Nama
: Arif Riduan
Nim : 1001340984
Mata
Kuliah : Sosiologi
Pedesaan dan Perkotaan
A. Masyarakat Gerilya
Jalan Gerilya adalah nama tempat
atau jalan yang ada di pinggiran Kota Banjarmasin, tepatnya di Kelayan B
unjung. Jalan Gerilya mempunyai dua RT yaitu RT 18 dan 27 (di depan) sedangkan
RT lainya juga ada tetapi masuk terus kedalam.
Masyarakat jalan Gerilya Kelayan B atau
yang sering disebut mayarakat Gerilya (depan) ialah masyarakat yang mempunyai
nilai solidaritas yang masih tinggi, dimana didalam kegiatan-kegiaan kewargaan
maupun kegiatan keagamaan selalu dilakukan secara gotong royong dan
bahu-membahu.
Kawasan Jalan Gerilya (depan) dihuni
oleh mayoritas penduduk asli turun temurun sudah tinggal di Gerilya sejak dulu
maupun telah lama bertempat tinggal. Perekonomian warga pun rata-rata sama
namun bermacam ragam jenis profesi,akan tetapi juga banyak warga yang nilai perekonomiannya
tergolong rendah serta menimbulkan masalah-masalah sosial seperti perkelahian,
pencurian, perjudian, dan mabuk-mabukan. dengan berbagai hal tersebut
menjadikan nilai-nilai terbentuknya solidaritas dikalangan masyarakat Gerilya
dan juga menjadi faktor utama timbulnya kesenjagangan sosial dimasyarakat.
Dengan adanya nilai-nilai
solidaritas diantara warga Gerilya maka dapat membangun kebersamaan dalam
berbagai hal, misalnya membersihkan jalan, ronda malam, kegiatan-kegiatan keagamaan,
dan lainnya bahkan solitaritas dalam hal negatif lainnya seperti perjudian,
perkelahian, pemakaian narkoba dan sebagainya. Namun bisa dikatakan antara
kegiatan yang negatif dan positif yang terjadi dimasyrakat gerilya ini
berimbang karena masih banyak juga warga yang berpegang teguh dengan
norma-norma yang berlaku.
B. Konsistensi Warga Gerilya Menjalankan Ajaran
Agama
Konsitensi
warga mayarakat Gerilya menjalankan agama dapat dilihat dari keaktivan
kegiatan-kegiatan agama yang terlaksana di musholla Tarbiyatul Islamiyah yang
berada di jalan Gerilya serta menjadi sentral peribadahan waega masyarakat
Gerilya.
Musholla yang permanaen tersebut di
bangun sekitar tahun 1960 dan sampai saat ini mengalami banyak perombakan serta
perenovasian. Mosholla tersebut dibangun warga secara gotong royong dan
musholla tersebut digunakan untuk sholat lima waktu secara berjama’ah
terkecuali sholat dzuhur dan isya dikarnakan warga yang sibuk disiang hari.
Sedangkan sholat subuh, magrib dan isya selalu dilaksanakan berjama’ah di
musholla tersebut dengan jama’ah yang cukup banyak, apabila magrib sekitar
10-20 orang, isya 10-15 orang dan subuh sekitar 5-15 orang saja.
Ketika hari raya tiba baik itu hari
raya idul fitri maupun idul adha maka musholla tersebut menjadi tempat sholat
ied untuk warga Gerilya, begitu juga dengan kegiatan keagamaan lainya seperti peringatan maulidnya
Nabi, isya mi’rajnya Nabi, dan sholat tasbih ketika nisfu sya’ban selalu
dilaksanakan dimusholla tersebut.
Musholla Tarbiyatul Islamiyah juga menjadi
pusat kegiatan keagamaan lainya seperti pelatihan seni terbang oleh Perkumpulan
Maulid Al-habsy Tarbiyatul Islamiyah, kegiatan yasinan warga dan tadarus
al-qur’an.
Konsistensi menjalankan agama pada
mayarakat Gerilya secara individual bisa dikatakan berimbang, antara warga yang
mengamalkan agama dengan warga yang tidak mengamalkan agama. Terlebih, yang
mengamalkan agama itu kebanyakannya ialah para orang tua sedangkan yang tidak
mengamalkan agama kebayakannya ialah para remaja.
Warga masyarakat Gerilya sebenarnya
mengamalkan nilai-nilai agama didalam kehidupan sehari-harinya namun hal
tersebut tidak dilakukan setiap hari. Ada warga yang sering mabuk-mabukan
tetapi ia juga sering aktif dalam kegiatan keagamaan seperti sholat maupun
puasa namun ia juga tidak bisa meningggalkan kebiasaan buruknya yakni
mabuk-mabukan. Dengan bermacam ragam perbuatan warga tersebut baik itu positif
maupun negatif, warga masih mengenal akan solidaritas yang tinggi dan bisa
dikatakan konsistensi untuk menjalankan nilai-nilai agama oleh sebagian warga
berimbang dengan warga yang tidak menjalankan nilai keagamaan.
C. Organisasi Keberagamaan
Masyarakat Gerilya mempunyai
beberapa kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lebih khusus kegiatan keagamaan yang
menjadi kegiatan rutinitas bagi Masyarakat Gerilya dalam melaksanakan
kesehariannya bermasyarakat.
Dalam berbagai kegiatan masyarakat
tersebut ada yang terselenggara oleh pemerintah dan ada yang diselenggarakan
oleh warga itu sendiri. Kegaiatan tersebut ialah:
a. Dari pemerintah, seperti adanya Rukun
Tetangga atau Rukun warga yang di masyarakat Gerilya terlaksana dengan bagus,
baik dari segi pelaksanannya maupun kegiatannya.
b. Dari warga (formal), seperti organsasi
keremajaan yakni Perkumpulan Maulid Al-Habsy Tarbiyatul Islamiah Banjarmasin
yang ditanda tangani oleh RT, Kelurahan dan Kecamatan setempat. Organisasi
tersebut dibangun untuk kegiatan warga khususnya para remaja agar para remaja
disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang positif dan menjadikan wadah untuk
menyalurkan rasa kreatifitas para remaja tentang seni terbang maulid al-habsy.
c. Dari warga (non-formal), seperti: (1)
majelis ta’lim yang dilaksanakan setiap satuu kali seminggu yakni setiap minggu
setelah sholat subuh dimusholla Tarbiyatul Islamiyah,(2) majelis ta’lim yang
dilaksanakan setiap senin pagi di tempat tinggal guru besar KH. Supian. Dimana
kedua majelis tersebut dipimpin oleh KH. Supian yang juga bertempat tinggal di
jalan Gerilya. Majelis tersebut mengkaji tentang ajaran agama seperti, akhlak,
tasawuf, fiqih, dan ajarah agama lainnya. (3) Arisan Yasinan yang dilaksanakan
setiap malam jum’at, dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan
amalan-amalan masyarakat seperti baca yasin dan tahlilan dan acara yasinan
tersebut di isi dengan ceramah agama oleh K.H. Marwan Hasan yang sering
memimpin kegiatan yasinan tersebut. (4) Rukun kematian, warga menyebutnya rukun
kematian padahal acara tersebut sejenis seperti arisan, ada warga yang
meninggal dunia maka akan dibantu oleh warga anggota rukun kematian dengan
iyuran yang telah ditetapkan.
Dari berbagai kegiatan tersebut
sampai saat ini tetap terlaksana dengan baik oleh warga masyarakat jalan
Gerilya. Selama ini didalam kegiatan tersebut tidak pernah terdapat
hambatan-hambatan yang serius, namun kegiatan tersebut khususnya kegiatan
keagamaan yang di laksanakan hanya diikuti oleh para orang-orang tua aja
sedangkan sangat jarang para remaja ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Hanya kegiatan perkumpulan maulid al-habsy saja yang sering di ikuti oleh
remaja sekita itu pun hanya sedikit selebihnya adalah anak-anak usia sekolah
dasar.
D. Masalah Yang Sering Terjadi Di Masyarakat Gerilya
Di dalam suatu kelompok masyarakat
terkadang sering dilanda beberapa masalah yang sering terjadi. Hal tersebut
juga terjadi dikalangan warga masyarakat jalan Gerilya yang juga sering terjadi
masalah-masalah sosial, terlebih masalah kenakalan remaja.
Kalangan remaja warga jalan Gerilya bisa
dikatakan sebagai penyumbang utama terjadinya masalah, misalanya penyalah
gunaan narkoba, perjudian, perkelahian, dan
asusila. Walaupun masalah yang terjadi bukan hanya dilakukan oleh para
remaja tetapi para orang tua juga sering terlibat seperti narkoba, judi dan
perkelahian namun yang lebih menonjol ialah yang terjadi dikalangan remaja.
Pengunaan narkotika khususnya
minum-minuman keras ialah salah satu masalah yang paling menonjol dan dianggap
wajar oleh remaja warga Gerilya. Minum-minuman keras seperti minuman alkohol
oplosan hampir setiap hari dikunsumsi oleh mereka, bahkan dibulan ramadhan
serta malam hari raya, seakan-akan minuman keras tersebut menjadi hal yang
biasa.
Pengguna alkohol oplosan itu ialah remaja
mulai dari usia 12-20 tahun bahkan tidak jarang orang tua yang berumur 30-50
tahun juga ikut meminum-minuman keras tersebut. Apalagi ketika ada acara
perkawinan atau acara hiburan maka disudut-sudut jalan dapat terlihat ada orang
yang mabuk-mabukan tanpa ada rasa malu mereka melakukan hal tersebut. Bukan
hanya alkohol namun jenis narkotika lainnya juga sering digunakan oleh remaja
Gerily,a seperti shabu-shabu, obat-obatan dan jenis narkotika lainnya.
E. Cara Warga Mengatasi Masalah
Peran ketua RT tentunya menjadi
peran penting untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dimasyarakat yang keras,
seperti masyarakat Gerilya. Ketua RT yang terpilih ialah seorang pigur atau
tokoh masyarakat yang disegani oleh warga, seperti halnya M. Yusuf selaku ketua
RT 18, beliau ialah orang yang cukup disegani oleh warga begitu juga Usman
selaku ketua RT 27 yang juga orang yang disegani.
Peran kedua ketua RT tersebut cukup
membantu mengurangi masalah kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat
gerilya. Seringkali ketua RT membubarkan orang-orang yang sedang mabuk-mabukan,
begitu juga masalah lainya, seperti perkelahian. Apabila terjadi perkelahian
maka ketua RT lah yang menjadi penengah dan menjadi fasilitator untuk
memusyawarahkan warga yang bertkai agar berdamai dan memaafkan.semua hal
tersebut juga sering dilakukan oleh tokoh masyarakat lainnya seperti tuan guru
dan tokoh masyarakat yang disegani.
F. Metode Dakwah Yang Ideal Bagi Warga Gerilya
Masyarakat Gerilya yang masih kental
akan nilai solidaritas kemanusiaannya maka akan cocok dengan metode dakwah
transformatif. Dakwah transformatif merupakan model dakwah, yang tidak hanya
mengandalkan dakwah verbal (konvensional) untuk memberikan materi-materi
keaagamaan kepada masyarakat, yang memposisikan da’i sebagai penyebar
pesan-pesan keagamaan, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke
dalam kehidupan ril masyarakat dengan cara melakukan pendampingan masyarakat
secara langsung. Dengan demikian, dakwah tidak hanya untuk memperkukuh aspek
relijiusitas masyarakat, melainkan juga memperkukuh basis sosial untuk
mewujudkan transformasi sosial. Dengan dakwah transformatif, da’i diharapkan
memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan
dan melakukan pendampingan masyarakat untuk isu-isu korupsi, lingkungan hidup,
penggusuran, hak-hak perempuan, konflik antaragama, dan problem kemanusiaan
yang berhubungan dengan nilai-nilai solidaritas sesama manusia.
Di sinilah, para da’i memiliki peran yang strategis dalam
mengubah pandangan keagamaan masyarakat Gerilya. Sebab, pemahaman keagamaan
masyarakat biasanya sangat dipengaruhi oleh para da’i (ustadz, dal, kyai). Oleh
karena peran mereka yang begitu besar dalam memproduksi pemahaman agama
masyarakat Gerilya, maka sangat diperlukan model dakwah yang mampu melakukan
perubahan dalam teologi dan praktik sosial.
Dalam visi transformatif, ada
kepedulian terhadap nasib sesama yang akan melahirkan aksi solidaritas yang
bertujuan mempertalikan mitra insani atas dasar kesadaran iman bahwa sejarah
suatu kaum hanya akan diubah oleh Tuhan jika ada kehendak dan upaya dan semua
anggota kaum itu sendiri. Transformasi merupakan jalan yang paling manusiawi untuk
mengubah sejarah kehidupan umat manusia. Sebab, dalam proses mi yang berlaku
adalah pendampingan dan bukan pengarahan apalagi pemaksaan. Transformasi pada
dasarnya juga adalah gerakan kultural yang didasarkan pada liberalisasi,
humanisasi, dan transendensi yang bersifat profetik. Yakni pengubahan sejarah
kehidupan masyarakat oleh masyarakat sendiri ke arah yang lebih partisipatif,
terbuka dan emansipatoris
Dakwah Nabi Muhammad bukan hanya
penyebaran akidah Islam, tetapi juga untuk mengubah struktur masyarakat yang
sudah bobrok. Nabi Muhammad berbeda dengan pendakwah lain, tidak berminat
mengajarkan moralitas individu di dalam tatanan sosial yang bobrok. Persoalan
yang dia hadapi bukanlah moralitas bawaan individu semata; bagi beliau
persoalan moral juga merupakan persoalan sosial, dan dengan demikian moralitas
barunya hanya bisa dibangun dengan jalan mengubah struktur sosial yang sudah
usang.
Dengan metode dakwah tersebut semoga
warga masyarakat gerilya akan selalu mendekatkan diri kepada Allah karena tergugah
hatinya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh da’i. Para da’i yang
menjalan dakwah tersebut juga diharap bukan hanya da’i setempat saja namun
adanya campur tangan pemerintah untuk juga ikut berperan dalam pelaksanaan
dakwah tersebut baik itu dari Departemen Agama maupun dari pihak kepolisian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar