MUHAMMAD FAJAR DAN MUHAMMAD FALDI
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, berkat inayah Allah swt. MAKALAH
“Akhlak Tasawuf INSAN KAMIL” telah selesai kami kerjakan. Tiada sedikit pun
dari kami kecuali mudah-mudahan bisa bermanfaat.
Sejalan dengan semua itu, maka
dengan segala kemampuan yang ada kami usahakan berbagai cara agar mudah
difahami.
Akhirnya, semoga Allah meridhoi
usaha kami. Dan bila ada kesalahan tulisan atau keterangan pada MAKALAH kami,
kami meminta maaf sebesar-besarnya, sebelumnya kami ucapkan terimakasih,,
“WASSALAMU
A’LAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUH”
Wassalam :
MUHAMMAD FAJAR
MUHAMMAD FADLI
A. PENDAHULUAN
Ketahuilah,
bahwasanya bab ini merupakan inti kajian dalam karya ini, bahkan semua kitab
dari zaman permulaan hingga kelak akhir jaman, akan menjelaskan inti dari bahan
ini, maka cermati betul kandungan maknahnya, agar anda bisa memahami kesejatian
Ihsan Kamil (Manusia Sempurna). Ketahulah bahwasanya manusia ang sempurna itu
satu sama lain adalah dupikat yang lainnya, kesempurnaannya tidak terkurangi
sedikit pun, melaikan dalam hal ‘Arad
(Aksiden), semisal kaki dan tangannya terpus karna sesuatu dan hal lain, atau
terlahir dalam keadaan buta atau lumpuh karna penyakit yang diderita sejak
dalam rahim ibunya (cacat bawaan). Jika tak ada kendala aksiden tersebut, maka
satu sama lain adalah cermin dan dupikat bagi insan kamil lainnya, laksana dua
cermin yang berhadap-hadapan yang satu dengan yang lain bisa melihat duplikat
dirinya. Namun demikian diantara manusia sempurna itu ada yang lebih menonjol
dalam hal kediqyaannya, ada pula yang menonjol karena perbuatannya, mereka
semua adalah manusia-manusia terkasih dan duta-duta tuhan (para Nabi dan para
wali), demikian pula strata kesempurnaan mereka satu sama lain berbeda, ada
yang sempurna ada yang lebih sempurna serta ada yang paling senpurna. Diantara
manusia sempurna itu yang paling
sempurna adalah Muhammad SAW, beliau adalah satu-satunya manusia tersempurna
disemesta alam ini, semua itu tecerminkan dalam akhlak (Moralitas) beliau,
perkataan perbuatan beliau, serta ihwal (keadaan) pun konseus beliau, pahami
dengan betul bahwa Muhammad SAW adalah hakekat Insan Kamil, adapun para kekasih
Allah (dari para nabi dan insan terkasih-Nya) sejatinya adalah pewaris
kesempurnaan beliau. Dalam kitab ini kami hanya memfokuskan kajian kepada inti
Insan Kamil, yaitu Muhammad SAW, tidak ada yang patut mmbeli dirinya dengan
gelar Insan Kamil, karn gelar itu
hanya patut disandang baginda rasulullah Muhamma SAW dalam kesempurnaan dan
keutamaan, yang sedemikian itu merupakan konsesus (Ijma;) para Ulama.
- PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Insan Kamil artinya
adalah manusia sempurna, berasal dari kata al-insan yang berarti manusia dan
al-kamil yang berarti sempurna. Konsepsi filosofid ini pertama kali muncul dari
gagasan tokoh sufi Ibnu Arabi. Oleh Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili
(1365-1428), pengikutnya, gagasan ini dikembangkan menjadi bagian dari renungan
mistis yang bercorak tasawuf filosofis.
Al-Jili merumuskan insan kamil ini dengan merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah contoh manusia ideal. Jati diri Muhammad (al-haqiqah al-Muhammad) yang demikian tidak semata-mata dipahami dalam pengertian Muhammad SAW asebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur (cahaya/roh) Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.
- LATAR BELAKANG
Nur Ilahi kemudian dikenal sebagai Nur Muhammad oleh
kalangan sufi, disamping terdapat dalam diri Muhammad juga dipancarkan Allah
SWT ke dalam diri Nabi Adam AS. Al-Jili dengan karya monumentalnya yang
berjudul al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah al-Awakir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna
dalam Konsep Pengetahuan tentang Misteri yang Pertama dan yang Terakhir)
mengawali pembicaraannya dengan mengidentifikasikan insan kamil dengan dua
pengertian. Pertama, insan kamil dalam pengertian konsep pengetahuan mengeneai
manusia yang sempurna. Dalam pengertian demikian, insan kamil terkail dengan
pandangan mengenai sesuatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan. Yang Mutlak
tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu, yakni yang baik dan sempurna.
- AJARAN INSAN KAMIL
1. Al-Islam, dimana pada
tingkat ini seseorang harus memiliki identitas keislaman yang mana identitas
itu termaktub dalam rukun Islam: syahadat, sholat, zakat, puasa, dan menunaikan
ibadah haji bagi yang mampu .
2. Al-Iman, pada tingkat ini
seseorang harus memiliki keyakinan yang teguh kepada Allah s.w.t.,
Malaikat-Malaikat Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul Alllah, Hari Akhir, dan Qadar.
3. Al-Shaleh, pada tahap ini
seseorang melaksanakan ibadah kepada Allah harus didasari oleh rasa takut
(khawf) dan harap (raja’).
4. Al-Ikhsan, dalam tahap ini
seseorang harus menempuh tujuh maqam, yaitu: tobat, inabah (tobat dari
kelalaian mengingat Tuhan), zuhud, tawakal, rela, tafwidl dalam segala hal, dan
ikhlas.
5. Al-Syahadah, pada tahap ini
seseorang akan menyaksikan keindahan dan keagungan Tuhan yang sesungguhnnya.
6. Al-Shiddiqiyah, pada tahap
ini bisa disebut juga tahap makrifat karena seseorang pada tahap ini akan
mendapatkan cahaya kebenaran secara berangsur dari asma-Nya hingga zat-Nya,
yaitu:
a. ‘ilm
al-yaqin, pada tingkat ini seorang sufi disinari oleh asma Tuhan.
b. ‘ayn
al-yaqin, pada tingkat ini seorang sufi disinari oleh sifat Tuhan.
c. haqq
al-yaqin,pada tingakat ini seorang sufi disinari oleh zat Tuhan.
7. Al-Qurbah,
pada tahap ini seseorang akan mendapatkan kedudukan di sisi Tuhan paling
terdekat dengan-Nya, dan ada empat pendekatan kepada Allah, yaitu:
a. al-Khullah, adalah sebuah persahabatan dengan Tuhan, sehingga Tuhan dikenal secara intim. Dengan demikian sufi senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
a. al-Khullah, adalah sebuah persahabatan dengan Tuhan, sehingga Tuhan dikenal secara intim. Dengan demikian sufi senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
b. al-Hubb, adalah sebuah percintaan antara sufi dan Tuhannya, sehingga yang satu merasakan apa yang dirasakan oleh yang lainnya.
c. al-Khiram, adalah sebuah pencitraan Tuhan secara utuh terhadap seorang sufi, tetapi kesempurnaan Tuhan tidak tercapai oleh sufi secara keseluruhan, karena kesempurnaan-Nya tidak terbatas.
d. al-Ubudiyah, adalah sebuah penghambaan seorang sufi terhadap Tuhannya, karena bagaimana pun ia tidak akan dapat menjadi Tuhan.
- ANALISIS
Seandainya kita cermati dan diteliti bahwasanya yang menyandang dari
gelar Insan Kamil “manusia sempurna” itu adalah orang-orang yang benar-benar
mulia. Dan sifat sempurna inilah yang patut ditiru oleh
manusia. Seseorang yang makin memiripkan diri pada sifat sempurna dari Yang
Mutlak tersebut, maka makin sempurnalah dirinya. Insan Kamil terkait dengan
jati diri yang mengidealkan kesatuan nama serta sifat-sifat Tuhan ke dalam
hakikat atau esensi dirinya. Dalam pengertian ini, nama esensial dan
sifat-sifat Ilahi tersebut pada dasarnya juga menjadi milik manusia sempurna
oleh adanya hak fundamental, yaitu sebagai suatu keniscayaan yang inheren dalam
esensi dirinya. Hal itu dinyatakan dalam ungkapan yang sering terdengar, yaitu
Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi manusia dan manusia menjadi cermin bagi
Tuhan untuk melihat diri-Nya.
Bagi al-Jili, manusia dapat mencapai jati diri yang
sempurna melalui latihan rohani dan mendakian mistik, bersamaan dengan turunnya
Yang Mutlak ke dalam manusia melalui berbagai tingkat. Latihan rohani ini
diawali dengan manusia bermeditasi tentang nama dan sifat-sifat Tuhan, dan
mulai mengambil bagian dalam sifat-sifat Illahi serta mendapat kekuasaan yang
luar biasa.
- PENUTUP
Seorang
manusia yang menyandang Insan kamil sebagaimana yang dikemukakan Ibn ‘Arabi
adalah merupakan manusia yang telah mencapai perkembangan spiritual tingkat
tinggi dan secara sempurna mencerminkan citra Tuhan. Dan secara etimologi kata
‘Insan Kamil’ berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kalimat; al-insan
dan al-kamil. Kata insan, dipandang berasal dari turunan beberapa kata.
Misalnya saja uns, yang artinya cinta. Dan ada yang memandang berasal dari
turunan kata nas, yang artinya pelupa, karena manusia sendiri secara historis
berasal dari suatu lupa dan akan berakhir dengan lupa. Ada juga yang berpendapat bahwa itu berasal
dari ‘ain san, yang artinya ‘seperti mata’. Namun dalam artian umum biasanya
berarti manusia. Kata kedua, kamil, yang artinya adalah ‘sempurna’, yang
menurut Murtadla Muthahhari kata ini sangat tepat sekali digunakan oleh
al-Jilli, karena selain kata ini ada juga kata yang mirip artinya tetapi sangat
berbeda maknanya, yaitu tamam (lengkap).
Kekuatan
kata kamil (sempurna), menurutnya, melebihi kata tamam (lengkap). Karena kamil
menunjukan sesuatu yang mungkin saja lengkap, namun masih ada kelengkapan lain
yang lebih tinggi satu atau beberapa tingkat, dan itu lah yang disebut kamil
(sempurna). Menurut al-Jilli, Lawh al-Mahfuzh yang dipandang sebagai
ketentuan-ketentuan dan catatan-catatan ilmu Tuhan tentang makhluk-Nya identik
dengan al-Nafs al-Kulliyah (jiwa universal) atau dalam bahasa Hallaj adalah
‘nur muhammad’ yang secara paripurna dapat ber-tajjali pada Insan Kamil, dan
manjadi perantara antara Tuhan dan makhluk, karena ia (Insan Kamil) adalah
khalifah yang diutus untuk menjaga dan melestarikan alam semesta. Dan ‘hakikat
muhammadiyah’ ini dalam pandangan al-Jilli sendiri adalah sebagai makhluk dan
bersifat baharu. Tidak seperti pandangan Ibn ‘Arabi yang menganggapnya qadim
dan baharu, dan Al-Halaj menganggapnya qadim saja.
Hakikat Muhammad sebagai makhluk pertama yang diciptakan Tuhan di dalam ilmu-Nya, itu seperti cahaya Tuhan yang menerangi-Nya dari ketiadaan (nihilo).
Hakikat Muhammad sebagai makhluk pertama yang diciptakan Tuhan di dalam ilmu-Nya, itu seperti cahaya Tuhan yang menerangi-Nya dari ketiadaan (nihilo).
‘’Kesempurnaan
hanyalah milik ALLAH”
DAFTAR PUSAKA
v
-Syekh. Abd. Karim Ibnu Ibrahim Al_Jaili /INSAN KAMIL/ Ikhtiar memahami kesejatian manusia dengan
sang khaliq hingga akhir zaman
v -http://sufiroad.blogspot.com/2009/01/insan-kamil.html
v -http://tulizan.blogspot.com/2010/07/konsep-insan-kamill-abdul-karim-al.html
v http://permainankata.blogspot.com/2010/09/insan-kamil.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar