Sang Putri Kerajaan Banjar Di Tanah Masyarakat Dayak Ma’anyan dan
Belusukannya
oleh : Arif Riduan[1]
Tak banyak sejarah yang
mencatat tentang kisah Putri Mayang Sari, namun menurut sejarah secara lisan
masyarakat Dayak Ma'anyan, Putri Mayang Sari yang adalah putri Sultan
Suriansyah yang bergelar Panembahan Batu Habang dari istri keduanya,
Noorhayati. Putri
Mayang Sari dilahirkan di Keraton Peristirahatan Kayu Tangi pada 13 Juni 1858.
Putri Mayang Sari menjadi seserahan Sultan Suriansyah kepada Uria Mapas, pemimpin
dari tanah Ma'anyan di wilayah Jaar Sangarasi. Seserahan tersebut sebagai tanda perdamaian antara Sang Raja Banjar dengan
Uria Mapas. Dalam sejarah lisan, bahwasanya Raja Banjar telah menghukum mati
adik kandung dari Uria Mapas, yaitu Uria Rin’nyan karena kelasahan yang ia buat
di Tanah Banjar.
Uria Mapas yang saat itu
mengamuk di wilayah kerajaan Banjar banyak membantai masyarakat dengan sebuah
Mandau yang dibawanya[2]. Raja Banjar pun berinisiatif untuk berdamai dengan Uria Mapas agar tidak
ada pertumpahan darah dengan beberapa
perjanjian, diantaranya penyerahan Putri Mayang Sari kepada Uria Mapas untuk
dijadikan saudara sebagai pengganti Uria Rin’nyan[3].
Kecantikan Putri Mayang
Sari yang digambarkan sebagai seorang wanita cantik yang memiliki kulit putih,
berparas cantik serta berambut panjang terurai[4] membuat Sang Putri disayang dan dikasihi oleh Uria Mapas dan penduduk
Ma’anyan. Kendati agama Sang Putri tidak sama dengan keyakinan penduduk
Ma’anyan tidak sama sekali menjadi masalah untuk tidak menghormati dan menerima
Putri Mayang Sari di tanah mereka. Orang Ma’anyang menganggap orang Banjar
adalah saudara mereka yang berbeda keyakinan (Islam) dan mereka menyebutnya hakey yaitu
saudara mereka yang memeluk agama Islam.
Masyarakat Ma’anyan
mengangkat Putri Mayang Sari sebagai pimpinan daerah Sangasari setelah Uria
Mapas meninggal dunia. Sebagai pemimpin Putri Mayang Sari sangat disayangi dan
dihormati oleh masyarakat Ma’anyan, karena Putri Mayang Sari selain putri dari
Raja Banjar juga saudari angkat yang disayangi oleh Uria Mapas.
Pada saat itu Putri Mayang
Sari dianggap berhasil menyejahterakan rakyat yang dia pimpin. sang putri
sangat dekat dengan rakyat, bukan hanya kalangan bangsawan namun juga dekat
dengan rakyat kecil di wilayahnya. Kesehariaanya Sang Putri tidak pernah diam
menanggapi tentang kesejahteraan masyarakat. Sang putri sering melakukan
belusukan ke perkampungan untuk mencari tahu apa saja permasalahan yang ada
dimasyarakat serta untuk mengetahui kehidupan rakyat yang sebenarnya. Terlebih lagi belusukan yang khusus untuk
mengetahui bagaimana ketahanan pangan masyarakat sangat sering dilakukannya[5].
Dia selalu
mengawasi bagaimana hasil panen masyarakat Ma’anyan.
Untuk meningkatkan hasil panen masyarakat , Putri Mayang
Sari banyak memberikan pengarahan maupun penyuluhan,
diantaranya menganjurkan
agar penduduk menanam padi di daerah berair, karena hasil panennya lebih baik
daripada di daerah yang kering.
Selain meberikan
pengarahan tentang pangan, Putri Mayang Sari juga sering memberikan
nasehat-nasehat kepada masyarakat agar taat untuk membayar pajak dengan
kelembutan dan kesopanan yang dia miliki[6]. Dengan gaya kepemimpinan Putri Mayang Sari yang penuh kasih rakyat pun
sejahtera tanpa menghindari pajak yang menjadi kawajiban mereka sebagai rakyat.
Wilayah belusukan
Putri Mayang Sari setiap tahun adalah melewati daerah Timur yakni Uwei,
Jangkung, Waruken, Tanjung. Kemudian daerah Barat yaitu Tangkan, Serabun, Beto,
Dayu, Patai, Harara dan kembali ke Sangarasi (sekarang dinamai Ja’ar)[7]. Menurut
kepercayaan masyarakat Dayak Ma'anyan,
wilayah-wilayah
yang dikunjungi Putri Mayang Sari ketika belusukan tersebut
selalu mendapat berkah dan keberuntungan,
misalnya pohon buah menjadi berbuah lebat.
Konon, buah langsat di daerah Tanjung yang terkenal manis dan disenangi banyak orang
adalah karena daerah Tanjung adalah tempat belusukan
Putri Mayang Sari.[8]
Walaupun Sang Putri beragama Islam,
dalam menjalankan kepemimpinannya Putri Mayang
Sari menggunakan sistem mantir epat pangulu isa yaitu sistem pemerintahan
tradisional Dayak Ma'anyan. Dalam pola kepemimpinan ini, satu wilayah ditangani
empat pemimpin (mantir) dan satu pengulu. Empat mantir mengurus masalah
pemerintahan, sedangkan pengulu mengatur seluk beluk Hukum Adat. Dalam
pemerintahannya memang ada dua hal yang diprioritaskan, yaitu terpenuhnya
kebutuhan pangan rakyat dan tegaknya Hukum Adat yang bagi orang Dayak Ma'anyan
adalah tata aturan kehidupan[9].
Setelah mengalami sakit selama tiga hari, pada
15 Oktober 1615[10], Sang Putri
meninggal dunia. Karena kecintaan rakyat kepada Sang Putri, jasadnya tidak langsung dikuburkan, tetapi
disemayamkan terlebih dahulu di dalam rumah hingga kering. Setelah mengering,
karena cairan dari mayat disalurkan ke dalam tempayan, jasad Putri Mayang Sari dibawa
ke seluruh daerah agar semua rakyat mendapat kesempatan memberikan penghormatan
terakhir kepada pemimpin mereka yang telah meninggal dunia. Akhirnya, jenazah
Putri disemayamkan di Sangarasi yaitu wilayah Jaar sekarang[11].
catatan[12]
[1] Alumni IAIN Antasari Banjarmasin
2014 fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
[2] Mayang Sari, Puteri Kerajaan Banjar yang
Bermakam di Bartim (Bag III ) - See more at:
http://www.metro7.co.id/2012/07/mayang-sari-puteri-kerajaan-banjar-yang.html#sthash.lf52i35I.dpuf
[3] kumpulan cerita rakyat Kalimantan Tengah, https://www.facebook.com/HumorBahasaDayak/posts/518211628217205,
[4] "Riwayat Putri Banjar Di Tanah Dayak Makam Putri Ini Di Desa Jaar Barito Timur" http://erwansusandi-langsat.blogspot.com/2011/06/riwayat-putri-banjar-di-tanah-dayak.html
[5] Putri Banjar
di Tanah Dayak http://sutantioeka.blogspot.com/2010/10/putri-banjar-di-tanah-dayak.html
[6] Puteri Mayang Sari Di Sangarasi , http://bahasamaanyan.blogspot.com/2011/10/puteri-mayang-sari-di-sangarasi.html
[7] Puteri Mayang Sari Di Sangarasi , http://bahasamaanyan.blogspot.com/2011/10/puteri-mayang-sari-di-sangarasi.html
[8] "Riwayat Putri Banjar Di Tanah Dayak Makam Putri Ini Di Desa Jaar Barito Timur"
http://erwansusandi-langsat.blogspot.com/2011/06/riwayat-putri-banjar-di-tanah-dayak.html
[9] Putri Banjar
di Tanah Dayak http://sutantioeka.blogspot.com/2010/10/putri-banjar-di-tanah-dayak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar