Abstrak
Meneladani Nabi
Muhammad Saw. adalah salah satu cara untuk berakhlak kepadanya. Kata seorang
sufi meneladani Nabi Muhammad sama seperti memutar film Nabi di dunia nyata,
dengan peran utama ialah yang meneladani orang tersebut.Meledani Beliau juga
merupakan sebuah aplikasi dari iman kepada rasul dan salah satu bukti bahwa
kita mencintai Nabi Muhammad
Beriman kepada
Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt.
memilih di antara manusia untuk dijadikan rasul-Nya untuk menyampaikan
wahyu-wahyu-Nya kepada umat manusia.
Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam
kehidupan sehari-hari harus dimulai dengan mengetahui apa saja sifat-sifat yang
dimilikinya dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Akhlak kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan konsekuensi logis dari akhlak
kepada Allah Swt. Rasulullah Saw. dan juga para rasul yang lain merupakan
utusan Allah yang menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat manusia. Allah
Swt. menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada manusia melalui para rasul-Nya mulai
Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. sebagai
nabi dan rasul Allah yang terakhir memiliki keistimewaan dibanding nabi-nabi
sebelumnya. Salah satu keistimewaannya adalah misi risalah Muhammad tidak
terbatas pada umat (bangsa) tertentu, tetapi meliputi semua umat manusia (rahmatan
lil’alamin). Semua umat manusia yang hidup pada masa Muhammad hingga
tibanya hari akhir nanti wajib mengikuti syariat yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Berakhlak terhadap Nabi Muhammad Saw. merupakan salah satu pilar keyakinan
(iman) dalam Islam. Banyak cara yang harus dilakukan dalam rangka berakhlak
kepada Nabi Muhammad Saw. adalah menyintai dan memuliakannya, taat dan
patuh kepadanya, serta mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. Namun, yang
paling penting dari semua itu adalah meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.
Meneladani Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. adalah nabi terakhir yang mendapatkan banyak gelar baik
dari Allah maupun dari manusia. Berbagai julukan diberikan kepada beliau atas
kesuksesan beliau dalam melakukan misi risalahnya di muka bumi. Beliau berhasil
menjadi pemimpin agama (sebagai Nabi) berhasil menjadi pemimpin negara (ketika
memimpin negara Madinah). Di samping itu beliau juga berhasil dalam menjalankan
berbagai kepemimpinan yang lain, seperti memimpin perang, memimpin musyawarah,
dan memimpin keluarga. Karena itu, sudah sepantasnya umat Islam menjadikannya
sebagi teladan yang terbaik. Terkait dengan hal ini Allah Swt. berfirman:
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab
(33): 21).
Untuk dapat meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan kita sehari-hari,
tentunya kita, umat Islam, harus mengetahui terlebih dahulu apa saja
sifat-sifat yang dimiliki oleh beliau dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Karena itu, agar kita dapat meneladani Nabi Muhammad Saw. akan
dikemukakan sifat-sifat dan perilaku beliau dan kemudian bagaimana kita dapat
meneladani sifat dan perilaku tersebut.
Perlu ditegaskan bahwa semua rasul adalah manusia yang memiliki sifat-sifat
kemanusiaan sebagaimana manusia lainnya (QS. al-Kahfi (18): 110 dan QS.
Fushshilat (41): 6). Di antara sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki Rasulullah
adalah makan dan minum (QS. al-Furqan (25): 20) serta menikah (QS. al-Ra’d
(13): 38). Dalam Alquran juga ditegaskan bahwa semua rasul adalah laki-laki,
tidak ada yang perempuan (QS. al-Anbiya’ (21): 7). Namun, karena tugas risalah
adalah tugas yang amat berat, maka para rasul dibekali dengan sifat-sifat
khusus. Sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. maupun para
nabi dan rasul yang lain adalah:
1. Shiddiq, yang berarti jujur.
Nabi dan rasul selalu jujur dalam perkataan dan perilakunya dan mustahil akan
berbuat yang sebaliknya, yakni berdusta, munafik, dan yang semisalnya.
2. Amanah, yang berarti dapat
dipercaya dalam kata dan perbuatannya. Nabi dan rasul selalu amanah dalam
segala tindakannya, seperti menghakimi, memutuskan perkara, menerima dan
menyampaikan wahyu, serta mustahil akan berperilaku yang sebaliknya.
3. Tabligh, yang berarti
menyampaikan. Nabi dan rasul selalu menyampaikan apa saja yang diterimanya dari
Allah (wahyu) kepada umat manusia dan mustahil nabi dan rasul menyembunyikan
wahyu yang diterimanya.
4. Fathanah, yang berarti cerdas
atau pandai. Semua nabi dan rasul cerdas dan selalu mampu berfikir jernih
sehingga dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapinya. Tidak ada satu
pun nabi dan rasul yang bodoh, mengingat tugasnya yang begitu berat dan penuh
tantangan.
5. Di samping empat sifat
di atas, nabi dan rasul tidak pernah berbuat dosa atau maksiat kepada Allah (ma’shum).
Sebagai manusia bisa saja nabi berbuat salah dan lupa, namun lupa dan
kesalahannya selalu mendapat teguran dari Allah sehingga akhirnya dapat
berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
Di samping memiliki
sifat-sifat seperti di atas, Nabi Muhammad Saw. juga dikenal dengan sebutan al-amin,
yang berarti selalu dapat dipercaya. Gelar ini diperoleh Muhammad sejak maih
usia belia. Dalam kesehariannya Muhammad belum pernah berbohong dan merugikan
orang-orang di sekitarnya. Dalam salah satu bukunya, Sa’id Hawwa (2002:
164-186) memerinci keluhuran budi Rasulullah Saw. yang sangat patut diteladani
oleh umat Islam. Sa’id Hawwa menguraikan moralitas Nabi dalam hal kesabarannya,
kasih sayangnya baik terhadap keluarga maupun umatnya, kemurahan hatinya,
kedermawanannya, kerendahan hatinya, serta kesahajaannya. Moralitas Nabi inilah
yang patut diteladani dan diterapkan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari.
Meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. seperti di atas tidaklah gampang
dan membutuhkan proses yang panjang. Dengan modal cinta dan taat kepadanya,
kita akan mampu meneladaninya dalam kehidupan kita sehari-hari. Meneladani
beliau secara sempurna jelas tidak mungkin, karena beliau digambarkan sebagai
insan kamil (manusia sempurna) yang tidak ada bandingnya. Namun demikian, kita
harus berusaha semaksimal mungkin untuk meneladani sifat dan perilaku beliau,
apa pun hasilnya.
Cara-cara praktis yang dapat dilakukan untuk meneladani Rasulullah Saw. di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kita harus selalu
bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan
setiap hari. Sebagai manusia biasa kita harus menyadari bahwa kita selalu
berbuat kesalahan dan dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.
Rasulullah Saw. yang jelas-jelas tidak memiliki dosa saja selalu memohon ampun
(beristighfar) dan bertaubat kepada Allah. Karena itu, jika kita tidak mau
bertaubat kepada Allah, berarti kita tidak menyadari sifat kemanusiaan kita dan
kita termasuk orang-orang yang sombong.
2. Sedapat mungkin kita
harus dapat menjaga amanat yang diberikan oleh Allah kepada kita selaku
manusia. Amanat apa pun yang diberikan kepada kita, harus kita lakukan sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi amanat tersebut. Karena itu, apa pun
aktivitas yang kita lakukan, jangan sampai kita menyimpang dari aturan-aturan
yang sudah berlaku sesuai tuntunan Alquran dan sunnah Nabi. Kita harus berusaha
menjaga amanat ini sebagaimana Rasulullah yang tidak pernah berkhianat walau
sekali pun.
3. Kita juga harus selalu
memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur merupakan sifat yang sangat
mulia, tetapi memang sulit untuk diwujudkan. Terkadang orang dengan sengaja
untuk tidak berbuat jujur dengan alasan bahwa jujur akan mengakibatkan hancur.
Karena itu, dewasa ini kejujuran sulit ditemukan di tengah-tengah peradaban
manusia yang semakin maju. Orang berusaha untuk mengesahkan perilaku tidak
jujur. Seandainya kejujuran ini terpelihara dengan baik, maka para penuntut dan
pembela hukum di negeri ini tidak akan terlalu sulit untuk menerapkan dan
mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Kenyataannya, sebagian besar
orang tidak mau berbuat jujur, sehingga seringkali orang yang jujur malah
menjadi hancur (akibat disalahkan). Rasulullah selalu berbuat jujur tidak hanya
kepada para sahabatnya tetapi juga kepada lawan-lawannya. Dan inilah yang
merupakan kunci keberhasilan Rasulullah dalam misi risalah dan kenabiannya.
Penutup
Nabi Muhammad Saw. adalah sosok manusia yang agung akhlaknya dan luhur
budinya (QS. al-Qalam (68): 4). Jika Allah Swt. memberikan pujian atas
keluhuran budinya, tentu saja hal ini tidak main-main. Allah Yang Maha Benar
tidak akan pernah berbohong atas ucapan-Nya. Sebagai umat Islam dan sekaligus
umat Nabi Muhammad Saw. kita harus menjadikannya sebagai teladan utama yang
harus kita ikuti semua anjurannya dan kita hindari semua larangannya.
Di zaman yang canggih sekarang ini, tidak sedikit tantangan yang kita
hadapi dalam rangka meneladani sifat-sifat dan perilaku Nabi Muhammad Saw.,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dengan kesadaran yang tinggi dan
dengan ketulusan hati serta dengan modal cinta dan taat kita kepada Allah Swt.
dan Nabi Muhammad Saw., Insya Allah kita dapat meneladani Nabi Muhammad Saw.
dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar