Selasa, 17 Desember 2024

Naskah Drama Teater: Nasib Cinta Diujung Pengayuh



NASIB CINTA DIUJUNG PANGAYUH

Karya Arif Riduan

Inspirasi dari Cerita Dari Kisah Cinta Si Kembar Sukmaraga & Fatmaraga kepada Putri Junjung Buih

Back Sound Pembuka:

( Suara kakek tua, yang sakit sakitan)

ANAKKU MANDASTANA, JAGA DAN SAYANGILAH ADIKMU HINGGA AKHIR HAYATMU, TEGUR DAN BIMBING DIA JIKA MELAKUKAN KESALAHAN. KAU ADALAH PEMIMPIN YANG SANGAT BIJAKSANA, HATIMU LEMBUT AKAN SELALU MAMPU MENENANGKAN SIAPA SAJA YANG MARAH.

WAHAI ANAKKU LAMBU MANGKURAT, KAMU ADALAH PEMIMPIN YANG SANGAT PEMBERANI DAN BAIK HATI KEPADA RAKYAT. JANGAN BERTENGKAR DENGAN SAUDARAMU. SEPENINGGALKU HIDUPLAH DENGAN RUKUN

ADA WASIAT PENTING YANG KUSAMPAIKAN KEPADA KALIAN. KITA INI BUKANLAH KETURUNAN KAUM RAJA, KITA HANYALAH PEDAGANG YANG DIMINTA RAKYAT UNTUK MEMPIMPIN NEGERI INI. JIKA NEGERI INI TIDAK DI PIMPIN OLEH RAJA YANG BENAR BENAR KETURUNAN DARI KAUM RAJA MAKA MALAPETAKA BESAR AKAN MELANDA NEGERI INI

dilanjutkan dengan lagu :

Kasih, kasih pang putus ditengah jalan

Bambang Sukma raga, Fatma Raga

Lawan seri junjung buih, oh kasian

( Awal lagu dari lagu Kasih Putus Di Luhuk Badangsanak) Link ada diakhir


Episode 1

Lampu nyala perlahan

(Suasana set panggung Balai persidangan kerajaan, yang sedang mengadakan rapat, dihadiri beberapa pengurus kerajaan, ada bangku raja dan yang lain duduk dilantai, karpet mewah )

Lambu : terima kasih wahai semua menteri kerajaan yang sudah berhadir pada sidang kali ini, silahkan panglima perang sampaikan laporan ke depan

Panglima : daulat paduka mulia, izin untuk berdiri didepan

Lambu : silahkan panglima yang gagah perkasa

Panglima : laporan kali ini masih sama seperti kemarin paduka. Kerjaan kita aman, rakyat setia, pasukan dan bala tentara tercukupi serta sejahtera. Tidak ada tanda tanda serangan dari musuh diberbagai wilayah. Jika pun ada bala tentara kita siap siaga selalu

Lambu : terima kasih wahai panglima, silahkan duduk kembali

Lambu : perdana menteri, silahkan

Perdana : daulat paduka mulia, izin berdiri ke depan

Lambu : silahkan ke depan dan laporkan keadaan rakyat kita saat ini

Perdana : rakyat aman dan sejahtera yang mulia, tahun ini panen raya berhasil, rakyat senang gembira dengan hasil pertanian mereka. Pada sektor pedangan juga bagus, para pedagang luar pulau dan luar negeri juga masih bersandar dipelabuhan kita. Ekonomi rakyat bagus tidak ada kendala. 

Lambu : terima kasih perdana menteri yang bijaksana atas laporannya. Semoga kerjaan kita selalu di berkahi oleh yang kuasa, silahkan duduk kembali

Lambu : wahai kakanda Mandastana, silahkan maju ke depan ada sesuatu hal yang penting untuk kita bicarakan bersama

Mandastana : daulat adinda raja

Lambu : jangan sungkan seperti itu kakanda ( Mandastana ke depan)

Lambu : wahai panglima, perdana menteri, para tokoh kerajaan dan menteri menteri lainnya, ketahuilah saya dan kanda Mandastana bukanlah keturunan dari kalangan raja, kami hanyalah keturunan pedagang yang diangkat menjadi raja oleh rakyat

Panglima : daulat paduka mulia, ayahanda paduka adalah seseorang yang sangat di hormati dan dicintai oleh rakyat, sehingga di angkat jadi raja untuk memimpin tanah negeri ini

Perdana : daulat paduka mulia, betul apa yang dikatakan panglima, yang mulia raja dan yang mulia Mandastana adalah orang yang kami cintai, begitu pula rakyat, sehingga dari kalangan apapun yang mulia berdua adalah raja bagi kami, pemimpin tanah ini

Mandastana : sebelum Empu Jatmika, ayahanda kami wafat, beliau berpesan agar tanah ini dipimpin oleh seseorang yang benar benar keturunan dari kaum raja, bukan dari kami yang hanya keturunan kaum pedagang, Jika ingin terhindar dari mala petaka yang besar, maka harus dipimpin oleh keturunan kaum raja

Lambu : kami tak ingin negeri ini dilanda malapetaka, kami tak ingin negeri ini hancur karna kualat dengan aturan leluhur bahwa raja mesti keturunan dari raja, sedangkan kami bukan

Perdana : jadi apa langkah yang harus kami ambil, wahai paduka ?

Lambu : satu satunya jalan ialah menjodohkan Putri Junjung Buih dengan seseorang keturunan raja, entah itu kerajaan apa, yang peting dia adalah keturunan dari kaum raja


Perdana : maksudnya Putri junjung buih harus di nikahkan dengan seorang raja, lalu ketika mempunyai anak, maka anaknya adalah keturunan raja, itu kah maksudnya yang mulia ?

Lambu : betul sekali, menikahkan putri junjung buih dengan seorang berdarah raja, maka ketika mereka memiliki anak maka ia memiliki darah seorang raja dan negeri ini terhindar dari malapetaka

Mandastana : bagaimana jikalau putri junjung buih tidak mau di jodoh kan ?

(Hening)

Panglima: daulat paduka mulia, iya bagaimana jikalau ada seseorang yang membuat putri junjung buih jatuh cinta, tetapi bukan dari keturunan raja dan sehingga putri menolak untuk dijodohkan ?

(Kembali hening, raja berpikir sejenak)

Lambu : JIKA ADA MEMBUAT PUTRI JUNJUNG BUIH JATUH CINTA SEHINGGA PUTRI JUNJUNG BUIH MENOLAK UNTUK DIJODOHKAN, MAKA KETAHUILAH ORANG ITU BERARTI IA TELAH MENYERAHKAN NYAWANYA UNTUK DI AMBIL, TANGANKU SENDIRILAH YANG AKAN MENGAMBIL NYAWAN ITU( keras, agak marah)

(semua tercengang, tak menyangka sang raja, berbicara seserius itu)

( Lampu redup)


Episode 2

Set panggung seperti taman / tanah lapang / pelataran kerajaan

( Putri junjung buih, bermain ria dengan teman temannya datang dayang kerajaan)

Dayang 1 : gak sabar mau lihat lelaki yang beruntung menikahi putri cantik jelita ini

Putri : apa sih kalian ini

Dayang 2 : denger denger putri akan di jodohkan

Dayang 1 : siapa tuh, si jodoh itu, pasti ganteng ( mereka mengejek)

Putri : aku tidak mau dijodohkan, aku ingin menikah dengan seseorang yang aku cintai

Dayang 2 : katanya kalau dijodohkan itu, awalnya memang canggung tapi lama kelamaan seiring waktu bakalan jatuh cinta juga

Dayang 1 : bukankah dijodohkan itu adalah hal yang biasa ?, ayah dan ibuku juga dulunya di jodohkan

Putri : tapi yaaaa, gimana yaaa, pokoknya aku gak mau, aku mau menikah dengan pilihanku sendiri

(Masuklah Sukma dan Fatma, anak kembar, yang gagah rupawan, anak dari Mandastana, kakak Lambu Mangkurat)

Dayang 1 : putri dua lelaki tampan itukan yang putri maksud ?

Putri : ih apaan sih 

( Si kembar mendekat)

Fatma : Kanda dengar dengar, putri cantik ini sedang mencari jodoh ?

Sukma : apakah kanda berdua ini boleh ikut serta, siapa tau kita berjodoh ?

Putri : jika kanda berdua ikut serta, sungguh putri tidak mampu untuk menentukan pilihan Kanda Fatma atau Kanda Sukma

Dayang 1 : tidak boleh gitu, pilih satu saja, dan satu buat saya ( senyum senyum merayu)

Dayang 2 : kalau bisa sih jangan pilih keduanya, biar kanda Sukma dan Kanda Fatma, buat kami berdua saja ( malu malu sendiri)

Fatma : jika sudah begini, kanda jadi merasa menjadi orang yang paling rupawan didunia ini, diperebutkan wanita wanita cantik seperti kalian

Putri : siapa yang berebut, hmmmmm ( merajuk manja)

Sukma : Putri, kalau berajuk seperti ini, muka nya semakin cantik

Fatma : betul sekali, adinda putri ini merengut saja sudah cantik, apa lagi tersenyum, cantik berseri sekali 

( Putri tersenyum tersipu malu )

Dayang 1 : Ah, kakanda berdua ini suka sekali merayu, aku juga mau dong dirayu

Dayang 2 : rayu aku juga wahai kanda

Fatma : adinda adinda, ketahuilah ini semua bukan rayuan

Sukma : benar sekali, ini bukanlah rayuan, melainkan kata hati yang tersirat dari lubuk hati yang paling dalam 

Dayang 1 : ayolah putri, pilih satu dari dua kakanda ini, biar yang tak terpilih buat saya 

Dayang 2 : enak saja, ya buat saya lah, yaa kan kanda ?

(Suasana semakin ramai, ceria, canda tawa)

Putri : Kanda Fatma , adinda mau bertanya, jika seandainya adinda lebih memilih kanda Sukma bagaimana ?

Fatma : belum terjadi saja hati kakanda sudah remuk, tak sanggup rasanya melanjutkan hidup ini

(Putri menghela napas)

Putri : Kanda Sukma, bagaimana jika adinda lebih memilih kanda Fatma ?

Fatma : dunia akan gelap gulita, dan pasti kanda tak ingin lagi tinggal dunia ini. Sebab apalah gunanya hidup bila tanpa putri nan cantik jelita ini

Putri : jika demikian adinda pun tak ingin kehilangan kakanda berdua, dan juga tak mampu memilih salah satu dari kakanda berdua

( Lalu sang putri memberikan tanda mata, sejenis bunga langka yang selalu dibawanya yang bernama Kembang Nagasari, masing masing satu kepada kedua pangeran kembar)

Putri : ini adalah kembang nagasari yang tak dimiliki oleh orang lain, putri berikan kepada kanda berdua, siapa yang bisa menjaga bunga ini maka dialah yang putri pilih. Meskipun sulit, tetapi putri harus memilih

Sukma : kanda akan jaga segenap jiwa dan nyawa kanda agar bunga ini tetap terjaga

Fatma : nyawapun akan menjadi taruhan demi bunga ini wahai adinda 

Putri : dan siapa yang menghilangkan atau merusak bunga ini, berarti harus ikhlas pula kehilangan adinda

(Lampu redup)


Episode 3

Suasana pang seolah didalam istana, ditandai dengan kerpet merah, balai persidangan

(Lampu menyala)

Lambu : ayahanda tidak setuju jika kamu menikah dengan anak paman Mandastana , baik itu Sukma atau Fatma (marah )

Putri : bukankah ayahanda juga juga menyayangi mereka seperti anak ayahanda sendiri ?

Lembu : betul, ayahanda sayang sekali dengan mereka bedua, sebagaimana ayahanda menyayangi kamu, tapi bukan untuk dijadikan menantu

Putri : mereka pintar, pandai dalam berbagai hal, juga dari keluarga terhormat, anak paman Mandastana, kakak ayahanda sendiri, masalahnya dimana ?

Lembu : masalahnya mereka bukan dari keturunan raja

Putri : aku pun sama 

Lembu : itulah masalahnya, negeri ini akan dilanda oleh malapetaka yang besar jika tidak dipimpin oleh seseorang yang benar benar keturunan dari kaum raja

Putri : ayahanda lebih memilih kerajaan ini, lebih sayang dengan kerajaan ini, lebih memilih kehilangan kebahagian anaknya 

Lembu : bukan sekedar kerjaan wahai anakku, tapi juga ada kamu dikerajaan ini, ada rakyat yang tak berdosa, jika malapetaka melanda negeri ini, semua akan hancur lebur

(Putri menangis dan masuk ke kamar (keluar set panggung)

Lembu : putri .. ! Putri ! Dengarkan ayah sebentar ( putri tak hiraukan)

(Hening)

(Lembu Mangkurat berbicara dengan diri sendiri)

Lembu : mana mungkin kubiarkan malapetaka akan melanda negeri ini, wasiat dari Ayah kami empu jatmika harus dilaksanakan segera, mau tak mau Fatma dan Sukma harus lenyap dari kehidupan putri junjung buih)

(Lampu redup perlahan)



Episode 4

(Suasana panggung rumah Mandastana diruang keluarga yang berbicara dengan kedua anak kembarnya dan ibunya sikembar)

Mandastana : ayah tidak tau lagi cara untuk melarang kalian bertemu putri junjung buih, paman kalian Lambu Mangkurat pasti akan marah 

Fatma : tidak bertemu lagi pun kami sudah saling mencintai

Mandastana : cinta seperti apa yang kalian harapkan, kita bukanlah kalangan kaum raja, paman kalian Lambu Mangkurat pun sudah pasti tidak menyetui hubungan kalian

Sukma : apakah ayahanda setuju, salah satu dari kami menikah dengan putri junjung buih ?

Mandastana : ayahanda tak mampu menjawab pertanyaan itu

Fatma : kami sepakat, akan mengiklaskan siapa yang diantara kami yang tidak dipilih oleh putri junjung buih

Sukma : kami akan menerima dengan hati yang lapang jika salah satu dari kami kalah dari persaingan ini

Mandastana : bukan itu yang ayahanda takutkan

(Lalu masuk seorang panglima)

Panglima : Daulat Mulia Mandastana, izin menyampaikan pesan dari Paduka Lambu Mangkurat, beliau mengajak pangeran Sukma dan pangeran Fatma untuk menjala ikan di sungai hulu. Dan beliau sudah menunggu dimuara.

Mandastana : terima kasih wahai panglima

Panglima : Saya memohon izin untuk pamit 

( Mandastana mengangguk mempersilahkan, panglima pun pergi)

( Mandastana menghela napas panjang)

Mandastana : ini lah yang ayahanda takutkan 

Fatma : apakah kami akan dibunuh oleh paman ?

Mandastana : sepertinya

Sukma : tak mungkin paman seperti itu, beliau begitu sayang dengan kami

Fatma : beliau begitu hormat pula dengan ayah sebagai kakaknya

Mandastana : ayahanda tau pamanmu itu sangat sayang dengan kalian berdua, namun ayahanda juga tau bahwa paman kalian itu sangat taat dan berpegang teguh pada ajaran leluhur

Mandastana : kisah cinta kalian, hanya akan menghancurkan negeri ini

(Sukma dan Fatma keluar set panggung, dan mereka masing masing mengambil batang bunga dan memberikannya kepada orang tua mereka)

Fatma : ayahanda simpanlah bunga ini, jika bunga ini rontok atau rusak tangkainya maka ikhlaskan lah kepergian anakmu ini ( memberikan bunga kepada Mandastana )

Sukma : wahai ibunda, jika bunga ini patah ataupun rontok dedaunannya, maka ketahuilah anakmu ini tidak akan lagi pulang kerumah ini, selamanya

( Beranjak, ingin keluar set panggung)

Mandastana : bisakah kalian berdua, untuk tidak pergi

Sukma : kami akan pulang wahai ayahanda

Fatma : paman adalah orang yang baik, dan sayang dengan kami

( Mereka keluar set panggung, Mandastana dan istri melepaskannya dengan pilu dan sedih )

(Lampu redup)

Episode 5 

Set panggung kini seperti layar wayang, akting di alihkan ke layar putih yang di terangi lampu, sehingga lakon menjadi seperti pertunjukan wayang yang hanya menampilkan bayang bayang dari cahaya lampu dari belakang layar dan drama dilakukan dibalik layar putih)

Seolah olah mereka sedang berada di perahu/ sampan / jukung dengan satu pengayuh (dayung kayu) yang dipegang oleh Lembu Mangkurat, mereka mencari ikan dengan cara di jala / lunta, namun dinaskah ini di peragakan dengan memancing )

(Kail Fatma terkait di air, tersangkut sesuatu)

Fatma : Daulat ayahanda Raja, sepertinya kail ananda tersangkut di bawah sana, ( sambil menarik pancingan yang tersangkut)

Lambu : coba kalian turun menyelam, lepaskan kail yang tersangkut di dalam air itu

Fatma : daulat ayahanda Raja 

( Mereka berdua pun menyelam, menyebur ke sungai)

(Lambu Mangkurat menunggu dengan dayung / pengayuh, berniat untuk memukul si kembar jika timbul)

( Sukma pun timbul untuk bernapas)

(Lalu di pukul kepalanya oleh raja menggunakan dayung, hingga tewas dan tenggelam)

(Tak lama, Fatma pun juga timbul untuk bernapas, dan juga di pukul oleh Raja menggunakan dayung hingga tewas dan juga tergelam, berteriak kesakitan sebelum tenggelam)

( Raja mengambil napas panjang dan tampak bingung dengan apa yang ia telah lakukan, diam sejenak)

( Terkejut )

Lambu : Fatma !? Sukma !?, ponakanku ( sambil mengibas air dengan tangan seolah mencari mereka berdua panik)

Lambu : apa yang aku lakukan !? (Panik menyesal)

Lambu : Sukkkkmmmaaaaaa !!!!!!!, Fatmaaaaaaaaaaa ! Sukmaaaaaaaa !!! fatmaaaaaaaa !!!!

( Sambil mengibas ngibaskan tangannya di sungai mencari si kembar, dan memanggil manggil nama mereka dengan berteriak)

Lampu meredup


Episode 6

Lampu perlahan hidup

( Set panggung di rumah Mandastana) 

( Sang ibu terkejut melihat bunga milik kedua anaknya ternyata rontok dan rantingnya patah, bunga itu di taruh di pot yang ada tanahnya)

Ibu : kandaaaa !!! Kandaaaaaa !!! ( Memanggil suaminya )

Mandastana : ada apa adinda ? ( Bergegas masuk set panggung )

Ibu : lihat kedua bunga ini 

Mandastana : ( terdiam, raut wajah memerah marah dan sedih )

( Mandastana mencabut bunga yang rusak itu dan memeluknya)

Mandastana : ayahanda harus bagaimana nak ? ( Meringis )

Mandastana : adindaaa .. ambilkan Keris Parang Sari milik kanda

Ibu : buat apa kanda ?

