menyeluruh. Sebagai contoh adalah pembagian potensi yang
dilakukan oleh al-Gazali bahwa manusia memiliki potensi sehingga manusia
menjadi punya arah. Potensi tersebut yaitu: (1) hidayatul al-garizah
(naluriah); (2) hidayatu al-hissiyat (inderawi); (3) hidayatu
al-aqliyah (akal); (4) hidayatu ad-diniyah (agama).[8]
Dalam kitab Syakhsiyah
al-Islamiyah, an-Nabani (2000) juga menulis secara panjang lebar
tentang potensi-potensi manusia berdasarkan pemahamannya atas fakta dan
kritiknya terhadap berbagai pemikiran mutakalim, tasawuf dan juga psikologi
kontemporer di pertengahan abad ke-20 M.
Potensi-potensi
manusia memang merupakan khasiyat yang diciptakan Allah pada diri manusia,
sebagaimana firman-Nya:
“Tuhan Kami
ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS. Taha/20: 20).
Manusia
harusnya dikaji sebagai objek yang menyeluruh dan mendalam, yaitu dengan
memahami potensi kehidupan yang mempengaruhi hidupnya. Sebab, pemahaman tentang
potensi kehidupan inilah yang akan menentukan pemahaman berikutnya tentang apa
dan bagaimana manusia mesti melakukan tingkah laku. Di samping itu, pemahaman
tentang masalah ini akan sangat mempengaruhi pandangannya tentang bagaimana ia
mengatasi persoalan-persoalan hidupnya.[9]
Terdapat dua
jenis potensi yang ada dalam diri manusia, yaitu:
1.
Potensi untuk Melangsungkan Hidup (at-Taqah
al-Hayawiyyah, potensi kehidupan)
Potensi
manusia sebagai makhluk hidup untuk tetap eksis dimuka bumi, tanpa
keberadaannya manusia akan punah dengan sendirinya. Potensi ini adalah potensi takwini
(terbentuk, immanent dan permanence) sejak keberadaannya, sehingga singkatnya
disebut potensi kehidupan. Secara umum manusia memiliki kesamaan dengan hewan,
yaitu ia memiliki kebutuhan jasmani (biological need) dan juga
naluri-naluri (instincts).
2.
Potensi untuk Memaknai Kehidupan (al-Khasiyyatu
al-Khas, Akal)
Manusia memang
berbeda dengan hewan. Perbedaan utamanya adalah pada akal. Dengan akalnya
manusia menjadi berbeda dari makhluk apapun di jagat raya. Ia memiliki kekhasan
yang paling khas, ia memiliki kasiat yang paling khas, yaitu akal. Akal adalah
potensi terbesar yang diberikan pencipta. Potensi yang ini oleh kaum
evolusionis dianggap sebagai hasil evolusi tertinggi dan setelah itu mengalami
kemandegan evolusi. Potensi untuk memaknai hidup lebih mudah dinamai potensi
berfikir atau makhluk berakal.
Kedua,
akal pikiran. Menurut Al-Gazali
(451-505) akal adalah kekuatan jiwa untuk
memperoleh ilmu. Ia mengukuhkan bahwa akal adalah pembeda yang nyata
antara manusia dan hewan. Akal adalah pengetahuan itu sendiri yang diturunkan
oleh Allah. Akal pula yang dapat mengikat masa kini, masa depan dengan
pengalaman masa lalu menjadi ilmu, sehingga ia menyadari sejarahnya sendiri.[10]
Keistimewaan
manusia adalah akalnya, sehingga ia lebih utama dari malaikat. Keutamaan
manusia ini tiada lain terletak pada akalnya. Akal inilah yang telah mengangkat
kedudukan manusia dan sekaligus menjadikannya mahluk yang paling utama. Oleh
karena itu, sudah seharusnya kita memiliki pengetahuan tentang akal, proses
berfikir, dan sekaligus metode berfikir.
Meskipun
secara empirik dan normatife, dalam pandangan islam sudah jelas bahwa manusia
mempunyai akal, namun sejak zaman dulu banyak ulama islam maupun non islam yang
tidak dapat menerangkan tentang esensi akal.
Ketiga,
kearifan. Lukman mengajarkan kepada anaknya dengan kebijaksanaan, memberikan kepada
anaknya arahan yang tidak bersifat mengancam ataupun melukai apabila anaknya
tersebut tidak mau melakukan perintahnya nanti. Banyak orang memberikan
Bimbingan dan Konseling kepada anaknya ataupun yang lain terkadang dengan
mengancam, memaksa ataupun sejenisnya. Padahal akibat dari sebuah ancaman itu
sangat berat dan tidak baik. Artinya anak itu akan melakukan apa yang kita
suruh terbatas pada saat itu saja, dan dia tidak akan melakukannya diluar
konteks itu.
- Analisis
Konseling yang dilakukan oleh seorang
Lukman kepada anaknya, ternyata digunakan oleh banyak ahli psikologi dan
konselor dalam meberikan bimbingan dan konseling atau pada saat memecahkan
masalah yang dihadapi peserta didik (klien) .
Metode konseling seorang Lukman
sangatlah sederhana, namun mencakup semua metode yang dilakukan dan diterapkan
oleh para ahli. Seorang Lukman memberikan konseling kepada anaknya dengan cara
hikmah, perasaan yang halus, akal pikiran,
dan kearifan. Metode inilah yang
merupakan salah satu dari bentuk kelemahan dan kekurangan dalam setiap metode
atau teknik bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh seorang konselor
ataupun psikiater dalam proses pemecahan masalah.
Kebanyakan Dalam metode yang
dikemukakan oleh para ahli psikologi, bahwa konseling ini lebih menekankan
kepada kepribadian individu, dan tingkah lakunya, tanpa mengetahui bagaimana
cara membentuk kepribadian individu itu sendiri ataupun mengetahui karakternya.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan :
……
“Dan kami telah
menjadikan kepada mereka pendengaran, pengelihatan dan hati.”[11]
Melalui Pendengaran dan
pengelihatan inilah yang dapat mempermudah pembentukan karakter kepribadian
yang baik. Artinya melalui pendengaran, Lukman memberikan bimbingan kepada
anaknya dengan nasehat yang baik dan yang berfungsi disana adalah pendengaran
yang mentrasfer pesan-pesan tersebut kedalam pikiran. Kemudian pengelihatan,
setelah memberikan nasehat yang baik, maka dibutuhkan praktek atau pemberian
contoh yang dilakukan oleh seorang konselor ataupun psikiater dalam menindak
lanjuti proses dari nasehat tersebut. Dan terakhir adalah melalui hati, dengan
perasaan yang tulus, sikap yang baik dan bijak merupakan sekmen yang terakhir
dalam proses pembentukan karakter kpribadian.
Tentunya setelah terbentuknya
kpribadian yang baik, maka dengan mudah klien memahami masalah dan jalan keluar
apa yang harus dia lakukan, namun masih dalam bimbingan seorang konselor.
Metode konseling yang dilakukan oleh Lukman sama persis dengan konseling
Humanistik yang diplopori oleh Rogers (1957) lebih mefokuskan kepada potensi
Individu untuk secara aktif memilih dan memutuskan keputusan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, yang tentunya setelah
melalui bimbingan (arahan) dan konseling
Perlu saya ingatkan kembali, bahwa
semua metode yang diterapkan dalam konseling yang dikemukakan oleh para
konselor ataupun para ahli. Merupakan penjabaran dari, metode konseling yang
dilakukan oleh Seorang Lukman kepada anaknya. Lukman memberikan bimbingan dan
konseling kepada anaknya, bukan terbatas hanya pada pesan-pesannya saja. Namun
Lukman memberikan contoh dari nasehat atau bimbingan tersebut dan inilah
mungkin yang perlu kita benahi. Seperti Rasulullah saw mampu menciptakan budaya
keselarasan antara das sollen dan das sein, artinya hati dilangit namun
kaki tetap menjejak dibumi (down to the
eart). Konselor sebaiknya membaca dan mempelajari sikap dan teladannya itu,
agar transformasi akhlak beliau dapat diadopsi kedalam diri. Inilah salah satu
metode yang dilakukan oleh Lukman yaitu melalui Akhlakul Karimah yang sekarang
didalam dunia barat disebut kecerdasan Emosi atau EQ[12].
Secara tidak langsung bahwa konsep
akhlak ini ataupun namanya – IQ bukanlah kunci keberhasilan, tetapi akhlaklah
yang sebenarnya kunci keberhasilan dalam proses bimbinagn dan konseling itu.[13]
Dipertegas kembali dengan firman
Allah dalam Al-Qu’an:
Sungguh, Pada diri
Rasulullah kamu dapatkan suri tauladan yang indah bagi orang-orang yang
mengharap (rahmat Allah), dan (keselamatan) hari terakhir, serta banyak
mengingat Allah (QS.
Al-Ahzab/33: 4).
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Allah
menganugrahkan kepada Lukman hikmah, perasaan
yang halus, akal pikiran, dan kearifan
yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar
menuju kebahagiaan yang abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang
telah member nikmatnya itu. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan dan
ajaran-ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang
diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah yang
telah dianugrahkan Allah kepadanya.
Metode
konseling seorang Lukman sangatlah sederhana, namun mencakup semua metode yang
dilakukan dan diterapkan oleh para ahli. Seorang Lukman memberikan konseling
kepada anaknya dengan cara hikmah, perasaan
yang halus, akal pikiran, dan kearifan.
Metode inilah yang merupakan salah satu dari bentuk kelemahan dan kekurangan
dalam setiap metode atau teknik bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh
seorang konselor ataupun psikiater dalam proses pemecahan masalah.
Metode
konseling yang dilakukan oleh Lukman sama persis dengan konseling Humanistik
yang lebih mefokuskan kepada potensi Individu untuk secara aktif memilih dan
memutuskan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya.
- Saran
Bagi
seorang konselor ataupun lainnya, gunakanlah metode bimbingan dan konseling
yang diajarkan oleh seorang Lukman kepada anaknya. Dengan perasaan yang halus,
dan bijakana akan memberikan pengaruh dalam proses pemberian bimbingan dan
konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Jeanette murad lesmana (2005), Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Ary Ginanjar Agustian (2005). Rahasia Kesuksesan
membangung Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) The ESQ Way 165. Jakarta:
Arga.
H. Mohammad asrori (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV wacana Prima.
H.M. Arifin (2003). Teori-Teori
Konseling Agama dan Umum. Jakarta: Golden Terayon Press.
Yadi Purwanto (2007). Psikologi
Kepribadian (Integritas nafsiyah dan ‘Aqliyah) Perspektif Psikologi Islam.
Bandung: Refika Aditama.
Sukarman (2010). Modul
Bimbingan dan Konseling. Mataram
Departemen Agama RI (2009). AlQur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lembaga Percetakan Al Qur’an
Departemen Agama.
[1] Prof. H.M. Arifin,
M.Ed, Teori-teori konseling Agama dan Umum,
Golden Terayon Press, Jakarta 1994
[2] Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 2005) hal
16-40
[4]Ibid
[5]
Ibid
[6]
Departemen Agama RI AlQur’an dan
Tafsirnya. (Jakarta: Lembaga Percetakan Al Qur’an Departemen Agama, 2009).
Hal 235.
[8]
Yadi Purwanto, Psikologi Keperibadian: Integritas Nafsiyah dan ‘Aqliyah
Perspektif Psikologi Islam, PT Refika Aditama, bandung (September 2007) hal 83
[10] Ibid, hal 134
[11] QS.Al-Ahqaf/46: 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar