LAELAL HAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Terapi gestalt yang di kembangkan oleh Frederic Perls adalah bentuk
terapi eksistensial yang berpijak pada individu-individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap ingin
mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi
gestalt terfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini
dan sekarang dengan memadukan bagian bagian kepribadian yang terpecah dan tak
di ketahui.
Asumsi dasar terapi gestalt adalah bagaimana individu-individu
mampu menangani sendiri masalah-masalahnya secara efektif. Tugas utama terapis
adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan
sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan
dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu, terapi gestalt pada dasarnya
noninterpretatif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri.
Mereka membuat penafsiran-penafsiran nya sendiri, menciptakan
pertanyaan-pertanyaannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri.
Akhirnya klien di dorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini dan
sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami
konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa
memperluas kesadarannya.
B.
Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang muncul berkaitan dengan terapi
gestalt, yakni:
Pengertian
gestalt.
Tokoh-Tokoh
teori Gestalt.
Bagaimana
konsep dasar dalam terapi gestalt.
Seperti
apa pandangan terapi gestalt mengenai manusia.
Apa
saja sumber masalah dalam terapi gestalt.
Bagaimana
tekhik terapi gestalt.
Serta
apa saja tujuan terapi gestalt.
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari pembahasan mengenai terapi gestalt,
ialah sbb:
Mengetahui
pengertian Gestalt.
Mengetahui
Tokoh-Tokoh teori Gestalt.
Mengetahui
konsep dasar dalam terapi gestalt.
Mengetahui
pandangan terapi gestalt mengenai manusia.
Mengetahui
sumber-sumber masalah dalam terapi gestalt.
Mengetahui seperti apa tekhnik terapi gestalt.
Serta
mengetahui tujuan tujuan dari terapi gestalt.
D.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang di gunakan dalam pembuatan makalah ini
ialah metode kepustakaan yakni dengan mengumpulkan buku-buku yang relevan
dengan pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gestalt
Psikologi
Gestalt adalah suatu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai
suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam psikologi gestalt disebut
phenomena (gejala), sebab dalam suatu gejala terdapat dua unsur yakni objek dan
arti. Objek adalah sesuatu yang dapat dideskripsikan setelah objek tersebut
ditangkap oleh indra. Pada objek tersebut kiata akan memberikan arti dan
sekaligus kita mendapatkan suatu informasi dari objek tersebut.
B. Tokoh-Tokoh Gestalt
MAX
WERTHEIMER (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga
serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada
tanggal 15 April 1880. Bersama-sama
dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941), dia melakukan
eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Konsep penting
teori psikologi Gestalt yaitu phi phenomenon. Phi phenomenon
yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah
dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia
melakukan interpretasi. Pada tahun
1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation
of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a)
Hukum Kedekatan (law of Proximity)
Bahwa
unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang
pengamatan akan di pandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya:
Ketika kita memasuki ruangan 302 USD Kampus 3, kita akan menemui banyak meja,
tapi kita akan lebih mudah melihat banyak meja tersebut dengan pengelompokan
meja yang telah diatur menjadi 3 baris.
a)
Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
Bahwa
orang akan cenderung mengisi kekosongan suatu pola objek atau pengamatan yang
tidak lengkap, Contohnya: Ketika kita sedang membaca bacaan, yang saat
itu huruf-hurufnya terpotong-potong karena tinta hasil fotocopy yang kurang
jelas. Akan tapi pada akhirnya kita dapat membaca tulisan tersebut dengan
memperkirakan huruf apa saja yang tertulis.
b)
Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
Bahwa
sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan di pandang sebagai suatu objek
yang saling memiliki. Pada contoh disamping, umumnya orang akan
cenderung melihat delapan kolom yang vertical dibanding empat baris yang
horizontal, sebab adanya kemiripan atau kesamaan yang membentuk arah vertical.
WOLFGANG KOHLER (1887-1967)
Kohler
lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Ia mengadakan
penyelidikan terhadap inteligensi kera. Yang kesimpulannya bahwa apabila
organisme menghadapi suatu masalah atau problem maka akan terjadi ketidak
seimbangan kognitif sampai masalah itu selesai.
KURT KOFFKA (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886.
Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh
Universitas Berlin pada tahun 1908. Sumbangan
Koffka terhadap psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari
prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi,
belajar, mengingat, hingga psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka
tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan
prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
C.
Konsep Dasar Terapi Gestalt
Terapi
gestalt adalah suatu terapi eksistensial yang menekankan kesadaran “di sini”
dan “sekarang”. Fokus utamanya adalah pada ” apa dan “bagaimana
nya” tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau
yang menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara afektif. Konsep
utamnya mencakup penerimaan tanggung jawab pribadi, hidup pada saat sekarang,
pengalaman langsung yang merupakan kebalikan dari membicarakan
pengalaman-pengalaman abstrak, penghindaran diri, urusan yang tak selesai dan
penembusan jalan buntu.
Psikologi
gestalt, meski di pengaruhi oleh psikoanalisis, bukan merupakan terapi yang
interpretatif. Pendekatan ini menitikberatkan pada semua yang timbul pada saat
ini. Pendekatan ini di sebut ahistorik karena tidak memperhatikan masa lampau,
dan juga pendektan ini tidak memperhatikan yang akan datang. Perls mengatakan
bahwa yang lalu sudah tidak ada lagi, sedangkan yang akan datang belum ada,
jadi yang ada adalah saat ini. (perls 1970).
Seperti
juga pada psikologi humanistik lainnya, pendekatan gestalt juga beranggapan
bahwa organisme mempunyai potensi untuk menentukan dirinya sendiri. Ia
mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya.
Psikoterapi
gestalt ini di temukan oleh Frederic S. Pearl (1894-1970) yang di dasari oleh
empat aliran, yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme. Menurut
perls individu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari
bagian-bagian atau organ-organ semata individu yang sehat adalah yang seimbang
antara ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara
keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi gestalt.
Menurut perls, banyak sekali manusia yang mencoba menyatakan apa yang
seharusnya dari pada menyatakan apa yang sebenarnya.
D.
Pandangan Teori Gestalt Mengenai Manusia
Pandangan gestalt tentang manusia berakar pada filsafat
eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti
perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan
mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, gestalt
berfokus pada pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan
dikotomi-dikotomi dalam diri. Pandangan gestalt adalah bahwa individu memiliki
kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi
yang terpadu.
Fritz Perls
menggunakan terapi Gestalt secara paternalistik. Klien harus tumbuh dan berdiri
diatas kedua kakinya, dan mempersoalkan masalah hidupnya sendiri (Perls,
1969a). Gaya melakukan terapinya meliputi dua agenda personal : memindahkan
klien dari dukungan/pengaruh lingkungan pada dukungan/ pengaruh dirinya sendiri
dan memadukan kembali bagian bagian kepribadian yang di ingkari. Jelasnya, cara
kerja perls, terapi Gestalt secara kontemporer menekankan dialog anatara klien
dan ahli terapi.
Pandangan Gestalt pada perangai manusia berdasarkan pilosofi eksistensial,
fenomenologi, dan teori lapangan. Tujuan terapi bukan pada analisis tetapi pada
kesadaran dan hubungan dengan lingkungan. Dimana lingkungan terdiri dari dunia
eksternal dan internal.
Assumsi Dasar terapi Gestalt yakni bahwa individu memiliki kapasitas untuk
“mengatur diri” dalam lingkungannya ketika menyadari apa yang terjadi dalam
lingkungannya.
E.
Sumber Masalah Dalam Terapi Gestalt
SAAT
SEKARANG
Salah satu sumbangan utama dalam terapi gestalt adalah penekanannya
pada di sini dan sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami
sepenuhnya saat sekarang. Keadaan sekarang merupakan masa yang paling penting
dalam terapi gestalt.
E Polster dan
Polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “kekuatan adalah keadaan yang ada saat
ini”. Banyak orang menghabiskan energinya untuk menangisi kesalahan masa
lalunya. Untuk membantu klien menjalin hubungan dengan saat sekarang, pelaksana
terapi gestlat terfokus pada beberapa pertanyaan “apa” dan “bagaimana”
bukan “mengapa”. Seperti :Apa yang terjadi sekarang ini? Apa yang
sedang berlangsung sekarang? Apa yang anda alami sekarang? Dan lain sebagainya.
URUSAN YANG TAK SELESAI
Dalam terapi
gestalt, ada yang di sebut konsep urusan yang tak selesai, yakni mencakup
perasaan-perasaan yang terpendam seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit
hati, kecemasan,rasa berdosa dan sebagainya. Urusan yang tak selesai ini tetap
bertahan sampai individu menghadapi dan mempermasalahkan perasaan-perasaan yang
terpendam. Perasaan yang tidak di kenal menimbulkan emosi yang tidak perlu yang
dapat mengacaukan kesadaran yang ada saat sekarang. Menurut perls, rasa sesal
atau dendam paling sering menjadi sumber dan menjadi bentuk urusan tak selesai
yang paling buruk, karena menurut pandangan perls, rasa sesal menjadikan
individu terpaku, yakni dia tidak bisa mendekati atau pun terlibat dalam
komunikasi yang otentik sampai dia mengungkapkan rasa sesalnya itu.
Mengungkapkan rasa sesal menurut perls adalah suatu keharusan karena rasa sesal
yang tak terungkapkan sering kali akan berubah menjadi perasaan berdosa.
F.
Tekhnik Terapi
Gestalt
Levitsky dan
perls (1970) membuat diskripsi yang jelas mengenai sejumlah intervensi yang
dapat di gunakan dalam terapi gestalt, yakni di antaranya:
PERMAINAN DIALOG
Salah satu
tujuan dari pada terapi gestalt adalah untuk memadukan fungsi dan penerimaan
aspek-aspek kepribadian yang sudah di tunjukkan akan tetapi di tolak. Terapi
gestalt memberikan perhatian penuh terhadap fungsi kepribadian ganda. Bagian
utamanya adalah antara “to dog” dan “under dog” dan terapi di fokuskan pada
pertentangan keduanya. Dalam hal ini kelompok top dog merasa selalu benar,
berkuasa, bermoral, menuntut, jadi atasan serta manifulatif. Sedangkan kelompok
under dog sebaliknya, selalu merasa menjadi korban aturan, tidak mendapat
pertolongan dan lemah, serta tidak punya kekuasaan apapun. Kaum top dog
berkarakter tirani dan selalu main tunjuk sedangkan under dog selalu melanggar
aturan. Konflik ini akan menimbulkan kepribadian yang egois dan memerlukan
sebuah dialog internal dalam tahap terapinya. Kemudian konflik antara dua sisi
kepribadian yang berlawanan itu berakar pada mekanisme introyeksi yang
melibatkan penggabungan aspek-aspek dari orang lain ke dalam sistem individu.
PERMAINAN MELEBIH LEBIHKAN
Permainan ini
berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda atau
isyarat-isyarat halus yang di kirimkan oleh seseorang melalui bahsa tubuh.
Karena gerakan-gerakan, sikap-sikap badan, mimik muka dapat mengomunikasikan
makna-makna yang penting. Begitu pula isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Jadi
dalam hal ini klien di minta untuk melebih lebihkan gerakan-gerakan atau mimik
muka secara berulang ulang, yuang biasanya mengintensifkan perasaan yang berkaitan
dengan tingkh laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas. Dalam
hal ini misalanya tersenyum sambil mengungkapkan kesakitan atau perasaan yang
negatif, gemetar di sertai dengan menggoyang goyangkan kaki dan tangan, duduk
lunglai, dan sebagainya. Tekhnik ini sering membawa hasil bahwa klien mulai
sungguh sunguh mendengar dan di dengar oleh dirinya sendiri.
G.
Tujuan Terapi
Gestalt
Tujuan dasar
terapi gestalt adalah memperoleh kesadaran atau membantu klien agar menemukan
pusat dirinya, kesadaran itu meliputi pengetahuan tentang lingkungan,
pengetahuan tentang pribadi seseorang, menerima seseorang serta mampu menjalin
hubungan. Meningkatkan dan memperkaya kesadaran di pandang sebagai langkah
kuratif. Tanpa penyadaran klien tidak akan memiliki alat untuk merubah
kepribadian. Kemudian melalui keterlibatan yang kreatif dalam proses terapi
gestalt, zinker (1978) mengharapkan klien akan:
Meningkatkan
kesadaran diri.
Secara
bertahap, dapat mengambil hikmah pengalaman.
Mengembangkan
kemampuan dan memperoleh nilai untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus melanggar
hak orang lain.
Lebih sadar
akan perasaannya.
Belajar
bertanggung jawab pada apa yang mereka lakukan, termasuk menerima konsekwensi
perbuatannya.
Serta mampu
meminta dan mendapat pertolongan dan menolong orang lain.
BAB
III
SIMPULAN
Terapi gestalt
merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan pengalaman yang menekankan
kesadaran yang ada saat ini dan yang menekankan kualitas hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Tujuan pendekatan ini adalah terlebih dahulu
hanyalah untuk mencapai kesadaran. Tujuan terapik yang lain adalah untuk
membantu klien dalam untuk mengeksplorasikan bagaimana mereka menjalin hubungan
dengan unsur-unsur lingkungannya. Perubahan terjadi seiring dengan tingginya
tingkat kesadaran akan apa yang ada.
Terapi gestalt
menyajikan intervensi dan tantangan yang di perlukan, yang dapat membantu
individu memperoleh pengetahuan dan
kesadaran untuk melangkah menuju pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami
penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu akan
penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga kemudian bisa mengumpulkan
kekuatan dan energi guna mendapatkan keberadaan yang lebih otentik. Terapi
gestalt sendiri memiliki sasaran dasar yang penting yakni menantang individu
atau klien agar berpindah dari “di dukung oleh lingkungan” menjadi “di dukung
oleh diri sendiri”. Menurut perls, sasaran terapi adalah menjadikan klien tidak
tergantung pada orang lain, menjadikan klien menemukan sejak awal bahwa dia
bisa melakukan banyak hal, lebih banyak dari pada apa yang di pikirkannya.
Dengan begitu individu dapat menangani sendiri masalah masalah hidupnya secara
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald, Teori Dan Praktik Konseling Dan Psikoterapi.
Bandung, PT. Refika Aditama, 2003.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Berkenalan Dengan Aliran Aliran Dan
Tokoh Tokoh Psikologi.Jakarta, Bulan Bintang.
Sujanto, Agus, Psikologi Umum. Jakarta, Bumi
Aksara, 1993.
Prawitasari, Dkk, Psikoterapi. Yogyakarta,
Pustaka Pelajar Offset, 2002.
Willis, Sofyan, Konseling keluarga.Bandung,
Alfabeta, 2009.