Mandastana : Hal buruk telah terjadi, dan itu harus dibalas

( Kemudian datang panglima bergegas )

Panglima : daulat yang mulia, izin menyampaikan sesuatu yang penting, adinda Fatma dan Sukma tenggelam di Sungai hulu, dan masih belum ditemukan. Yang mulia raja Lambu Mangkurat masih ada disungai mencari mereka berdua

Mandastana : (tak bergeming)

Panglima : izin undur diri yang mulia, saya mau kembali menyusul raja yang masih disungai mencari adinda Fatma dan Sukma ( panglima keluar set panggung)

Mandastana : ambilkaannnnn ! Keris Parang Sari Milikku ! ( Mandastana berteriak)

(Istrinya mengambilnya, keluar set panggung dan masuk lagi , dan menyerahkan keris itu kepada suaminya. Dan Mandastana langsung memegangnya)

Mandastana : darah dibayar darah !

Ibu : apakah dengan darah Lambu Mangkurat, anak anak akan kembali lagi ? (Menasihati)

Mandastana : ( terdiam )

Mandastana : inilah yang paling aku takutkan, yakni bermusuhan dengan saudara sendiri 

Ibu : sakit sekali hati adinda wahai kanda, tapi membalas kematian anak kita dengan cara membunuh Lambu Mangkurat juga tidak akan mengobati rasa sakit itu

Mandastana : ya, aku telah kehilangan kedua anakku, apakah juga harus kehilangan saudara kandungku pula ? ( mereda sedih )

Mandastana : Kalau begitu, biarlah aku menyusul Fatma dan Sukma di alam baka sana, sebab jika dilanjutkan permusuhan ini tak akan pernah berakhir 

( Mandastana menusukkan kerisnya ke perut nya sendiri, bunuh diri)

( Sang istri menangis pilu, lalu mengambil pisau yang disimpannya dipakaiannya, lalu ikut bunuh diri menusukkan pisau keperutnya)

( Mayat mereka tergeletak dilantai, bersampingan)

Musik Sound 

Judul lagu Kasih Putus DiLuhuk Badangsanak ( cari di YouTube dengan judul lagu Banjar paling mistis akun Yuns Flo

Mulai langsung pada bagian akhir dengan lirik :

Hati Nang kuitan, sakit kada sakira

Hati nang Nang kuitan, sakit kada sakira

Diambil pang putusan manyusul nasib putra 

Mambunuh diri Nang hina, lawas Karis parang sari

Hingga akhir lagu, perlahan lampu redup


Episode 7 terakhir


Set panggung kosong

Ada putri junjung buih, terduduk sedih dan pilu, sambil menangis terisak dan berteriakkk


Putri : aakkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhh !!!( Berteriak panjang, meluapkan emosi sedihnya)

(Lampu redup)

Selesai 

Tepuk tangan

Referensi : YouTube, link di bawah

https://youtu.be/l_ncLl3KgJI?si=mWFgCtv-y7yYMWRt


Penulis:

Penulis ialah Arif Riduan, alumni dari Sanggar Tasmaq Annida. Lulusan dari studi Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin. Naskah ini ditulis hanya untuk hiburan semata, tanpa ada maksud dan tujuan yang terselubung, kesamaan nama, tempat dan kejadian Hanyar faktor kebetulan saja. Silahkan disebarkan dan dipakai naskah ini untuk jenis pertunjukan apapun atau sebagai bahan diskusi. Pemakaian naskah bersifat gratis 100%, penulis tidak meminta bayaran apapun. Hanya saja jika bersedia, panitia Sudi kiranya mengkabarkan pemakaian naskah (jika berkenan) kepada penulis baik melalui email, Instagram atau pengurus sanggar Tasmaq Annida sebagai apresiasi sebagai penulis. Baik melalui surat resmi, atau sekedar chat pemberitahuan biasa. Email. arif.riduan1992@gmail.com dan Instagram @areef.ole atau akun medsos Sanggar Tasmaq Annida 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Si Halaban Di Telaga Air Bertuah, Naskah Drama Teater, Cerita Legenda Banjar

  Si Halaban Di Telaga Air Bertuah Legenda Gunung Bajuin *Terinspirasi dari cerita rakyat legenda Halaban dan Telaga Banyu Batuah Gunung Baj...