a
Pangeran Antasari - foto Net |
Sudah tiga tahun sejak
1859 perang Banjar berjalan. Akhirnya Pangeran Hidayatullah yang telah ikut
berjuang menyerahkan diri kepada Belanda. Dan dibuang ke Cianjur. Namun Perang
Banjar tidak berhenti sampai di situ. Pangeran Antasari diangkat oleh rakya
Banjar sebagai pimpinan (kesultanan yang diakui oleh rakyat Banjar)
menggantikan Pangeran Hidayatullah. Masih dengan semboyan “ Hidup untuk Allah dan mati untuk Allah “ seluruh rakyat Banjar,
ulama, dan para bangsawan setia ikut berperang bersama Antasari.
Dalam keadaan sakit
Pangeran Antasari siap siaga di balik jendela dengan Bedil yang diacungkannya
ke arah luar memantau situasi yang berkecamuk di luar benteng rakyat Banjar di
Hulu Sungai Teweh. Sesekali beliau terbatuk- batuk ketika mendengar
dentuman-dentuman suara letusan Meriam dan suara Bedil dari luar. Belanda sejak
tengah hari hingga menjelang sore menyerbu pertahanan rakyat Banjar di benteng Hulu
Sungai Teweh. Hingga pada akhirnya suara riuh kemenangan terdengar itu tandanya
Belanda kalah. Bergegas Gusti Mat Said dan Gusti Mat Seman menuju tempat
Ayahnya di dalam benteng. Dengan baju yang sobek-sobek juga beberapa luka di
tubuh mereka terhihat lega kerena melihat ayahnya baik baik saja. Batuk
Pangeran Antasari semakin terdengar, terus saja batuk. Datanglah juga Surapati
yang mengkahwatirkan Pangeran.
Tak lama kemudian
datanlah Demang Lehman dengan berkata “ agaknya saya datang terlambat, sehingga
tidak sempat mengenyam hidangan hari ini “. Semuanya tersenyum, Mat Said pun
menjawab “ seandainya kami mengetahui Demang akan datang, maka akan kami
sisihkan sebagian “. Mereka tersenyum lagi. Dan Surapati juga ikut bicara “
Demang ini telah kenyang sendirian dengan hidangan-hidangan di Gunung Lawak,
Tanah laut dan Hulu Sungai. Seharusnya dia yang menyisihkan selebihnya untuk
kita. Apa yang dikatakan Surapati ini membuat mereka tertawa.
Demang Lehman datang
bukan karena ia tahu kalau benteng ini diserbu Belanda, melainkan mendengar
kabar bahwa Pangeran Antasari sedang sakit. Beliau pun menanyakan keadaan Pangeran.
Pangeran menjawab " Seperti yang
kamu lihat sendiri, biasalah sakitnya orang yang sudah berumur sangat tua,
insya Allah aku akan sehat kembali “. Demang Lehman juga membawa kabar
bahwa dia, Haji Buyasin, Langlang dan semua rakyat Hulu Sungai dan Tanah Laut
telah berikrar dan bertekad bulan, di bawah pimpinan Pangeran Antasari akan
berjuang terus menerus bertempur di mana pun mereka berada. Pangeran pun
mengucapkan terima kasih karena telah diberi kepercayaan oleh rakyat untuk
memimpin mereka dan pula berkata bahwa dengan kepimpinan ini beliau tidak bisa
memwariskan apa-apa selain perjuangan ini
Mereka membicarkan
Pangeran Hidayatullah yang telah ditangkap oleh Belanda, dan sangat merindukan
sosok Hidayat yang juga telah berjuang bersama mereka hingga tiga setengah
tahun ini. Belanda pun menghapuskan Kesultanan Banjar dan tak mengakui
keberadaan Kesultanan Banjar lagi. Sehingga yang dianggap pemberontak (
Antasari, dan keluarganya serta pengkutnya ) diburu habis-habisan oleh pihak
Belanda dan orang-orang yang memihak kepada Belanda. Dengan penyerahan diri
Pangeran Hidayatullah bisa menghentikan perang yang selama ini beliau sangat
iba melihatnya, karena tak tega dengan penderitaan rakyat. Namun pihak Belanda
mengkhianati kesepakatan iru dan membuang Hidayat ke Cianjur. Perang tetap
berlangsung tanpa henti.
Pangeran Antasari pun
juga menerima ajakan agar beliau menyerahkan diri kepada Belanda. Dengan itu
Belanda berjanji akan mengampuni kesalahan beliau dan seluruh rakyat Banjar
yang membelot dari Belanda. Antasari juga mengatakan bahwa beliau juga sudah
membalas surat tersebut dengan balas tidak akan berunding dan menolak semua
tawaran dari Belanda. Jika menyerah maka
anak cucu rakyat Banjar akan menyalahkan kita, kata Beliau. Jangankan Hidayat. Tamjid yang jelas jelas
orang kepercayaan Belanda saja diasingkan ke Jawa, apa lagi kita yang
terang-terangan memerangi Belanda, tambah beliau lagi. Dalam situasi yang
masih genting sehabis peperangan di depan benteng, suara azan terdengar mereka
pun melaksanakan sholat dengan khusuk dan berdoa agar diberi keselamatan dalam
perjuangan ini, dan mendoakan para pejuang yang telah gugur dalam peperangan
selama ini agar diberikan keampunan oleh Allah.
Pada 11 Oktober 1862
Pangeran Antasari wafat karena sakit. Beliau dimakamkan di Bayan Begok, Hulu
Teweh. Kepergian beliau tidak lantas mematahkan semangat perjuangan yang selama
ini beliau tanamkan kepada rakyat Banjar yang berjuang, malah semangat itu kian
berapi-api berkobar hingga seluruh negeri Banjar selama 1858-1905.
Bahan Bacaan " ANTASARI ; SEBUAH NOVEL SEJARAH Karya Helius Sjamsuddin "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar