Jumat, 22 November 2024

Naskah Teater Monolog : Kampus Daun Kering




KAMPUS DAUN KERING

Naskah Monolog Realis

Oleh Arif Riduan


(Berjalan perlahan seorang nenek tua yang berumur senja, sengaja pergi ke kampus tempat ia dulu berkuliah, Sudah sangat lama, tahun berapa ia pernah berkuliah disini pun ia sudah lupa. Menggunakan tumpangan tukang ojek yang sama tuanya dengan dirinya)


UH.. TUKANG OJEK, BELOK SANA BELOK SINI TAK JUGA KUNJUNG SAMPAI, KATANYA " TENANG MBA LEWAT GANG SINI LEBIH CEPAT DAN RINGKAS" EH NYATANYA MASUK GANG KELUAR GANG, KETEMU GANG ITU LAGI, MASUK GANG ITU LAGI HAMPIR 3 PUTARAN DI BAWANYA.

(senyum)

DIA MEMANGGIKU MBAK, YA JELAS KALAU DILIHAT PALING BEDA 2-3 TAHUN USIANYA DENGAKU. ALIAS SUDAH KAKEK KAKEK. SUDAH BUTUT, PERSIS DENGANN MOTORNYA

SUSAH SEKARANG NYARI OJEK, DULU CUKUP BERDIRI SAJA DIPINGGIR JALAN 5 MENIT, 10 MENIT PALING LAMA, ADA TUKANG OJEK YANG MENGHAMPIRI. 

KALAU 40 TAHUN YANG LALU PASTI TUKANG OJEK BAKALAN MENYAPA " NENG OJEK NENG ? ATAU BU OJEKNYA BU ?! " HMMMMMM 40 TAHUN YANG LALU YA ?, KALA AKU CANTIK CANTIKNYA. 

SEKARANG KALAU MAU NAIK OJEK HARUS PAKAI HAPE, ENTAH APA ITU NAMANYA APLIKASI ITU, AKU JUGA TIDAK MENGERTI. TINGGAL PENCET OJEK DATANG, MENGANTARNYA PUN TIDAK AKAN TERSESAT, DIA JUGA PAKAI HAPE MENCARI JALAN. 

TIDAK SEPERTI TUKANG OJEK TADI, MERABA RABA JALAN YANG ENTAH DIA INGAT ATAU PURA PURA TAU SAJA. TAPI TAK MENGAPA SEPERTINYA DULU SAYA JUGA PERNAH MELEWATI GANG GANG SEMPIT ITU UNTUK PERGI KE KAMPUS INI, HITUNG-HITUNG NOSTALGIA.

(melihat sekeliling)

(duduk di kursi taman kampus)

(membaca tulisan dispanduk yang menggantung) 

" SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU DI KAMPUS ....... "

( Menghela napas)

HMMMMMMMM.. PERSIS 40 TAHUN YANG LALU. PERTAMA KALI MELANGKAHKAN KAKI SEBAGAI MAHASISWA JUGA ADA TULISAN SEPERTI INI, SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU, BEDANYA DULU TULISANNYA KAIN YANG TERBENTANG DAN TULISANNYA DIUKIR DENGAN CAT MINYAK, SEKARANG TINGGAL CETAK. LAGI-LAGI 40 TAHUN YANG LALU


(Terkejut, kena cipratan air dari motor yang melaju)

(berdiri)

NAK, KALAU PAKAI MOTOR JANGAN SEPERTI DIKEJAR SETAN. DISINI ADA ORANG. KECIPRATAN 

(Pengendara itu berputar balik menghampiri)

(Mereka seakan berdialog)

APA ? (seperti kurang mendengar)

MAAF ?

YA YA SAYA MAAFKAN LAIN KALI LIHAT LIHAT, INI PAKAIAN SAYA UNTUNG CUMA KECIPRATAN SAJA TIDAK BASAH SEMUA, MEMANGNYA KAMU LAGI DIKEJAR SETAN ?

APA ? (seperti kurang mendengar)

SUDAH TERLAMBAT KELAS ?

OH, YA SUDAH SILAHKAN KE KELAS, JANGAN SAMPAI KETINGGALAN PELAJARAN. PELAN PELAN SAJA

(Pengendara itu pergi)

HMMMMM ... GENANGAN AIR, MASIH SAJA, SEJAK DULU TIDAK PERNAH BERUBAH. MUSIM HUJAN GENANGAN AIR DIMANA MANA, SALURAN AIR MAMPET, TAK BERFUNGSI, BEGITU BEGITU SAJA.

ANEH MEMANG KAMPUS SEBESAR INI TAK MAMPU MENGATASI GENANGAN AIR YANG SELALU MUNCUL KALA MUSIM HUJAN. ENTAHLAH, 

( seperti ada yang mau duduk disamping, seorang mahasiswi)

(Seraya nenek bergeser kesamping memberikan tempat duduk disampingnya)

(Mereka berdialog)

SILAHKAN NAK 

LAGI NUNGGU SIAPA ?

APA ? (seperti kurang mendengar)

OH JEMPUTAN ? 

SIAPA YANG JEMPUT, PACAR ?

APA ? (Seperti kurang mendengar)

OH PACAR

SAYA PERSIS SEPERTI KAMU JUGA, DUDUK DITAMAN INI MENUNGGU JEMPUTAN GEBETAN UNTUK MENGANTARKAN PULANG KE KOS SEHABIS KULIAH.

DULU TAMAN INI LUAS, SAMPAI DI SEBELAH SANA, GEDUNG BARU ITU, DULUNYA TAMAN. NAH DISANA DULU SAYA MENUNGGUNYA, DIBANGKU BETON DIBAWAH POHON RINDANG.

LELAKI ITU NAMANYA DAMAR.YA DAMAR, SAYA KEMARI PUN UNTUK MEMUTAR KEMBALI KENANGANKU BERSAMA DAMAR, MENGINGAT KEMBALI INGATAN INDAH TATKALA BERSAMANYA DIKAMPUS INI. HANYA RINDU, TAK LEBIH DARI ITU

DAMAR WAJAHNYA BEGITU TAMPAN, DISUKAI BANYAK WANITA KALA ITU, AKTIVIS KAMPUS. SAAT PERTAMA KALI SAYA BERTEMU DENGANNYA SAYA SUDAH JATUH HATI KEPADANYA.

KALA ITU SAYA MAHASISWA BARU DI KAMPUS INI DAN DIA ADALAH PRESIDEN BEM- NYA KAMPUS INI. PADA SAAT OSPEK DIA TERLIHAT GARANG SEKALI, SUKA MARAH MARAH. DAN MENJADI EKSEKUTOR YANG MEMBERIKAN HUKUMAN KEPADA PESERTA OSPEK YANG BERBUAT SALAH

MESKIPUN BEGITU, BAGI SAYA KETIKA DIA TERLIHAT MARAH MALAH TERLIHAT SEMAKIN TAMPAN, LELAKI BANGET, AURANYA KELUAR, DAN TERLIHAT SANGAT DEWASA SEKALI.

TATAPAN MATANYA YANG TAJAM SELALU MENGHUJAM JANTUNG SAYA YANG BERDETAK KENCANG. KETIKA SOROTAN MATANYA MENGARAH PADA SAYA, AKU TIDAK TAKUT SAMA SEKALI, MALAH MEMBUATKU JADI SALAH TINGKAH SENDIRI. OH DAMAR

NAMUN SAYA BUKANLAH SATU SATUNYA ORANG YANG MENYUKAI KAK DAMAR, YA SAYA MEMANGGILNYA KAK DAMAR DAN DIA MEMANGGIL SAYA DENGAN PANGGILAN DEK RATNA. 

KAK DAMAR PADA SEMESTER BERIKUTNYA SEKELAS DENGAN SAYA, SEBAB BELAKANGAN SAYA TAU TERNYATA BANYAK MATA KULIAH YANG TERTINGGAL KARENA SIBUK MENJADI AKTIVIS, DIA LEBIH MEMILIH SIBUK BERKEGIATAN DILUAR KETIMBANG MENGIKUTI MATA PELAJARAN. ALHASIL BANYAK MATAKULIAH YANG TERBENGKALAI DAN HARUS MENGULANG LAGI. TAPI DULU MENJADI AKTIVIS KAMPUS ITU SANGAT KEREN

TIAP KALI KAK DAMAR PERSENTASI MAKALAHNYA KELAS YANG SAYA PERHATIKAN HANYA WAJAHNYA YANG TERAMAT TAMPAN, SESEKALI IA MELEMPARKAN SENYUMAN KEPADA SAYA, SEBAB IA SADAR SEDARI TADI SAYA SEDANG MEMPERHATIKAN DIA, YA CUMA DIA, TAK ADA YANG LAIN.

PADA SUATU KETIKA SAYA PERNAH DITEGUR OLEH SEORANG DOSEN KARENA KEDAPATAN TERLALU FOKUS MEMANDANGI WAJAHNYA KAK DAMAR. DOSEN ITU MENGATAKAN " RATNA, KALAU MAU MEMANDANGI WAJAH DAMAR ITU NANTI SAJA DILUAR KELAS SETELAH KELAS INI SELESAI". SATU KELAS RIUH, DAN SAYA PUN TAMPAK MALU-MALU, SEDANGKAN KAK DAMAR HANYA TERSENYUM

SEMAKIN HARI KAMI SEMAKIN DEKAT, TAK JARANG KAK DAMAR MENGAJAKKU KALA IA BERKEGIATAN SEBAGAI AKTIVIS KAMPUS. RAPAT RAPAT, SEMINAR, BAHKAN SEKEDAR KUMPUL DIWARUNG KOPI SAMPING KAMPUS BERSAMA KOLEGA SESAMA AKTIVIS.

YANG MEREKA BAHAS ADALAH KEGIATAN KEGIATAN, ANGGARAN DANA, DAN SEDIKIT POLITIK KAMPUS, YANG SEBENARNYA SAYA PUN TIDAK MENGERTI APA YANG MEREKA BAHAS.

YA WAJAR, AKU HANYALAH SEORANG MAHASISWA KUPU KUPU. SETELAH KULIAH LALU PULANG, ALIAS KULIAH-PULANG, KULIAH PULANG, BEGITU BEGITU SAJA.

PEREMPUAN MANA YANG TIDAK TERBAWA PERASAAN JIKA SELALU MENDAPAT PERHATIAN LEBIH DARI LELAKI YANG DISUKAI. KEPALAKU SERING DIELUS, SERING DITRAKTIR BAKSO, JADI TEMPAT BERCERITA INI DAN ITU, POKOKNYA SEMUA TENTANG KAK DAMAR 

KAU TAUKAN BAGAIMANA PERASAAN HATI SAYA KALA ITU?

SEORANG WANITA YANG SAMA SEKALI TIDAK PERNAH KENAL DEKAT DENGAN LAKI-LAKI. HATINYA DIKETUK LEMBUT OLEH SEORANG LAKI-LAKI BAIK HATI, LEMBUT. HMMMMMMM

NAMA KAK DAMAR MEMENUHI SELURUH RELUNG HATI SAYA. DAN PADA KENYATAANNYA ADALAH SAYA DAN KAK DAMAR BUKAN SIAPA-SIAPA, DIA TAK PERNAH MENGATAKAN CINTA PADAKU

KENAPA DAN MENGAPA ? 

LALU UNTUK APA SEMUA PERHATIANNYA SELAMA INI ?

UNTUK APA DIA MAU ANTAR JEMPUT SAYA PERGI KE KAMPUS ?

SAYA HANYALAH SEORANG PEREMPUAN, TAK PATUT KIRANYA UNTUK BERTANYA TENTANG SEMUA ITU PADA KAK DAMAR

APAKAH SAMA SEPERTI SAYA ? YANG JATUH CINTA PADANYA

SEMUA ITU MEMBUAT DADA SESAK, TAPI YA SUDAHLAH, SAYA PIKIR MUNGKIN KAK DAMAR MASIH MENCARI MOMEN YANG PAS UNTUK MENGATAKAN ITU

(memberikan pertanyaan kepada mahasiswi disampingnya lagi)

APA KAMU PERNAH DIPOSISI SEPERTI SAYA ?

APA ? (seperti tidak jelas mendengar)

KAMU PERNAH JUGA ? DAN KAMU HANYA BISA DIAM DAN MENUNGGU

YA BEGITULAH PEREMPUAN, HANYA BISA MENUNGGU, TIDAK MUNGKIN UNTUK MEMULAI. DAN BAHKAN AKAN DIANGGAP SEBAGAI PEREMPUAN MURAHAN. SUNGGUH SEMUA INI TIDAK ADIL

SAYA KIRA SEMUA ITU HANYA BERLAKU DULU, TERNYATA HAL ITU MASIH BERLAKU HINGGA SEKARANG. PEREMPUAN HANYA BISA DIAM DAN MENUNGGU PERIHAL PERASAAN HATI TERHADAP SEORANG LAKI LAKI. YANG IA SUKAI

HMMMMMM ( menghela napas)

SUDAH BEBERAPA KALI GANTI PURMANA, KALIMAT CINTA YANG SAYA TUNGGU TAK JUA KUNJUNG DIUCAPKAN OLEH KAK DAMAR, 

SESEKALI HATI SAYA MENGGGERUTU " APAKAH MUNGKIN SUDAH ADA WANITA LAIN DIHATINYA, ATAU SAYA BUKAN WANITA IDAMANNYA, TAPI PERHATIANNYA SELAMA INI UNTUK APA ?" . ITU ITU SAJA PERTANYAAN DALAM PIKIRAN SAYA. 

SAMPAI PADA SUATU KETIKA, SAYA MENGIKUTI PERLOMBAAN PEMILIHAN MISS KAMPUS. ALA MISS UNIVERSE NAMUN INI SKALA KAMPUS.

SAYA MENGALAHKAN BELASAN PEREMPUAN CANTIK DAN PINTAR DI KAMPUS INI, SAYA JUARANYA KALA ITU. PADA MALAM PERHELATAN ITU SAYA DIMINTA UNTUK NAIK PODIUM UNTUK MENGAMBIL PIALA DAN PIAGAM PERHARGAAN. DAN JUGA DI MINTA UNTUK MEMBERIKAN SEPATAH DUA KATA SEBAGAI PEMENANG 

KALA ITU SAYA MENGUCAPKAN, SAYA MALAH MENGUTARAKAN ISI HATI INI DARI ATAS PODIUM PANGGUNG. SEMUA ORANG RIUH BERTEPUK TANGAN MENDENGAR KALIMAT KALIMAT CINTA YANG SAYA UCAPKAN. 

DARI KEJAUHAN KAK DAMAR MELEMPAR SENYUMANNYA SEAKAN SEBUAH PERTANDA BAHWA IA PUN MEMILIKI PERASAAN YANG SAMA KEPADA SAYA

(Nenek melanjutkan ceritanya dengan berdiri)

SELEPAS ACARA MALAM ITU, DILUAR ANGIN BERTIUP KENCANG YANG SEPERTINYA AKAN TURUN HUJAN. DAUN DAUN KERING PEPOHONAN KAMPUS BERTERBANGAN DAN BERGUGURAN. JALAN ASPAL KAMPUS DIPENUHI DENGAN DAUN DAUN KERING, DAN SEDIKIT RANTING LAPUK JATUH.

BERGEGAS KAK DAMAR MENGAMBIL SEPEDA MOTORNYA DAN MEMBERIKAN ABA-ABA AGAR SAYA LEKAS NAIK KE JOK MOTORNYA KARENA SEBANTAR LAGI HUJAN AKAN TURUN. TAK MENUNGGU LAMA SAYA PUN NAIK KE BELAKANG MOTORNYA, AGAK SEDIKIT NGEBUT. 

DAN UNTUK PERTAMA KALINYA KUDEKAPKAN TUBUHKU DARI BELAKANG DAN KUSILANGKAN TANGANKU KUTUBUH KAK DAMAR. SUNGGUH MALAM YANG INDAH 

RINTIK HUJAN MENGGANTIKAN DAUN KERING YANG SETADI MENGHUJANI KAMI. SEMAKIN SAYA DEKAP TUBUH KAK DAMAR SELEPAS JAUH DARI GERBANG KAMPUS.

RINTIK HUJAN SEMAKIN DERAS MENGHUJANI TUBUH KAMI. EMMMMMMM.. ROMATIS SEKALI MALAM ITU. WAKTU TERASA TERLALU SEBENTAR UNTUK MELEWATI RINTIK ROMANTIS INI, TIBA TIBA KAMI SUDAH BERHENTI TETAP DI TEMPAT KOS SAYA.

SESAAT TURUN DARI MOTOR KAK DAMAR HUJAN SEMAKIN MENDERAS, SEDERAS DERASNYA. DITAMBAH DENGAN ANGIN KENCANG MEMBUAT TANGAN SAYA MERAIH TANGANNYA DAN MENARIKNYA

BIBIRKU MENGATAKAN " AYO KAK MASUK DULU, HUJANNYA DERAS SEKALI, TUNGGU REDA, NANTI KAKAK PULANG". KAK DAMAR PUN MENGIYAKAN HAL ITU DENGAN LANGKAH KAKIKNYA YANG MENUJU PINTU KOS.

(pandangan kembali ke mahasiswi, dan bertanya lagi)

NAK, BOLEH AKU LANJUTKAN CERITA INI ?

MUNGKIN AGAK SEDIKIT DEWASA ?

(nenek menghela napas)

HMMMM.. KAMU MENGANGGUK, ARTINYA KAMU SETUJU UNTUK MENDENGARKAN LANJUTAN CERITA SAYA INI.

KAMU JUGA SUDAH CUKUP DEWASA UNTUK MENDENGARKAN SEMUA INI. YANG PENTING AMBIL NILAI POSITIFNYA SAJA, BIAR JADI PELAJARAN BUAT KAMU. ENTAH MENGAPA SAYA INGIN BERCERITA PADAMU TENTANG SEMUA INI. MUNGKIN SAYA SEDANG BENAR -BENAR TERBAWA SUASANA NOSTALGIA

CERITA INI SEBENARNYA SUDAH KUKUBUR DALAM DALAM. BAHKAN ALMARHUM SUAMI SAYA PUN TIDAK PERNAH TAU TENTANG INI, TENTANG SAYA DAN DAMAR

(kembali bertanya)

BOLEH SAYA LANJUTKAN CERITANYA NAK ?

KAMU MENGANGGUK LAGI, ITU ARTINYA IYA

LALU KAMI BERDUA MASUK KE DALAM KAMAR KOS, SEMUA MENJADI HENING TANPA SUARA. YANG TERDENGAR HANYALAH RINTIK DERAS HUJAN DARI ATAS SENG YANG BERIRAMA.

SAYA PUN MEMBERANIKAN DIRI UNTUK MEMELUK KAK DAMAR, SAYA DEKAP ERAT DARI DEPAN. BEGITU DEKAT. ENTAH KEBERANIAN APA YANG SEDANG MERASUKI PIKIRAN SAYA HINGGA SEBERANI INI. NAMUN KAK DAMAR TAK BERGEMING, SEMAKIN KUPELUK ERAT DIA, BEGITU HANGAT RASANYA

MELIHAT KAK DAMAR YANG TAK BERGEMING AKU SEMAKIN BERANI, LALU SAYA MENDEKATKAN BIBIR KE BIBIRNYA KAK DAMAR. TIBA TIBA IYA MEMALINGKAN WAJAHNYA, DIA MENOLAK UNTUK MEMBERIKAN KECUPAN YANG SAYA HARAP ADALAH KECUPAN PERTAMA SAYA DI HIDUP INI.

DENGAN KERAS IA BERKATA " MAAF, DEK RATNA KAKAK TIDAK SUKA DENGAN PEREMPUAN ! "

DUAAAARRRRRR !!! BERSAMAAN DENGAN SUARA PETIR YANG ADA DILUAR BERSAMA HUJAN. SUARA PETIR ITU TERNYATA JUGA MENYAMBAR HATI DAN JANTUNG SAYA KALA ITU.

SAYA TIDAK PERCAYA DENGAN APA YANG DIKATAKAN OLEH DAMAR. DIA TAK MENYUKAI PEREMPUAN ?. SAYA TIDAK BISA BERKATA KATA APA APA LAGI SETELAH ITU, PELUKAN SAYA YANG ERAT PERLAHAN TERLEPAS SEOLAH MEMBIARKAN DAMAR PERGI DENGAN HUJAN YANG MASIH SAJA DERAS

SEISI KEPALA SAYA PUN TAK MAMPU MENALARKAN SEMUA INI, AKAL PIKIRAN SAYA TIDAK BISA MENERIMA SEMUA KENYATAAN PAHIT INI.

SEKEJAP INI KAH SAYA HARUS MELUPAKAN DAMAR ? MELUPAKAN HARI YANG TELAH KAMI LEWATI.

MENGUBUR DALAM DALAM PERASAAN CINTA PADANYA ? CINTA PERTAMA SAYA.

HUH

(kembali menghela napas)


PADA HARI SELANJUTNYA SAYA AJAK KAK DAMAR UNTUK BERTEMU LAGI, ENTAH UNTUK MEMBICARAKAN APA SAYA JUGA TAK TAU, YANG PASTI SAYA TELAH TERBIASA BERSAMANYA DIKAMPUS INI, ADA SESUATU YANG BELUM LENGKAP JIKA BELUM ADA KAK DAMAR DIHADAPAN MATA.

SAYA AJAK DIA KEMBALI BERTEMU, DAN TEPAT DITAMAN ITU KAMI BERTEMU, MULAI TERASA CANGUNG, TIDAK ADA YANG MEMULAI PEMBICARAAN PADAHAL SUDAH BELASAN MENIT KAMI DUDUK DISINI, TANPA KATA.

SAYAPUN MENGHELA HAPAS PANJANG, DAN MEMULAI PEMBICARAAN KALA ITU. SAYA MENGATAKAN " KAK DAMAR, AKU RELA MENERIMA APAPUN DARI DIRI KAK DAMAR, ASALKAN IZINKAN SAYA UNTUK MENCINTAI KAK DAMAR, SELAYAKNYA SEPASANG KEKASIH, KARNA SAYA YAKIN KAK DAMAR PASTI BISA BERUBAH". DAMAR HANYA DIAM, MENATAP MATAKU YANG SEDANG BERLINANG AIR MATA

AKHIRNYA DIA MENJAWAB " DEK RATNA, AKU PUN PERCAYA CINTAMU PADAKU ITU ADALAH SESUATU YANG TULUS DARI DALAM HATI DEK RATNA, KAK DAMAR PERCAYA ITU, TAPI SAYANGNYA AKU TIDAK PERCAYA DENGAN DIRIKU SENDIRI. AKU TAK YAKIN BISA MEMBUAT KAMU BAHAGIA DENGAN ORIENTASI SEKSUALKU YANG SEPERTI INI TAK BISA MEMENUHI HASRATMU SEBAGAI PEREMPUAN, AKU TIDAK MEMILIKI PERASAAN APAPUN KEPADA PEREMPUAN, JUGA KEPADAMU, SUDAHKU COBA. DAN AKU TAK MAU MENGECEWAKAN DEK RATNA, MAKANYA KAK DAMAR BERANI UNTUK JUJUR PERIHAL ORIENTASI SEKSUAL KAK DAMAR"

PANJANG LEBAR KAMI MEMBAHAS SEMUA ITU, TAPI HANYA MENEMUKAN JALAN BUNTU. SAYA TAK MENYERAH BEGITU SAJA, SUDAH KEPALANG TANGGUNG, SAYA SUDAH TERLANJUR JATUH CINTA PADA KAK DAMAR, BAHKAN DIBENAK SAYA BERKATA MUNGKIN SAYA INI SUDAH TERGILA GILA DENGAN KAK DAMAR, DAN MASIH SAJA YAKIN KAK DAMAR AKAN BERUBAH SATU SAAT NANTI DENGAN RASA CINTA YANG TULUS INI

BAHKAN PADA KESEMPATAN LAIN KETIKA KEMBALI KAMI BERDUAAN, SAYA MEMBERANIKAN DIRI UNTUK MELEPAS SEMUA PAKAIAN DIHADAPAN KAK DAMAR DENGAN HARAPAN SEMUA INI MAMPU MERUBAHNYA.

SAYA RELAKAN TUBUH INI UNTUK DIPERLIHATKAN KEPADA DAMAR. SAYA BERHARAP IA BISA TERGODA DAN NAIK HASRAT KEPADA PEREMPUAN.

NAMUN SAYANGNYA DAMAR HANYA MENGAMBIL SEUTAS SELIMUT DAN MEMBERIKANNYA KEPADA SAYA UNTUK MENUTUPI TUBUH YANG TELAH KEPALANG TELANJANG KALA ITU, DAN LAGI LAGI IA MENGATAKAN " AKU SAMA SEKALI TIDAK SUKA DENGAN PEREMPUAN, DAN AKU TIDAK MAMPU UNTUK MENUTUPI SEMUA INI MU DEK RATNA ".

RUNTUH SUDAH HARAPAN ITU, NAMUN CINTA INI SAMA SEKALI TIDAK BERUBAH. SETELAH LULUS DARI KAMPUS INI SAYA PUN MENIKAH DENGAN LELAKI PILIHAN ORANG TUA SAYA, KARENA TAK KUNJUNG TERLIHAT DEKAT DENGAN LAKI LAKI.

ORANG TUA SAYA PUN MEMUTUSKAN UNTUK MENIKAHKAN SAYA DENGAN ANAK KOLEGANYA. KAMI MENIKAH DAN MEMPUNYAI TIGA ORANG ANAK. NAMUN ANEHNYA PERASAANKU TIDAK PERNAH LUNTUR KEPADA DAMAR, RELUNG HATI SAYA MASIH ADA NAMANYA 

ENTAH, DIMANA SEKARANG DAMAR BERADA, SEMOGA MASIH ADA UMUR YANG PANJANG UNTUK KAMI BERTEMU. SETIDAKNYA DAPAT BERTEMU UNTUK BERBAGI CERITA.

DAMAR, DAMAR, ADA ADA SAJA.

KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERASAAN YANG TERHAPUSKAN INI, BAHKAN SAMPAI SAYA SETUA INI

(nenek duduk kembali)

APA ?

OH KAMU SUDAH DI JEMPUT, YAA YAA SILAHKAN, TERIMA KASIH TELAH MENEMANI DAN MENDENGARKAN CERITA SAYA

DA DAH ... 

(Nenek melambaikan tangan)

(Lampu mati cerita selesai)

Tepuk tangan





Nenek Ratna Dewi

Boleh bersanggul atau berkerudung, berjaket seperti mantel, juga memakai sal dileher dan bercelana kain, jalan pelan agak membungkuk sedikit, gaya bicara seperti pada nenek nenek pada umumnya, hanya saja masih terdengar jelas artikulasi bicaranya, masih energik, berkacamata. Pakai sepatu.

Suasana panggung

Latar belakang gelap, boleh diisi dengan pohon pohon selayaknya taman kampus, dan monolog dimainkan di depan kursi taman yang panjang seakan menghadap ke jalan (jalan kampus)


Biodata Penulis

Arif Riduan, S.Sos.I, Alumni dari IAIN Antasari Banjarmasin dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Juga aktif di Sanggar Tasmaq Annida sejak tahun masuk kuliah yakni 2010. Hobi menulis, dan telah menerbitkan beberapa buku dari tulisannya sendiri juga bersama orang lain dalam rangka menulis bersama. Dapat bertegur sapa di Instagram @areef.ole

Penyataan Penulis

Naskah monolog ini murni dari karangan imaginasi saya sendiri sebagai seorang penulis naskah fiksi. Tidak bermaksud untuk menyinggung apa lagi merendahkan seorang atau kelompok/instansi tertentu. Naskah ini saya izinkan untuk dipentaskan kapanpun dan dimanapun dan tentunya menjadi tanggung jawab oleh panitia dalam hal pelaksanaannya.

Naskah ini bersifat gratis, silahkan di sadur, ubah gaya retorikanya, kalimatnya, diksinya, ceritanya boleh diubah tanpa perubah inti dari cerita tersebut. Dalam pemakaian naskah ini saya mewajibkan bagi siapapun yang memakainya untuk memberitahukan kepada saya pribadi, baik secara surat formal maupun hanya sekedar pemberitahuan melalui email arif.riduan1992@gmail.com sebagai apresiasi telah menulis naskah ini. Salam seni

Naskah Teater: Kepala Desa Masuk Mereka (part. 2) akhir

 Mamat : " gimana sudah ?"

Warga 1 : " iya sudah, makasih banyak pak,, setannya minta tumbal "

Mamat : " maksudnya ?, setan minta tumbal?"

Warga : " gak papa, pak makasih ya " ( warga keluar)


( Mamat kembali menyalakan radio dan mendengarkan radio dan bernyanyi dengan suara seadanya, sambil merapikan berkas dan lainnya tak lama kemudian sinyal radio rusak, tiba tiba bunyi geledek/petir menggelegar dan mengejutkan. Seiring dengan suara petir lampu pun mati juga hujan lebat gelap. Suasana seperti malam karena teramat gelap akibat hujan yg begitu deras, Mamat lalu menyalakan lilin untuk dia dan untuk pak kades d dalam ruangan kades)

Mamat : " Pak ini lilinnya pak "

Mamat : " kayaknya ada trapo listrik yang tersambar petir deh, tiba tiba mati listrik"

Kades : " yaa kayaknya seperti itu, dan gelap sekali yaa Mat, seperti malam. lilinnya di taruh d sana aja Mat"

Mamat : " iya pak, seperti malam gelap sekali"

Mamat : " pak boleh gak saya izin pulang duluan ? "

Kades : " boleh, emang kamu mau hujan hujanan Mat ?"

Mamat : " saya ada jas hujan pak, soalnya ada janji dengan istri mau mengantarkan ke pasar di kecamatan sekalian ada acara keluarga pak di desa sebelah"

Kades : " istri apa istri ? "

Mamat : " Bapak kira saya ini kepala desa pak "

Kades : " saya kepala desa Mat !?"

Mamat : " Lah iya pak, hahahaha "

Kades : " kamu pun seandainya jadi kades, juga bakalan seperti saya Mat, mungkin lebih parah hahahaha "

Mamat : " memang semua kades gitu pak ?"

Kades : " gak juga sih Mat, eh sebagian besar, eh bukan juga, tapi rata-rata. Jadi kades itu gak mudah Mat, perlu banyak biaya. Biaya kampanye, biaya belusukan, belum lagi biaya serangan Pajar Mat, kalo cuma mengharap gaji gak bakalan balik modal Mat. Nah kadang uangnya malah berlebihan Mat, kalo ada uang lebih ya jelas lah itu jatah gadis gadis pencinta om om hahahaha "

Mamat : " oh gitu "

Kades : " lah pura pura gak tau kamu Mat, kan udah 2 periode sama saya "

Mamat : " hahahahaha, kalo gitu saya izin pulang duluan pak "

Kades : " tutup pintu depan ya Mat, jangan lupa plang buka tutupnya, di ubah ke tutup ya, biar gak ada warga minta pelayanan . Saya mau tidur dulu nunggu hujan reda,"

Mamat : " siap pak bos !"

( Gemuruh hujan masih saja terdengar, kades pun mulai tertidur di kursinya dengan lelap)

( Lampu mati, musik seram terdengar)

(Set panggung gelap)


Episode Sakaratul Maut


(Masih dalam suasana gelap )

Kades : " apaan ini, apa yang kalian mau dari saya, jangan !!! Tolong lepasin saya !" ( Suara kades ketakutan )

(Lampu merah mulai menyala perlahan, suasana gelap ke merah merahan)

(Di set panggung ruangan pelayanan ada kades yang sedang terikat di kursi dan kepala/ wajahnya tertutup dengan kain hitam)

( Di kiri kanannya ada 2 sosok menyeramkan, yang satu berwarna merah tertutup kepala merah wajahnya tidak terlihat sebab seluruh tubuhnya di tutupi kain merah, membawa cambuk, hanya mata yang terlihat dan satunya lagi adalah sosok perempuan berwajah hitam, mata melotot, berambut Panjang, berpakaian serba hitam )

Malaikat hitam : " hahahahahaha " (tertawa seram)

( Tanpa suara malaikat merah membuka penutup wajah/kepala kades yang dari tadi tidak bisa melihat apa apa )

Kades : " kalian siapa ?, mau apa ?? Apa yang terjadi ?" ( Ketakutan, tangan masih terikat dikursi)

Hitam : " selamat datang di sakaratul maut, hahahaha " ( seram dan melotot)

Hitam : " dan aku adalah malaikat pencabut nyawa ! Hahahaha " ( kalau bicara melotot)

Hitam : " dan dia adalah malaikat penjaga neraka, yang siap menyeret mu ke dalam api neraka "

Hitam : " cambuk manusia zholim ini !! " (Perintah hitam kepada merah)

(Merah pun mencambuk kades, pukulan cambuk dipukulkan ke lantai belakang kursi, seolah olah mencambuk kades, kades pun kesakitan, meronta)

Kades : " aakkkhhhhhhhhhh sakit, ampun, salah saya apa, saya belum mau mati"

Hitam : " ini sudah ajalnya, Anda sedang dalam alam sakaratul maut, sebentar lagi malaikat dineraka akan mencincang tubuhmu, lalu mengembalikan lagi tubuhmu, lalu di bakar lagi dengan timah panas !!!!!, setimpal dengan dosa dosamu hahahah "

Kades : " kenapa saya jadi sekarat, bukankah saya dalam keadaan sehat sehat saja?"

Hitam : " kamu terkena serangan jantung, akibat kebanyakan makan uang haram !!!, dan di alam dunia sekarang kamu sedang tergeletak kesakitan, sendirian, antara hidup dan mati, dan di alam sa karatul maut ini kami siap meyambutmu, hahahaha " (semakin menyeramkan)

Kades : " jangan ! Jangan !, jangan siksa saya, saya orang baik, saya kades, warga saya pasti banyak membutuhkan saya " (ketakutan)

Hitam : " hey, bicara apa anda, Anda bilang orang baik !?, "

Hitam : " ini catatan amal buruk anda selama ini, kelam, suram, jahat" (sambil menunjukkan buku hitam yang dari tadi ia pegang )

Hitam : " dan anda mengaku orang baik !!! Dasar manusia terkutuk ( sambil melempar buku tersebut ke kepala / badan kades )

Hitam : " bakar dia !!! " ( Memerintahkan merah)

( Merah pun mengambil kotak korek api, dan menyalakan 1 bilah dan membakar tangan kades yang terikat di belakang )

Kades : " aakkhhhhh panas, ampuuunnnn " ( sambil berontak, namun tidak berguna karena tangannya terikat erat)

Hitam : " rasakaaan itu, hahahaahahaha

Hitam : " bakar lagi "

( Merah mengulangi pembakaran jari kades)

(Kades terlihat lemas dan lunglai)

Hitam : " cambuk dia !!!! "

( Merah kembali mencambuk kades, berulang kali, dan kades teriak kesakitan)

Kades : " ampun, ampun, ampun "

Hitam: " tidak ada kata ampun, semua sudah terlambat !!!!, pintu tobat sudah tertutup "

Hitam : " sepertinya dia lelah, tolong kasih dia air minum " (memerintahkan merah dan merah mengambilkan botol yang berisi air)

Hitam : " ini adalah air kecil Dajjal ! , sebagai balasan dari mulut kotormu yang sering berbohong pada rakyat, hahahahahaha " (menyeramkan)

(Si merah membuka mulut kades, dan meminum kan air kencing Dajjal secara paksa, kades berontak namun tidak bisa melawan, suara kades tidak jelas berkata apa sebab air yang masuk ke mulut dia, kades lalu ngosngosan, lelah dan lunglai)


Kades : " ampuuuunnn, ampuuun, saya bertobat " (kades lemah)

Hitam : " sudah saya katakan, pintu tobat telah tertutup, inilah balasannya untuk pemimpin tidak amanah seperti anda, dzolim, korup, pilih pilih dalam menjalani, tiap hari makan uang suap !!" (Sambil merenggut kerah baju depan kades, mata melotot)

Hitam : " cambuk dia !!! " ( Kembali memerintah kan merah, dan merah kembali mencambuk kades, dan kades meronta kesakitan dan lunglai)

Hitam : " bukan hanya anda, nanti, istri, anak, orang tua dan mertua, serta seluruh keluarga yang kamu suguhkan uang haram, nasibnya juga sama seperti anda saat ini, akan kami siksa dengan siksaan yang pedih saat sakaratul maut nanti, hahahahahaha "

Kades : " jangan, mereka tidak tau apa apa "

Hitam : " tapi mereka juga menikmati uang harammu, maka juga berhak untuk mendapatkan siksa yang pedih"

Hitam : " sebentar lagi, nyawamu akan saya cabut menunggu perintah dari Tuhan, roh mu akan keluar dengan rasa sakit lebih dari 100 kali ditusuk oleh pedang " ( kades ketakutan)

Kades : " jangan, aku masih mau hidup, saya akan perbaiki semuanya, saya akan bertaubat"

Hitam : " sudah saya katakan, pintu taubat telah tertutup !!! "

Kades : " bukankah kalian malaikat ?"

Hitam : " iya, memang kenapa ?"

Kades : " tolong sampaikan kepada Tuhan, bahwa saya ingin tobat "

Hitam : " ah manusia seperti ini sudah biasa berbohong pada Tuhan, buktinya bukankah ketika dilantik anda bersumpah atas nama Tuhan. Berjanji amanah, jujur, akan melayani dengan sepenuh hati, dan kali ini anda bilang ingin bertobat ?, dasar manusia tidak tau diri "

Kades : " tapi kali ini saja, tolong sampai kan kepada Tuhan saya ingin bertaubat"

Hitam : " Hhmmmmm, silahkan meminta sendiri, apakah kamu juga lupa cara bagaimana berdoanya ?, sampaikanlah sendiri kepada Tuhan "

(Hening, dan diiringi dengan musik slow, sedih)

Kades : " Tuhan, maha mendengar, hamba tau diri bahwa hamba ini penuh salah dan dosa, dzolim kepada orang lain, suka judi, main perempuan, makan uang haram, saya menyesal wahai Tuhan "

Kades : " Tuhan, jika engkau izinkan aku berumur panjang, maka izinkan hamba untuk memperbaiki diri, izinkan hamba bertaubat wahai Tuhan yang hamba yakin engkau maha pengampun " ( sambil menangis meringis )

Hitam : " sudah ?, saya tidak yakin Tuhan akan mengabulkan permintaanmu"

(Suara petir kembali menggelegar)

(Kades masih meringis menangis)

Hitam : " diam , diam sepertinya Tuhan, sedang menurunkan Wahyu, diam " ( hitam sambil memejamkan mata, manggut-manggut seolah sedang mendapatkan bisikan suara dari Tuhan)

Hitam : " eeh, iya, siap, siap ( seolah menyahut pembicaraan dan masih memejamkan mata)

(Turun Wahyu pun selesai)

Hitam : " gantung dia, hahahahahahaha" (memerintah kan merah)

(Merah pun melilitkan cambuknya ke leher kades, menarikannya sekuat tenaga, hitam tertawa puas, kades bertiak minta ampun, )

(Lampu perlahan redupppp, dan gelap kades masih teriak teriak)


Episode Taubat

(Lampu terang, suasana kantor, masih terdengar rintik hujan)

(Kades masih tidur di kursi ruangannya, dan tiba terbangun)

Kades : " jangan , ampun .. ampun !" ( Kades terkejut dan terbangun, terheran sambil menepuk nepuk pipinya, yang kebingungan semua ini mimpi atau kenyataan)

Kades : " apakah ini mimpi ? " (Melihat sekitar, dan membuka pintu ruangan, melihat lihat sekitar dan menutup pintu ruangan lagi)

Kades : " tapi sepertinya ini kenyataan, hmmmmmm.. bau kencing Dajjal (mencium bajunya yang basah, lalu meraba pungungnnya yang suka terasa sakit akibat cambukan malaikat)

Kades : " akhhhh sakittt sekali, ternyata bukan mimpi "

Kades : " ya Tuhan, terima kasih atas segala kesempatan kedua ini, hamba berjanji akan hidup lebih baik lagi " (kemudian kades melepas bajunya yang basah akibat minum air kencing Dajjal, dan Makai baju kaos yang ia kenakan sebagai dalaman)

Warga 2 : " permisi, apakah ada orang, permisi ! " ( Ada warga datang, mengenakan jas hujan, ke kantor desa)

(Kades mendengar itu, lalu mendatangi sumber suara)

Kades : " sepertinya ada warga datang, Ya Tuhan, akan hamba layani dengan sepenuh hati " ( berjalan, masih gugup dan takut tentang sakaratul maut)

Kades : " iya Bu, saya kepala desa, ada apa (lemah lembut, namun agak gugup)

Warga 2 : " syukurlah ada pak kades, saya kira sudah tutup pelayanannya, tapi pintu depan masih terbuka" (membuka jas hujan)

Kades : " yaa yaa silahkan duduk Bu, ada urusan apa Bu " (masih gugup, tapi tetap lembut)

Warga 2 : " ini pak kades, saya kan orang baru mau urus surat pindah, kan besok kantor desa tutup jadi saya sempat sempatin datang kesini hari ini " ( sambil menyerahkan berkas)

Kades : " iya Bu, ibu tunggu disini, saya bikinkan surat pindahnya ya Bu " (masuk ruangan kades)

(Kades lalu mengerjakan bekas urusan warga 2, setelah selesai lalu kades keluar dan menyerahkan surat yang telah ia buat kepada warga 2)

Kades : " nah ini Bu, suratnya"

Warga 2 : " terima kasih pak kades " ( sambil mengeluarkan sejumlah uang untuk diberikan kepada kades)

Kades : " oh, tidak usah Bu, semua pelayanan di kantor ini gratis, tanpa dipungut biaya"

Warga 2 : " terima aja pak, kan biasanya juga begitu "

Kades : " tidak Bu, beneran gratis Bu, apapun itu pelayanan kami bebas biaya "

Warga 2 : " oke deh pak, saya terima kasih dulu, kebetulan hujannya sudah reda, saya permisi dulu ya pak "

Kades : " ya Bu sama sama "

(Kades menghela napas panjang)

Kades : huuuffffffffff...

Kades : " berat jadi kades jujur, tapi ya sudahlah tidak mengapa kalau tidak balik modal, lagi pula saya juga yang salah, menghambur hamburkan uang meminta dipilih warga, padahal wargapun tidak meminta. Murah saja sebenarnya untuk jadi kepala desa, jika memang pantas dan layak jadi kades, tanpa embel embel uang pun pasti dipilih warga"

Kades : " apakah mundur pilihan terbaik?"

Kades : " saya rasa tidak, mundur dalam situasi begini sama saja saya tidak amanah sebagai pemimpin, baiklah dari sisa masa jabatan ini saya gunakan sebagai ladang amal kebaikan sekaligus penebusan dosa dosa saya yang telah lalu, terimakasih ya Tuhan atas hamba diberikan kesempatan kedua "

( Lampu redup set panggung gelap)

(Lampu terang menyorot bawah panggung/ depan set panggung)


Episode penutup

(Terlihat 2 orang berjalan, seperti basah akibat hujan, satu orang membawa kain hitam dan satu orang membawa kain merah, yakni Warga 1 dan anak perempuannya yang ternyata yang tadi jadi malaikat)

Perempuan: " pak, apa kita gak berlebihan pak ?"

Warga 1 : " tidak nak, bapak rasa itu setimpal dengan kejahatan dia sama warga"

Perempuan : " gak papa ni, gak akan ketahuan kan ?"

Warga 1 : " gak bakalan ketahuan, juga gak ada yang tau, kantor desa gak ada siapa siapa selain kades, lagi pula tidak terdengar dari luar karena hujan yang begitu lebat "

Permepuan : “ pak ngomong ngomong itu tadi beneran air kencing dajjal ? bau banget soalnya “

Warga 1 : “betul, itu air kencing bapak “

Perempuan : “ dasar dajjal !”

(Warga 1 dan anaknya keluar set, lampu redup )

Tepuk tangan

Selesai



Pemain

Kepala Desa

Mamat petugas kantor desa

Warga 1 ( sekaligus malaikat hitam)

Haji Abdul, warga kaya raya

Malaikat merah perempuan galak melotot (anak warga 1)

Warga 2 ibu ibu pindah domisili






Biodata Singkat Penulis

Arif Riduan, S.Sos.I, sejak tahun 2010 sudah menggeluti dunia seni peran melalui panggung Sanggar Tasmaq Aniida dan Forum Komunikasi Pemuda Antar Iman Kalsel. Pernah berkuliah di IAIN Antasari, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam angkatan tahun 2010. Juga sudah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi dan cerpen. Penulis bisa di sapa melalui Instagram @areef.ole


Pernyataan Penulis

Naskah yang saya tulis sendiri ini merupakan sebuah cerita fiksi yang tidak sama sekali berkaitan dengan kenyataan, dan tidak bermaksud untuk menyinggung atau merendahkan seseorang atau kelompok/instansi tertentu, murni dari imajinasi saya sebagai penulis.

Saya mengizinkan siapapun untuk memakai naskah ini, dan mengizinkan untuk ditampilkan dimanapun serta boleh menyadur, mengubah, menambah teks, mengubah kata retorika, gaya dan set panggung selama tidak merubah inti cerita. Yang semua atas tanggung jawab panitia pelaksana.

Bagi siapa saja yang ingin mempentaskan naskah ini saya sebagai penulis mewajibkan panitia untuk memberitahukannya kepada saya, baik secara surat formal atau chat bi

asa melalui emai arif.riduan1992@gmail.com sebagai apresiasi bagi saya yang telah menulis naskah ini. Salam seni

Tertanda Arif Riduan, S.Sos.I






Naskah Teater: Kepala Desa Masuk Neraka (part. 1)




Kepala Desa Masuk Neraka

Naskah Drama Realis

Karya Arif Riduan


Sinopsis suara backsound

TIDAK ADA UANG, MOHON MAAF URUSAN ADA TERHAMABAT

TIDAK ADA UANG, MAKA ANDA AKAN MENUNGGU LEBIH LAMA

JANGAN PROTES. BUKANKAH KALIAN YANG MEMILIH SAYA

BUKANKAH KALIAN YANG MAU MENERIMA SERANGAN PAJAR DARI SAYA, BAHKAN RELA MENUNGGU DAN BEREBUT

MOHON MAAF, UCAPAN TERIMA KASIH SAJA TIDAK BERLAKU DITEMPAT INI, SEBAB SAYA PUN PERLU BANYAK UANG UNTUK MENGEMBALIKAN PENGELUARAN KEMARIN


Dengan Bangga kami ........

Mempersembahkan Naskah yang berjudul Kepala Masuk Neraka Karya Arif Riduan, dengan para pemain : .........


Selamat menyaksikan 


Episode kantor pagi

Set panggung seperti halnya kantor desa, ada ruangan kepala desa, ada meja registrasi dan kursi panjang untuk antrian pelayanan. Semua open space, hanya saja seakan akan ruangan kepala desa ada dinding penghalang, di tandai dengan ada pintu di samping meja registrasi, yakni pintu ruangan kepala desa. Dan ada lagi satu meja pelayanan ditengah menghadap ke penonton

(Lampu standby menyala)

(Suasana pagi sekitar jam 10, datang seorang pegawai kantor desa)

(Pegawai yang bernama Mamat ini, datang duduk dimeja registrasi untuk merapikan berkas, menyalakan laptop, menyiapkan printer, lalu beranjak mengambil sapu, dan menyalakan radio, untuk mendengarkan musik dangdut sayup sayup tidak terlalu keras)

Mamat : " nah kan begini mantap ". (Mamat menyapu sambil bergoyang)

Mamat : " ................. " (Mamat bernyanyi menirukan suara radio)

( Mamat lalu melanjutkan bersih bersih diruangan kepala desa)


Mamat : " hmmmmm, ruangan pak bos ini, bersih sekali, jadi hari ini gak perlu aku bersihin, besok-besok aja"

Mamat : " ya iyalah bersih, wong jarang ke kantor, sibuk moloorrrrrr, !"

Mamat : " aku heran, tapi kok tapi kok terpilih lagi ya pak bos ini, kerjaannya cuma tanda tangan, menerima uang, terus pulang. Malah 2 periode, pas kampanye bagi bagi uang makanya terpilih lagi"

Mamat : " tapi biarlah, itu bukan urusan aku, yang penting aku tetap bekerja disini. Walau aku gak tau jabatan aku ini apa, kadang kadang jadi tukang bersih bersih, kadang kadang jadi keamanan, kadang kadang jadi staf kantor yang melayani warga yang datang dan kadang kadang cuma makan gaji buta, hahahahaha, hidup dilingkaran ini memang menyenangkan"

Mamat : " seandainya aku punya banyak modal, pasti aku juga akan mencalonkan diri sebagai kepala desa, tinggal bagi bagi uang dan sembako yakin besoknya akan di pilih oleh warga" (Mamat duduk dikursi kepala desa, kaki ke atas meja)

Mamat : " pokoknya untuk balik nama pememilikan tanah, saya tidak akan tanda tangan jika anda tidak membawa uang untuk saya, ada rezeki itu bagi bagi jangan pelit " ( Mamat menirukan gaya dan bicara kepala desa)

Mamat : " bukan saya mata duitan, uang itu juga bukan untuk saya sendirian, tapi juga untuk kemaslahatan rakyat, dimana mana biar urusan lancar ya harus bawa uang, tak ada uang mayat pun gak bisa kubur " (Mamat masih menirukan kepala desa)

Mamat : " enak jadi kepala desa, hahahaha, seminggu dua Minggu pasti dinas ke kota atau kecamatan, entah itu rapat lah, pertemuan lah, apa lah, inilah itulah, suka suka dia, padahal, paling paling ke karaoke bareng gadis gadis, maklum om om berduit , alesan dinas ke kota, Halah, apa gak ada cara lain buat ngabisin duit ?"

(Tanpa sepengetahuan Mamat, kepala Desa datang ke kantor. Dengan baju dinas ala kepala desa dan tas jinjing. Kerah baju atas yang terbuka)

Kades : " lah kok gak ada orang ?, pintu depan terbuka, Mat, Mamat !?"

Kades : " Lah ngapain Mat ? ( Buka pintu ruangan kades)

Mamat : " pak boss, maaf pak, lagi bersih bersih ruangan bos "

Kades : " yaa yaaa .. ya udah kalo selesai ambili saya minum"

Mamat : " oke boss Que !"

Kades : " oh ya Mat, kalo ada warga yang perlu saya, bilangin saya belum datang "

Mamat : " tenang bos Que, seperti biasa kan !? "

( Mamat keluar dari ruangan kades, dan mengambilkan minum buat kades dan kades duduk ditempatnya dan tentunya seperti biasa dia mengambil HP dan main game judi online )

Kades : " katanya Gacor, dari kemarin lost Mulu, ah .. mumpung tadi sudah ngeDepo jadi main lagi, yuhu semoga Maxwin, rezeki anak Sholeh "

Kades : " wiihhh ada tambahan freespin, lumayan, lumayan "

Kades : " Zeus ! Zeus ! Ayooo lahhhhh, Nahh.. wuuuuuuuuu ! " ( Kades dapat kemenangan, dan terlihat senang sekali )

Kades : " Gacoorrrr ni gacooooorrrrr, "

Kades : " lumayan buat tambahan ngeDepo, dan tentunya lumayan buat karaokean juga besok, mumpung libur, emang gak salah pilih link hari ini, gacor banget "

Kades : " telpon Maimunah dulu ah "

Kades : " Haloo, Dek Munah, besok hari sabtu sibuk gak ?, kita karaokean yuk di Kota, ya Jam 9 besok " (kades memakai telpon satunya, sedangkan telpon yang lain masih main slot, menelpon dengan gaya manja manja)

Kades : " hah ?, istri saya ? Itu mah gampang aja, nanti Mas bilang kalo ada rapat sama Pak Camat, yaa yaa bisa ya dek ? Nanti mas jemput ya ditempat biasa,, yaa yaa tenang Dek nanti besok sekalian beli baju baru,, yaa yaa, sampai jumpa ya cantik" (menutup telpon, lanjut main slot)

(Fokus berpindah ke ruangan lobby depan)

Warga 1 : " selamat pagi pak Mamat "

Mamat : " Pagi pak, silahkan duduk dulu, Pak Kadesnya belum datang, ada rapat di kecamatan "

Warga 1 : " boleh saya duduk disini pak ?"

Mamat : " ya boleh silahkan, anggap aja kantor desa " (pengen bercanda)

Warga 1 " ini kan emang kantor desa kan pak ?"

Mamat : lah itu tau, gak lucu ya ? ( Sambil mengaduk kopi dan mengangkatnya mau menuju ruangan kades, ingin membuka pintu )

Warga : “ itu apa pak ?”

Mamat : “ kopi “

Warga : “ buat saya “

Mamat : “ enak saja”

Warga : " lah itu kopi buat siapa pak ?, kan pak kadesnya belum datang ?"

Mamat : " ini buat arwah penunggu sini, dia memang kalo hari Jumat suka minta kopi, kalo gak dikasih kopi bisa minta tumbal !"

Warga 1 : " seram sekali pak "

Mamat : " ya seram banget pokoknya, konon katanya dulu kantor ini sebelum dibangun, ini adalah kuburannya para penjajah Belanda yang tewas mengenaskan "

Warga 1 : " lah berarti bule dong penunggunya "

Mamat : " ya sepertinya begitu " 

(Mamat masuk keruangan pak kades dan meletakkan kopi di meja kades yang masih asik main game judi slot, Mamat lalu keluar lagi ke ruangan depan pelayanan )

Mamat : " mau ngurus apaan pak ?"

Warga 1 : " surat keterangan tidak mampu pak, buat anak saya kuliah, katanya buat syarat dapat beasiswa "

Mamat : " owh beasiswa, dapat uang dong ? Emang berapa uangnya yang didapat ?"

Warga 1 : " iya, buat meringankan biaya kuliah di kota pak, banyak kebutuhannya"

Mamat : " ada uang rokoknya gak ni?"

Warga 1 : " saya gak ngerokok pak "

Mamat : " kalo uang bensin ada ?"

Warga 1 : " uang ? Juga gak ada pak, tadi sudah saya belikan beras buat dirumah "

Mamat : " ah sulit memang melobby orang miskin "

Mamat : " Ya dah tunggu yaa "

( kemudian datang seorang pengusaha yang bernama Haji Abdul, untuk mengurus izin usahanya, Haji Abdul memang terkenal orang yang dermawan, loyal, yang penting usahanya lancar, dan dilancarkan oleh pemerintah desa )

Haji : " Selamat pagi, eh Mat, pak Kadesnya ada ?"

Mamat : " eh pak haji Abdul, apa kabar pak ?" (basa basi)

Haji : " baik Mat, Kadesnya ada ? Saya mau ngurus izin usaha baru saya di RT lima, penggilingan emas"

Mamat : " tapi pak haji, anuuuuuu "

Haji : " eh masalah itu gampang, tenang, sudah saya siapin," (sambil melakukan salam tempel memberikan uang kepada Mamat. Warga 1 melihat dan Terheran)

Mamat : " saya lihat dulu ya pak, tadi sih belum datang "

( Mamat masuk keruangan kades, dan seolah berbicara dengan kades perihal adanya haji Abdul dan kades seperti mempersilahkan untuk membolehkan haji Abdul masuk ruangan, adegan ini tanpa suara)

Mamat : " kadesnya sudah ada, pak haji silahkan masuk " ( pak haji masuk)

Warga 1 : " lah tadi katanya pak kades belum datang, kok tiba tiba sudah ada diruangan, kapan datangnya ?"

Mamat : " ya baru aja datangnya, beberapa detik yang lalu, beliau masuk loncat lewat jendela belakang"

(Warga 1 keheranan, pak haji masuk keruangan kades, berdialog tanpa suara)

Warga 1 : " emang bener masuk lewat jendela belakang pak ?"

Mamat : " iya beneran, dulu beliau itu juara 1 ninja wariyor di jepang "

Warga 1 : " tapi kok haji Abdul yang duluan masuk pak ? Bukannya saya yang lebih duluan datang "

Mamat : " eh, yang namanya orang yang pernah naik haji itu kudu dimuliakan, kamu kalo mau dulu duluan ya naik haji dulu sana "

Mamat : " tunggu, duduk dulu sabar, nanti giliran kamu, berkas berkasnya lengkap kan ?"

Warga 1 : " iya pak lengkap " (duduk lagi d kursi antri)

( Sementara dialog Mamat dan warga, di dalam ruangan pak kades melayani dan menandatangi berkas berkas yang dibawa oleh haji Abdul, dan tidak lupa tentunya haji Abdul memberikan salam tempel kepada pak kades )

Kades : " tidak usah pak tidak usah " (pura pura ingin menolak / formalitas penolakan)

Haji : " gak papa pak kades terima aja, anggap aja tanda terima kasih selama ini usaha saya dilancarkan atas izin izinnya di desa ini "

Kades : " usaha pak haji saya jamin lancar, kan pak haji juga yang banyak ngeluarin uang buat saya kampanye kemarin, oke lah kalau begitu pak haji terima kasih banyak " 

Haji : " itu namanya investasi hahahaha, usaha saya pun gak akan jalan kalo gak di bantu pak kades ( Pak Haji Keluar dari ruangan kades)

Haji : sudah Mat, saya pulang dulu ya "

Mamat : " ya pak haji, hati hati "

Mamat : " ayoo silahkan masuk, bawa semua berkasnya " (Mamat meminta warga 1 untuk masuk ke ruangan kades )

Kades : " ngurus apaa ? Berkasnya lengkap gak " ( agak judes)

Warga 1 : ' surat keterangan tidak mampu pak kades "

Kades : " emang setidak mampu apa kamu ?, punya motor gak ?"

Warga 1 : " punya pak "

Kades : " lah punya motor, mampu itu, kalo punya motor. Ya mampu, Punya TV gak ?"

Warga 1 : " iya punya pak "

Kades : " lah punya TV, ngaku ngaku tidak mampu, melanggar undang undang ini "

Warga : " tapikan motor butut pak, dan tv nya juga tv lama pak , warisan dari tetangga sebelah yang sudah beli tv baru "

Kades : " butut atau baru, motor yaa motor namanya "

Warga 1 : " inikan saya mau ngurus beasiswa buat anak saya yang kuliah, nah nanti kalau beasiswa sudah cair nanti saya kesini deh pak, nyerahin sebagian buat jatah bapak "

Kades : " oh, sini sini, mana berkasnya, sudah lengkap, tunggu saya bikinkan surat keterangannnya " (kades Tiba tiba bicara lemah lembut, dan membuatkan surat keterangan yang diminta oleh warga 1)

Kades : " nah ini suratnya, nanti kalo sudah lancar kuliahnya kabari saya ya, saya bangga dengan bapak dengan keterbatasan biaya masih mau berjuang untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi " ( masih berbicara lembut)

Warga 1 : terima kasih pak ( berdiri pamit, salaman )

Kades : " sama sama , jangan lupa ke sini lagi ya "

(Warga keluar, dari ruangan kades )


Bersambung part. 2

Naskah Teater Bahasa Banjar: Kuyang di Kampung Tugul (part. 2)

 (Lalu keluarlah pak RT dan istrinya Mariyam dari rumah, didepan pintu mereka berbincang, sebab suaminya mau pergi ke kota untuk membeli sesuatu)

Siti : nah nah tu urangnya jangan tapi nyaring, (mereka menguping)

Pak RT : Ulun tulak dulu yank lah, stumat aja ke Kota batutukar yang Pian pesani tadi

Mariam : geh abahnya lah, jangan kada ingat N-max kaluaran terbaru sebuah, lawan jua sepeda listrik sebuah

Pak RT : sepeda listrik gasan apa ? Ada ja N-Max kena nukar

Mariam : Uma ai Pian nih, kada mau kah, sepeda listrik Ulun handak banar, sekira kita hemat jua, Mun bajalan jauh Hanyar pakai N-Max, Mun Parak Parak ja pakai sepeda listik ja, jadi kada haran bensin

Pak RT : aja sayangku ai, Ulun tukarkan Pian sepeda listrik jua

Mariam : Tilam jua lah, kulkas jua, lawan jua kompor gas Nang hanyar gasan bamasak

Pak RT : inggih aja Ulun tukarkan, Nang didapur tu sudah rusakan jua dah

Mariam : sabuting lagi, baju lah jua Nang hanyar, Mun ada duitnya masih tukarkan Galang Amas manambahi nang ada ni

Pak RT : inggih, kena Ulun tukarkan, aja Ulun berangkat dulu lah, Pian kada usah bemasak kena Ulun tukarkan ja ayam KCF kesukaan Pian

Mariam : heh hadang, Ulun umpat ja gen, selajur ke KCF lo pian

Pak RT : maka Pian handak batatapas

Mariam : anu kena gen Ulun upahakan ja lawan Acil Mala batatapas, diupahi 100 ribu hakun ai kayaknya Acil Mala

Pak RT : ayo ai dah kita Tulakan


( Pak RT pun pergi bersama Mariam )


Siti : apa jarku, lakinya tu inggih inggih haja lawan si Mariam tu

Aluh : banyak baduit ha pulang, Mangaji sugih

Siti : ya kuyang tu Mangaji sugih dan mengaji bungas hasil sugih dan bungas

Miyah : cucuk ai, liput banar bakarudung, padahal di muka rumah haja

Siti: ya sekira garis di gulu nya tu kada kelihatan

Siti : Ikam Mun dimuka rumah ja bekarudung lah ?

Miyah : kada pang, Mun jauh Hanyar bakarudung

Siti: nah Mariam tu, dimuka rumah ja bakarudung inya, Nang lebar ha pulang kerudung nya

Aluh : sah dah ku yakin banar inya kuyang, Mun dibiarkan ja bisa makan korban

Miyah : maka ujar urang, Mun inya kalaparan banar kada dapat Ari Ari bayi inya bisa memakan ke jantung sapi atau kambing

Aluh : Mun sapi atau kambing kadada ?

Miyah : yaa meisapi darah manusia haratan guring, Mun keasikan guring ya jantung dimakannya haratan guring

Aluh : ih seram nya

Siti : kada Kawa dilihatakan Nang kaini ni, sebelum memakan korban, baik kita usir aja Mariam tu

Aluh : tapi lakinya RT

Siti: kada tahu RT atau apa kah, Mun sudah kaini nyawa taruhannya sebelum memakan korban, baik kita usir bedahulu dari kampung 

Miyah : iih, aku takutan jua, ni aku batinan stumat lagi menujuh bulan, kalo Pina apa apa lawan anakku kayapa

Siti : berarti kita kumpulkan ja warga, mendemo ke rumah pak RT, suruh inya bejauh dari kampung ni

Miyah : buktinya kayapa ? Ada kah buktinya ?

Siti : aku lawan lakiku saksinya, malihat Sorang kuyangnya mirip lawan Mariam

Aluh : ayu jaa kena ku bawai buhan sana mendemo jua

(Siti dan miyah keluar set panggung dan Siti menuju rumahnya, di samping rumah pak RT)

Siti : .. bah . Uy bah, bukai ( Siti mengetuk pintu rumahnya)

Dimas : uh umanya kah ,, ( Dimas keluar rumah dan Dimas tengah tengok kanan kiri melihat ada orang atau tidak)

Dimas : kayapa Uma nya .. sudah kah di gawi ?

Siti : tanang abahnya ai, urang urang percaya kalo si Mariyam kuyang

Dimas : nah sip banar dah tuu, pacangan di usir warga kena

Siti : iih Muar banar Ulun jua lawan dua laki bini tuh, wahini Pina mengoyoi kita banar, nukar ini itu batampai lawan kita, kisah apa kah, handak batampai banar

Dimas : kena Mun buhannya tu di usir otomatis kada lagi inya jadi RT disini, nah aku ai kena mencalonkan diri sebagai RT sorangan. Soalnya Minggu kena pemilihan RT Lo, yang mecalon Ulun lawan inya, Amun kada dikaini kan pacang tapilih pulang inya jadi RT. Amun inya di usir di kampung ni otomatis menang aklamasi Ulun di pemilihan RT.

Siti : banyak lah duit nya jadi RT tu abahnya ?

Dimas : banyak !, saban bulan dapat gaji, Mun ada baurusan ini itu warga ma amploki, tanda tangan dapat duit, kena rapat rapat dapat duit, Balum lagi pambagian sembako sembako RT pasti dapat badahulu.

Siti : ni pang kaya kita membuktikan kalo si Mariyam ni kuyang, kita kadada buktinya jua Lo

Dimas : bubuhan warga sudah terlanjur percaya jua dah, tinggal di kompori, propokatori kada Kawa bepender lagi am inya, lawan jua inya gen kada Kawa membuktikan jua kalo inya lain kuyang. Soalnya tuduhan tuduhan ciri ciri kuyang pas banar ke Mariyam dah

Siti : tapi kada nyaman Ulun kalo Pina ketahuan kita memfitnah

Dimas : eh, Pian handak nukar N-Max Hanyar kada ?.

Siti : inggih handak banar, lawan sepeda listrik lah

Dimas : gasan apa ?

Siti : di kampung kita ni Balum ada lagi Nang beisi sepeda listrik

Dimas : oke umanya ai gampang haja masalah itu, Nang penting isuk kita pastikan bahwa pak RT lawan bininya ta usir dari kampung ini

Siti : inggih 

( Dimas dan Siti masuk dalam rumah)

(Lampu meredup dan gelap)



Episode malam terakhir


(Lampu perlahan menyala, Susana malam)


Salim : lah manaan urangnya nih, Pina sunyi banar selawas ada kuyang ini, yang takana giliran jaga gen kada turun saking takutannya (duduk di pos)

Salim : kampung kah kuburan kah ini, kadada buriniknya lalu, ni tukang cofe jua kadada buka lagi imbah ditamui kuyang, garing jer kapidaraan. Ah lemah lalu, kaitu ja takutan

Salim : Jenifer ... Uy Ding Jenifer (mengarah ke rumah Jenifer)

Salim : amun Pian Pina takutan sorangan Ding ai, kiau haja Kaka, Kaka Salim siap haja mengawani Pian 24 jam

Salim : apa lagi kalo Pina ada kuyang, kalu Pina dikucup kuyang Ding ai, babiru babiru awak Pian, lebih baik di kucup Kaka Salim, muachhhh ( centil)

Salim: guring saku ading Jenifer ni, jadi kadada menyahut

Salim : aja Ding ai, sampai ketemu di alam mimpi haja lawan Kaka lah, i miss you


( Kembali duduk di pos ronda, agak gelisah karena sendirian dan kedinginan)

( Dimas dan Siti keluar rumah membawa kuyang (boneka kuyang) yang di gantungkan dengan kayu dan tali seolah olah kuyang sedang melayang. Digelap remang remang Dimas dan Siti tidak terlihat, hanya kuyang yang seakan melayang)


Siti : hihihi (menakuti dengan suara kuyang)

Salim : ..... ( Terkejut, gemetar dan lari)

Salim : kuyang.... Kuyang... Kuyang ( sambil lari )

Dimas : hahahaahhaha

Siti : hahahaha tumbur pulang to isuk rami urang bakisahan kuyang

Dimas : ayo dah masuk, kalo pina ada nang malihat kita

(Siti dan Dimas masuk rumah)

(Lampu meredup dan gelap)


Episode Penutup


(Suasana pagi hari, warga sudah ramai berkumpul didepan pos ronda, berkumpul ingin menuju rumah pak RT, ditambah dengan beberapa piguran menjadi warga )


Miyah : ku dengar dangar malam tadi si Salim disasahi kuyang 

Aluh : iih ada ai aku mendangar

Cafe : kada aman lagi sudah kampung kita ni

Siti : tahu haja Lo dah siapa kuyang di kampung kita ni

Dimas : ini haja nahh, kita barataan takumpulan, si Mariam lawan lakinya kadada, cuek banar lawan masalah kuyang kampung kita, padahal ketua RT

Siti : kita usir ja dari kampung ni

Semua : bujur ! Usir !

Aluh : meresahkan banar sudah, sebelum ada korban jiwa, kita usir haja

Cafe : tapi Mun di usir, siapa Nang jadi RT meurusi wadah kita ni

Dimas : Mun masalah RT gampang haja, kena aku siap menjadi RT nya, lawan jua pemilihan RT setumat lagi jua. Amun darurat kita majukan aja pemilihan RT. Aku siap haja menggantikannya

Cafe : ayoo ai.. aku setuju haja, iih kita pecat sekalian RT Nang ada ni selajur kita ganti lawan Dimas, setuju !?

Semua : setuju !!!

(Semua bergerak ke rumah pak RT )


Siti : uy kuyang kaluar Ikam, kami sudah tahu dah seberataan kada Kawa mengelak lagi Ikam, kadada alasan lagi

Semua : ( gemuruh meminta keluar)

( Pak RT dan Mariam pun keluar)


Pak RT : eh kenapa ini ada apa ? ( terkejut banyak warga )

Dimas : jangan pura pura kada tahu pak RT ai

Siti : iih jangan pura pura kada tahu

Aluh : Pian tu bakajian sugih dan bini Pian bakajian bungas Lo, jadi kuyang 

Semua : ( gemuruh mengusir, mencaci maki)

Cofe : gara gara ulah bini Pian warung cofe Ulun sunyi wahini, ah dasar kuyang

Pak RT : hadang dulu maksudnya ni aku kada tahu (langsung disela)

Siti : kada usah banyak alasan bejauh haja dari kampung ini

Semua : ( gemuruh mengusir)

Pak RT : apa buktinya kami bakajian sugih wan bakajian bungas

Dimas : itu buktinya Pian banyak batutukar barang, si Mariam jua Banyan baisian Amas, bagawi bahuma haja, mana Kawa nukar nang kakaitu tu .. Mun kada jadi kuyang ma apa lagi, babi ngepet kah ?

Semua : ( gemuruh mencari dan mengusir, dan melemparkan benda benda ke arah pak RT dan Mariyam ( bola kertas dll benda tidak berbahaya)

Pak RT : aku banyak duit, karena tanah warisan kuitanku di kampung laku di beli pemerintah untuk dijadikan bandara, tanahnya di beli 4 kali lipat oleh pemerintah

Dimas : ah kada masuk akal badusta haja 

Semua : usir usir usir .. ( marah, mencaci )

Dimas : keluar kalian dari kampung ini ( menarik narik baju pak RT)

( Ketika pak RT dan Mariyam di seret seret datang lah, Ani anaknya Dimas pulang dari kuliah membawa boneka kuyang, semua terdiam melihat Boneak kuyang yang di bawa Ani. Dimas dan Siti tampak gugup dan takut, aksi kebohongan akan terbongkar)

Aluh : eh Ani, ini boneka apa ?

Ani : boneka kuyang , kenapa cil ?

( Semua terheran dan tercengang)


Aluh : gasan apa Ikam Boneka ini ?

Ani : gasan Ulun main teater di kampus, Ulun kebetulan umpat sanggar di kampus, jadi tadi Ulun bawa gasan main teater kisah kuyang kuyang kaitu nah

Aluh : uuuhhhh kaitu (melirik ke Dimas dan Siti )

Pak RT : siapa yang meulahakan kuyang ni ?

Ani : Abah Ulun, mun malam pas banar kaya kuyang bujuran, ada beberapa kali di Tes abah mama ulun, malam malam

Cofe : nahhh.. Ikam ketahuan sudah lahhh.. ( menarik baju Dimas)

Pak RT : oh Ikam jangan kaitu lah, mentang mentang handak pemilihan RT, Ikam black campain namanya nih.. memfitnah lawan politik

Semua : uuhhhhhhhhh.. ( gemuruh mencaci dimas dan siti )

Pak RT : nah ketahuan kalo dah siapa yang jadi kuyang selama ini

Aluh : ayo dah kita bawa ke balai desa ja kita sidang lawan kepala desa

Semua : ayooo ayoo bawa, meresahkan haja, maulah Tumbur kampung haja

Pak RT : ya bawa bawa wadah pembakalan, kena aku susul kesana

( Dimas dan Siti pun di bawa ke balai desa, keluar set panggung)


Ani : eh, eh, kena Abah mama Ulun d bawa ke balai desa, salah apa, masa baulah Boneka kuyang aja di bawa ke kantor desa, salah kah ?

Aluh : aja umpat gen Pian jua ke balai desa, sekira tahu apa Nang Abah mama Pian ulah di kampung ni

(Mereka keluar set panggung)

Pak RT : kasian Dimas wan bininya lah, gara gara handak jadi RT ja segitunya baulah fitnahan lawan kita

Pak RT : aku gen sabujurnya kada handak jadi RT ni, lapah maurusinya, bujur haja pang sabulan dapat gaji, tapi Mun apa apa Taka Sorang, lampu jalan mati Sorang Nang manukar, apa apa Nang rusak di kampung ini Sorang dulu manalangi, iih Mun ada dana kas, Mun kadada berelaan ai

Mariam : ya jakanya basaing haja bujur bujur, kampanye Nang sehat, jujur. Mun bagus, dinilai pantas jadi RT, pasti ai di pilih warga. Kaya Pian kakanda ai pantas jadi RT makanya di pilih warga

Pak RT : Amun Ulun kada jadi RT lagi masih sayang lah Pian lawan Ulun

Mariam : Amun itu jangan ditakuni lagi dah kakanda ai, Pian nomor 1 dihati Ulun, jadi RT atau kada kah

Pak RT : uh ai bisa banar adinda Ulun ni heh


(Tiba tiba datang Salim, membawa wancuh kayu, berlari ke arah rumah pak RT )


Salim : hey kuyang bajuah ikam dari kampung ini ( sambil mengawai kan wancuh ke arah Mariam)

Pak RT : eh eh apa ini, hanyar guring kah Ikam Lim ? Makanya jangan melandau guring Lim ai. Itu kuyangnya sudah tangkap

Salim : hah ? Maka bini Pian kuyangnya

Pak RT : ujar siapa ?

Salim : ujar Dimas pang, kuyangnya mirip lawan bini Pian jer

Pak RT : nah salah alamat am ikam Lim ai, ketinggalan berita akibat guring malaudau, datangi sama ke balai desa, kuyangnya ada disana, tatangkap dah

Salim : oh iya kah, aja Ulun kena ke sana, siapa kuyangnya pak RT ?

Pak RT : Jenifer !

Salim : hah Jenifer kah ? Bujuran ?

Pak RT : iih bujuran coba datangi ke balai desa, warga kesaan takumpulan, aku kena handak ke sana jua

Salim : ah, Mun Jenifer kuyang nya berarti harus Ulun selamatkan ( Salim berbalik arah dan menuju balai desa keluar set panggung)

Salim : Jenifer sayang, kakanda akan menyelamatkanmu, handak Pian jadi kuyang kah, kuntilanak kah apa kah, mak lampir kah, kakanda tetap cinta dan sayang lawan Pian (sambil berjalan kearah luar panggung)

( Pak RT dan Mariam tertawa hahahahaha, arah ke balai desa keluar panggung)

Lampu redup

Tepuk tangan 

Selesai


Para Pemain :


Dimas

Salah satu calon ketua RT di pemilihan RT yang akan datang

Siti

Istrinya Dimas


Aluh 

Warga kampung, ibu ibu

Miyah

Warga kampung, ibu ibu


Cofe

Penjual cofe di samping pos ronda


Salim

Pemuda kampung, nyentrik, suka dengan Jenifer 


Jenifer

Tidak terlihat, seorang janda yang baru melahirkan, suaminya meninggal sebelum melahirkan


Pak RT

Ketua RT 6, berbaju batik dan / berbaju sapari

Mariam

Istri ketua RT, banyak pakai emas, dan pakai jilbab lebar

Ani

Mahasiswi, Anaknya Dimas dan Siti, pakaian kuliah / almamater

Pedagang Sayur

Pedagang sayur, membawa dagangan tanpa bicara

Piguran


Laki laki dan perempuan 3-5 orang di panggung pas demo


Biodata Singkat penulis

Arif Riduan, S.Sos.I, aktif berkesenian di Sanggar Tasmaq Annida sejak masuk kuliah tahun 2010. Pernah berkuliah di jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin tahun 2010-2014. Pernah menerbitkan beberapa buku kumpulan cerpen dan kumpulan puisi. Pada masanya juga sering menjadi aktor pada pementasan yang diadakan oleh Sanggar Tasmaq Annida dan panggung seni lainnya. Penulis dapat bertegur sapa di Instagram @areef.ole 





Pernyataan Penulis

Salam seni, saya adalah sebenar-benarnya penulis naskah ini dengan murni imaginasi pikiran saya yang saya selesaikan pada tanggal 9 Februari 2024. Naskah fiksi ini dibuat semata mata sebagai naskah hiburan pertunjukan, baik untuk latihan atau penampilan dan tentu tidak bermaksud untuk menyinggung atau merendahkan seseorang atau kelompok/instansi tertentu, hanya hiburan semata.

Naskah ini saya izinkan untuk dipakai secara gratis, namun saya mewajibkan kepada siapapun yang memakai naskah ini untuk meminta izin / menginformasikan/ mengabarkan kepada saya sebagai penulis, baik secara surat formal atau chat bia

sa di email arif.riduan1992@gmail.com sebagai apresiasi saya sebagai penulis naskah. Silahkan di sadur, diubah, diksi atau alih bahasa tanpa mengurangi inti ceritanya. Tertanda Arif Riduan. Salam Seni








Naskah Teater Bahasa Banjar: Kuyang Di Kampung Tugul (part. 1)

 


Kuyang Di Kampung Tugul

Naskah Teater Bahasa Banjar

Karya Arif Riduan



Sinopsis Awal

GURING GURING ANAKKU GURING

DIGURINGAKAN, DALAM AYUNANAN

ANAKKU PINTAR, DISURUH GURING

MATANYA KALAT, DALAM AYUNANAN


ZAMAN SUDAH CANGGIH, KADA PERLU LAGI MANGAJI BUNGAS

KADA PARLU LAGI MANGAJI SUGIH, WAN KADA PARLU LAGI MANGAJI TAGUH

BANYAKI DUIT, CANGKAT CANGKAT BACARI SAKIRA HIDUP KAYA URANG JUA. LAMUNNYA BANYAK DUIT KAWA PERAWATAN SUPAYA BUNGAS, KADA PARLU BAHAHARATAN BATATAGUHAN GASAN BAKALAHI, BANYAKI JA BISI DUIT, MUN BANYAK BAISIAN DUIT MUSUH GIN BACIUM TANGAN

...

Dengan Bangga Kami ......

Mempersembahkan Teater yang berjudul KUYANG DI KAMPUNG TUGUL karya Arif Riduan, dengan para pemain ................. selamat menyaksikan 

(Tepuk tangan )

Set panggung


Urutan dari kiri : 

Rumah Jenifer – Pos Ronda _ PKL cofe – Rumah Dimas - Rumah Pak RT


Episode Pos Ronda

Suasana malam, orang orang sudah berada didalam rumah untuk istirahat, kecuali beberapa warga yang lagi ronda dan penjual cofe. Sambil memainkan gitar 3 orang warga berkumpul dan 1 penjual kopi (angkringan/warung/dsb). di pos ronda ada tertempel selebaran para calon ketua RT yang nanti akan mengikuti pemilihan ketua RT yang baru.

Salim : calon ketua RT jua ikam lah

Dimas : eeh, jangan kada ingatlah bulan depan pilih aku ketua RT nang hanyar

Cafe : apa gerang dulu visi dan misi ikam mun kaina jadi RT

Dimas : Pokoknya baurusan nyaman, ditamui nyaman, akuntabel dan transparan

Cafe : berat pang saingan ikam, Pak Hasan nang sudah jadi RT 3 periode, berat petahana

Dimas : nah itulah demokrasi, amun inya haja nang becalon sorangan kada rami pulang pemilihannya

Salim : iih bujur pulang, mun besesaingan ini rami, anggap ja pemilihan pereseden

Dimas : memilih siapa kena ikam Lim, pilih aku lo ?

Salim : tergantung serangan pajarnya kena

Cafe : beh jua ikam kira bubuhan caleg kah ?

Salim : eh siapa tahu ada,,

( Dimas mengambil gitar yang ada di pos, kalo tidak ada gitar bisa diganti radio)

Dimas : ........ (Bernyanyi)

Salim : ....... (Ikut bernyanyi)

Cofe : eh eh eh ! Jangan talalu nyaring, tu Jenifer beanakan halus, hanyar baranak

Dimas : iih ampihan dah benyanyian, kasian Jenifer kalu anaknya manangis, inya sorangan haja hidup, kasian banar, hanyar batianan 5 bulan maninggal dah lakinya

Salim : aku hakun ai lawan Jenifer tu

Cofe : iih Ikam hakun, jenifernya yang kada hakun, hahaha ( Dimas ikut tertawa)

Dimas : ada sunyi banar malam ini nah, kadadaan urang, biasanya rami haja

Cofe : ya, biasanya rami jua kopiku nih, ni takana sunyi banar, Pina hawai, handak tutup ai aku nah, ditunggui kadada jua Nang manukar, paling Ikam berdua Nang nukar, tapi bahutang

Salim : aku cash lahh .. kada bahutang

Cofe : ya ai cash, tapi cashless, artinya bayar kaina ( sambil memberesi jualan, mau tutup)

Dimas : malam Jumat sekalinya malam ini lah, tapi asa Hawai pada malam Jumat biasanya, asa aneh

Salim : iih, mulai tadi asa merinding aku jua, Cagatan bulu kuduk, kaya ada Nang liwat tu

Cofe : itu ja takutan

Salim : kadada takutan aku

Dimas : bohhhhh ... Mun ada hantu, paling bukah badahulu

Salim : ingat kada Ikam, dahulu pas kita jaga jua, diujung Parak kuburan tu ada pocong, Ikam Nang bukah badahulu

Dimas : tapi Ikam umpatan bukah jua

Salim : yaa pas takana giliran jaga lawan Ikam ni, aur tatamu hantu haja, jakanya tatamu jablay kah nyaman jua ada Nang di kulai

Dimas : kadada jablay di kampung kita ni, adanya dikampung Mukung, kampung sabalah

Salim : Bayar jua

Dimas : mana ada jablay yang gratis

( Asik membereskan jualan, penjual cofe melihat sosok terbang berwarna merah di ujung dekat rumah pak RT )

Cofe : eh eh, apa tuh habang habang tarabang, coba lihati (terkejut)

Dimas : astaghfirullah, kuyang itu, sah dah kuyang (terkejut takut)

Dimas : Lim, Lim ambil wacuh Lim

Salim : Gasan apa ?

Dimas : Kuyang tu Mun di Kawai pakai wancuh kayu inya gugur

Salim : oke ! ( Salim berlari keluar set panggung, mencari centong nasi)

Cafe : inya baparak, kayapa nih.. pacang dimakannya kita

Dimas : ..... ( Takut sembunyi)

Cafe : lawasnya Salim mencari wancuh

Dimas : ka Irak kalo inya meambil

(Salim datang membawa wancuh plastik, kuyang masing melayang layang mengala seram)

Salim : ...... ( berani berani takut -Mengawai kuyang dengan wancuh)

Dimas : astaga, itu wancuh plastik mana mau gugur, urang tu wancuh kayu

Salim : Ikam bepadah wacuh haja, kadada bepadah wancuh kayu

Salim : hadang kucarikan lagi (keluar set panggung)

( Dimas masih ketakutan sembunyi sembunyi berani berani takut, sedangkan cofe ketakutan sambil membereskan dan menutup jualannya)

Cofe : aku Bulik haja sudah nah (lari keluar set panggung)

Dimas : bungulnya, Bulik badahulu inya, kada mehadangi Salim kah ?

Cofe : kada, babungulan mehadangi Salim, baik Bulik aku, kalo Pina dimakan kuyang

(Cofe lari keluar set panggung, kuyang seakan makin mendekat, Dimas pun lari keluar set panggung. Kuyang pun meredup dan hilang, tidak lama kemudian Salim datang membawa wancuh kayu)

Salim : nah nah nah, wancuh kayu, maaf lawas tadi wancuhnya kubasuh dulu 

Salim : lah manaan buhannya tadi, waluh banar

(Wajah menatap kesana kemari, sambil ketakutan dengan kuyang tadi yang kini sudah hilang entah kemana)

Salim : dimakan kuyang saku buhan yang berdua tadi (takut dan mencari teman)

Salim : ya ai dah . Di makan kuyang buhannya ini, maka Dimas calon RT, stumat lagi pemilihan RT, kadada calonnya seikung, kada rami am ( takut, lalu lari keluar set panggung)

( Lampu perlahan redup dan gelap )





Episode Pagi

(Suasana pagi hari, beberapa ibu ibu sedang asik memilah milih sayur dari pedagang sayur yang bejualan di depan pos ronda menggunakan sepeda/ gerobak)

Miyah : uy tahu lah habar malam tadi, bubuhannya nang jaga melihat kuyang

Siti : iih laki ku Nang melihat malam tadi, si Dimas

Miyah : kuyang ni biasanya mencium darah ari ari lalu inya muncul

Siti : iya kah, cucuk ai, tu Jenifer imbah baranak kalo, bisa inya mencari Ari Ari nya

Aluh : gasan apa inya makan Ari Ari ?

Miyah : itu gasan Mangaji bungas wan mengaji sugih, jadi kuyang itu bujur haja Pina seram muhanya pas jadi kuyang, tapi pas sudah jadi manusia inya bungas banar liwar mancarunung, duit kada bahabisan

Aluh : yg kaitu kah, Mangaji bungas sekalinya lah, gasan apa bebungas bungas ?

Siti : inya sekira dipandang bungas pang, sekira laki kada kelain, supaya disayang laki, supaya di puja puja disambat bungas lawan urang lain. Supaya laki inggih pun haja lawan inya, tunduk. Duit kada bahabisan. Emmmmmhhh kam

Aluh : tapi makan Ari Ari lah syaratnya, seram banar, marigat ha pulang

Siti : iih itu pang syaratnya harus makan Ari Ari urang Hanyar baranak, Mun kada dapat ya paksa inya harus maisapi darah urang yang haratan guring tu, makanya ada Lo rancak biru biru diawak imba. bangun guring, nah itu tanda di igut kuyang

Aluh : aku rancak ai kaitu, di tambaha biru biru

(Sambil melakukan jual beli sayur)


Miyah : berarti di kampung kita ni ada kuyang, soalnya aku suah jua biru biru imbah bangun guring, padahal kada beapa apa, timbul biru biru ja paginya

Siti : lawas dah handak kukisahkan ini nih, aku gen sebenarnya rancak jua melihat kuyang tarabang Parak rumahku, aku koler Tumbur banar ai, pas malam tadi banar ai urang malihatan jua . Lalu ai aku handak bakisah, rahasia banar tapinya

Miyah : pinandu lah Ikam siapa Nang jadi kuyang tu

Siti : kada tapi jelas jua pang muhanya, soalnya seram banar, kada wani mencangangi aku, tapi imbah Parak rumah ku, hilang kuyangnya model kaya turun tuh. Tapi muhanya asaanku mirip lawan urang Nang di kampung kita nih

Aluh : hah siapa ( terkejut )

Miyah : astaga, siapa urangnya ?, hakunnya jadi kuyang

(Pedagang sayur keluar set panggung)


Siti : kada nyaman pang sebenarnya bakisah, kalo Pina jadi fitnah, apalagi Nang kumaksudnya urangnya cukup terpandang jua di kampung Tugul ni

Aluh : hah siapa, kisahkan ja kada papa, demi kebaikan kampung kita jua

Siti : ya am, lakiku gen Pina menggaringg jua ni dirumah, imbah tatamu kuyang malam tadi, kapidaraan saku inya, kasian

Aluh : siapa nahh, penasaran aku, nyaman kita suruh bejauh aja pada kampung ni

Siti : buhan Ikam tahu haja kalo, Nang paling bungas mancarunung di kampung kita ni siapa, Nang laki nya inggih inggih haja lawan inya, dan urang nang paling baharta di kampung kita ni siapa., galang amas basapai, Nah itu tu urangnya

Miyah : Bini pak RT kah, si Mariam ?,, mancarunung banar pang inya wahini, aku sakalas waktu SD dulu ada biasa ai muhanya, muring kakaya aku ai, tapi wahini Pina glowing banar, putih bungas mancarunung

Aluh : iih dan lakinya inggih pun haja lawan Mariam tu, apa apa ujar bininya di turuti oleh lakinya, inggih inggih pun haja inya. Dimamai gen badiam pak RT tu

Siti : tahu lah buhan Ikam, waktu aku karumah inya semalam ada Nang di urus, kada sengaja aku melihat si Mariam tu kda bejilbab, tahu lah digulunya tu ada bakas habang melingkar digulunya tuh, model kaya bakal panggalan tu ( sambil memeragakan telunjuk ke leher melingkar )

Siti : dikasai minyak kuyang digulu sekalilingan, imbah tu lapas pada awak gulu wan paparutannya, jadi ai kuyang, mancari ari ari

Aluh : sah dah kuyang si Mariyam tu, Mun ada bakas balahannya tu

Miyah : cucuk ai kamana mana pakai jilbab Nang lebar wan kandal, sekira menutupi bakas balahan jadi kuyang sekalinya

Siti : nah itu, dahulu seingatku inya tu kada bekarudung, wahini bakarudung tarus, jarang keluar rumah ha pulang

(Lalu keluarlah pak RT dan istrinya Mariyam dari rumah, didepan pintu mereka berbincang, sebab suaminya mau pergi ke kota untuk membeli sesuatu)


Bersambung part. 2

Naskah Teater: Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Part. 3 (terakhir)

 (Masuk pak Yanto kandidat kades lainnya juga bersosialisasi kampanye)


Yanto : nah kebetulan sekali, bapak ibu pada kumpul disini, ini silahkan dibaca visi dan misi saya ( sambil membagikan brosur berisi visi dan misi)

Warga 1 : wih satu RT satu Sarjana, maksudnya apa ni pak ?

Yanto : ya itu program unggulan jangka panjang saya, dalam satu RT nanti di pilih pelajar yang baru lulus, diseleksi untuk mendapatkan beasiswa kuliah gratis dari dana desa sampai lulus, yaa diutamakan warga yang kurang mampu. Selain untuk kemajuan desa nantinya, juga kita harapkan menjadi pegangkat derajat bagi keluarganya

Warga 2 : keren sih, saya mau sih pak pilih bapak, asal saya dapat beasiswa itu

Warga 1 : lah kamu mau kuliah, SD aja gak lulus

Warga 2 : ya kali aja bisa

Warga 1 : mana bisa

Ibu : saya kasih tau ya pak, gini gini saya juga pernah kuliah pak, ya walau balik ke kampung cuma jadi ibu rumah tangga, tapi setidaknya saya ibu rumah tangga yang bertitel pak

Ibu : gini pak, tidak semua orang yang kuliah itu kuliah pak , banyak pak yang jadi pemandu karaoke, biduan dangdut, mengedar narkoba, maling helm, bahkan banyak yang jadi lonte pak

Warga 2 : yang bener Bu ?

Ibu : lah , kan saya sudah bilang, gini gini saya ini pernah kuliah juga

Warga 1 : jadi ibu termasuk yang mana sewaktu kuliah Bu ? Pemandu karaoke, biduan, penjual narkoba atau lonte Bu

Ibu : itsssssss ! Sembarangan, saya tidak seperti itu, saya mahasiswa yang berprestasi, IPK selalu di atas 3, lulus cumlaude

Warga 1 : tapi sekarang jadi apaan Bu, jadi pejabat ?

Warga 2 : cuma jadi ibu rumah tangga, ngurusin dapur dan Kasur, hahahahaha

Warga : hahahahahaha

Ibu : ahh !!!!! Jangan mengalihkan pembicaraan dulu, tapi ini benaran loh pak, tidak semua yang mahasiswa itu kuliah. Ada juga buat Hura Hura doang, 7 tahun kuliah kena DO

Yanto : makanya Bu, nanti akan kita adakan tahap seleksi yang betul betul ketat, dan ada kontraknya juga yang berguna bagi penerima beasiswa dan desa juga agar nantinya setelah lulus dia akan memajukan desa kita

Warga 1 : saya setuju pak

Yanto : besok bapak ibu, kalau benar benar peduli dengan desa kita ini, ayo gunakan hak pilih bapak ibu sekalian dengan memilih saya Yanto nomor urut 1

Yanto : bapak ibu sekalian, saya izin pamit dulu, masih banyak agenda sosialisasi saya untuk memajukan desa ini di lima tahun yang akan datang

Warga : ya pak hati hati pak, saingan bapak sangat berat, banyak uang pula

( Pak Yanto keluar set panggung)

Warga 1 : bagus ya programnya, pasti bisa memajukan desa ini

Warga 2 : saya pilih pak Yanto deh kayaknya nanti

Ibu : eh emang kalian percaya kata kata manisnya politisi ?

Warga 1 : maksudnya ?

Ibu : banyak calon calon pejabat ngomong gitu, manis ini itu, gagasan visi dan misi yang sangat manis dan bagus tapi pas terpilih ya gitu gitu aja, bohong semuanya

Warga 1 : iya sih

Warga 2 : yang jelas jelas di sumpah pakai kitab suci aja pas pelantikan ternyata ketika kerja korupsi juga, ya walau gak semuanya, tapikan banyak begitu

Ibu : nah itu yang saya maksud, pejabat semuanya mulutnya manis. Ketika pemilihan suara rakyat dicari cari, memohon mohon untuk dipilih. Eh setelah dipilih malah tutup telinga dengan suara rakyat, malah rakyat yang memohon mohon bantuan kepada pejabat

Warga 1 : apa bedanya, pil KB dengan Pilkades ?

Warga 2 : hmmmmmmmm.. apa yah ? Gak tau

Ibu : Pil KB ya buat di minum lahh.  

Warga 1 : bukan, bukan itu

Ibu : bedanya apaan ?

Warga 1 : kalo Pilkades setelah jadi bisa lupa !!, Klo Pil KB setelah lupa bisa jadi !

Warga 2 : hahahahahahaha..

Ibu : eh, malah main tebak tebakan, kek gak ada kerjaan aja, saya mau pulang dulu mau masak buat suami dan anak

Warga 2 : saya juga mau pulang dulu, mau mancing nanti malam. Di sungai sedang ramai ikan

( Ibu dan warga 2 keluar set panggung)


Warga 1 : ahhhhh... Santai disini aja dulu dah, siapa tau ada serangan Pajar ( rebahan dan tertidur di pos / dipan)

( Cahaya meredup, seakan akan malam telah tiba, warga 1 tertidur di pos / dipan)

...

( Masuk Memet dan 1 orang pendukungnya masuk disisi pojok panggung)

Memet : nah ini ada 500 amplop, isinya 305.000, bagikan ke 500 warga, katakan ini amplop untuk pilih saya sebagai kades lagi. ( Memberikan sejumlah amplop)

Pendukung 1 : iya pak

Memet : ingat ya, pastikan para penerima amplop ini benar benar berjanji akan pilih saya besok. Dan jangan sampai ketahuan panitia pilkades ya, senyap senyap saja, berikan dulu kepada orang orang yang kamu kenali, jangan sembarangan orang

Pendukung 1 : siap pak beres 

Memet : ya sudah, saya pulang dulu, bagian kamu nanti besok aja ambil ke rumah saya

Pendukung 1 : ok pak 


( kades Memet keluar set panggung, pendukung 1 berjalanan ke tengah panggung menuju pos/dipan dan melihat warga 1 sedang tidur dan membangunkannya )


Pendukung 1 : eh yadi, bangun bangun !

Warga 1 : hahhh, sudah jam berapa ini ? Aku ketiduran

Pendukung 1 : kamu mau uang gak ?

Warga 1 : ya jelas mau lah, serangan Pajar kan ini ?

Pendukung 1 : sstttttttt... Jangan keras keras, kok kamu tau, kalo ini serangan Pajar ?

Warga 1 : memang biasanya begitu, kalau ada yang nawarin uang cuma cuma dimalam jelang pemilihan ya jelas serangan Pajar namanya

Pendukung 1 : tapi ini bukan serangan Pajar, Hanya uang lelah saja, tanda terima kasih pak Memet karena sudah memilih dia

Pendukung 1 : ini ada 200 amplop, dari pak memet minta kamu bagikan kepada warga yang mau memilih dia, uang ini sebagai tanda terima kasih. Kamu mau membagikannya ? Kalau mau nanti ambil jatah 5 amplop dari ini. Sisanya kamu bagikan

Warga 1 : jatah saya 5 amplop, ? jelas dong siap aku bagikan !

Pendukung 1 : iya jatah kamu 5, nah sisanya yang 195 amplop tolong kamu bagikan ke warga yang lain. Tapi jangan sampai ketahuan, bagikan ke orang-orang terdekat kamu dulu

Warga 1 : yaa yaa paham, nanti saya bagikan

Pendukung 1 : oke deh kalau begitu, saya pergi dulu, tolong bagikan ya

Warga 1 : siap tenang, semuanya beres 


( Pendukung 1 keluar set panggung)


Warga 1 : mimpi apa aku ya, dapet uang segini banyak 

Warga 1 : tapi masa iya jatahku cuma 5 amplop ?, kalau saya ambil 10 amplop kan gak ada yang tau juga. Dan gak mungkin juga dilaporkan kepolisi gara gara korupsi uang serangan Pajar, lumayan rezeki anak Soleh, hihihi

(Lalu masuk lagi warga 2 dan menghampiri warga 1 )

Warga 2 : eh masih disini aja kamu Yadi, ngapain, itu amplop buat apaan ? Fardu kipayah ? Siapa yang meninggal ?

Warga 1 : eh eh, jangan ribut, pelan pelan, suaranya

Warga 2 : kenapa ?

Warga 1 : ini serangan pajar, kita lagi diserang

Warga 1 : ini ada 200 amplop buat dibagikan ke warga, eh bukan 200 tapi seratus tapi 100 amplop maksudnyan, buat tanda terima kasih dari kades Memet buat warga yang memilih dia, mau gak kamu membagikannya, kalau mau nanti ambil jatahah kamu 5 disini, jadi yang 95 amplop sisanya tolong bagikan

Warga 2 : siaaapppop bosqueeee beresssssss

Warga 1 : bagikan ya, aku mau pulang dulu, bagikan loh ya jangan di korupsi, dan jangan sampai ketahuan panitia pilkades, bakalan di penjara nanti kita

Warga 2 : siaappp boasque, gak aku sangka ternyata kamu timsesnya pak Memet

Warga 1 : ssttttttttt.. jangan bilang bilang, bagikan saja, katakan dari pak Memet sebagai tanda terima kasih


( Warga 1 keluar set panggung)


Warga 2 : ini amplop Ku bagikan sama siapa yang, gak ada yang lewat pula

Warga 2 :masa iya aku ketok rumah warga satu satu ? , kalau ketahuan oleh pendukung calon kades yang lain gimana? Kalo dilaporkan bakalan kena pasal ? Masuk penjara, lahh ogah, 

( Warga 2 mondar mandir memikirkan, lalu masuklah ibu sedang mencari anaknya yang belum pulang)

Ibu : eh eh, Kusnadi, ada lihat anak saya si Syarif gak ? Gak pulang pulang bilangnya mau mancing

Warga 2 : iya ada, saya lihat tu di sungai RT 9, jam segini memang rame ramenya mancing banyak ikan akhir akhir ini disana.

Ibu : owh yaa syukur deh, , sana mau kesana dulu

Warga 2 : eh Bu, tunggu Bu, penting.

Ibu : penting apaan ?

Warga 2 : nanti besok pemilihan, ibu pilih siapa ?

Ibu : saya masih bingung memilih siapa, emangnya kenapa ?

Warga 2 : ini Bu, saya di amanahi oleh pak kades Memet buat membagikan amplop buat tanda terima kasih buat warga karena mau memilih dia 

Ibu : serangan Pajar?

Warga 2 : bukan Bu, bukan serangan Pajar, ini tanda terima kasih aja, gitu kata pak kades

Warga 2 : kalo ibu mau bantu bagikan nanti jatah buat ibu dapat lebih, soalnya saya gak tau mau bagikan kemana, sudah sepi, nah kan tu ibu mau kesungai datangin anak ibu yang lagi mancing, nah bagikan aja ke sana Bu

Ibu : oh iya boleh boleh, jatah saya double kan ?

Warga 2 : nah iya Bu ini ada 30 amplop untuk ibu bagikan, jatah itu double ambil aja duluan, sisanya yang 28 amplop tolong bagikan ke warga

Ibu : yaa yaaa.. terserah aja kah ke siapa

Warga 2 : iya Bu terserah aja, ke siapa aja, yang penting jangan ribut, jangan rame rame, ini bukan serangan Pajar loh yaa, murni sebagai tanda terima kasih aja kata pak kades begitu. Tapi tetap jangan ketahuan sama panitia pilkades. Takutnya mereka minta jatah juga, paham kan bu

Ibu : ok, paham paham

Warga 2 : klo gitu saya pulang dulu ya Bu, tolong bagikan

( Warga 2 keluar set panggung)

Ibu : berapa gerang isinya nih, duh banyak juga isinya, 350 ribu , lumayan sekali (mengintip dalam amplop)

Ibu : tapi, dibagi sama siapa ni 28 amplop ni, kalo dibagi bagi ke pemancing gimana ya, bakalan ketahuan gak ? Jelas ini serangan Pajar, suap ini , kalo ketahuan bakalan di penjara, gimana cara membagikannya ya ( mondar mandir)

( Lalu masuk warga 3, seorang pemancing yang ingin memancing ke sungai)

Ibu : kebeetullaaaaaannnnnn sekali

Warga 3 : ada apa Bu ?

Ibu : kamu mau mancing ke sungai ?

Warga 3 : iya Bu , emangnya kenapa ?

Ibu : kamu mau uang gak ?

Warga 3 : siapa sih yang gak mau Bu, emang uang apaan ?

Ibu : ini ada titipan dari pak Memet, kades kita, ada 10 buah amplop untuk dibagikan ke warga sebagai tanda terima kasih untuk memilih dia dalam pemilihan kades

Warga 3 : bilang aja uang serangan Pajar Bu, ribet banget kata katanya

Ibu : tapi ini bukan serangan Pajar, tanda terima kasih aja ( mengasih sepuluh amplop)

Ibu : tolong bagikan ya sama warga, jatah kamu silahkan ambil 2 , nah sisanya yang 8 tolong kamu bagikan

Warga 3 : oke deh Bu ( pemancing keluar set panggung)

Ibu : .... ( Menghitung amplop yang tersisa)

Ibu : hmmmmmm . Lumayan buat beli beras, minyak, gula, bayar listrik, gak ada yang tau kan hahahahaha, hmm pulang saja ah, nanti si syarif pasti pulang sendiri ke rumah kalo sudah selesai mancing ( ibu 1 keluar set panggung dengan riang gembira)


( Lampu meredup)

( Lampu perlahan terang, set panggung seperti penghitungan suara hasil pemilihan kepala desa, ada beberapa warga, ada 2 panitia pemilihan , ada 3 kandidat calon kades. Suasana sedang penghitungan suara, setelah pemungutan suara selesai)

Panitia : Yanto ! ( Sambil mengambil kertas dan diperlihatkan kepada yg hadir)

Panelis : .... ( Menulis ke papan perhitungan)

Panitia: Yanto !! 

( Berlangsung 20 kali suara untuk Yanto, dan panelis menuliskan di dinding setelah disebutkan)

( Kades Memet tampak geram karena namanya tak kunjung muncul, sambil mengisyaratkan marah kepada pendukung 1 yang dia minta untuk membagikan amplop, sedangkan pendukung 1 mengisyarakat marah kepada Warga 1 yg telah di minta membagikan amplop, dan warga 1 memberikan isyarat bahwa amplopnya sudah ia bagikan,, penghitungan suara masih berlangsung,, sesekali nama Suryadi di sebutkan, namun tidak dengan nama Memet. Kades geram sekali)

Panitia : Suryadi !!

Panitia : Yanto !!

Panitia : tidak sah !

Panitia : Yanto 

Panitia : Yanto !

Panitia: Yanto !

Panitia: ini kertas terakhir, kita lihat, yantoooii !!!


Panelis : kita saksikan bersama, hasil dari penghitungan suara , 01 pak Yanto memperolah suara 456 suara, 02 pak Suryadi memperoleh 377 suara dan 03 pak Memet memperoleh 15 suara serta suara tidak sah ada 60 suara. Maka dengan perhitungan yang sudah disaksikan ini pemenang pemilihan kades desa Handil Mukung ialah 01 pak Yanto

( Sorak Sorai warga)

Panitia : dan selanjutnya mekanisme, hasil pemilihan, transisi dan apabila ada aduan atau keberatan lain lainnya akan di atur oleh pihak kecamatan. Silahkan bapak ibu bubar dengan tertib dan damai. 

( Panitia dan panelis membereskan semuanya dalam kotak suara begitu juga hasil perhitungan di dinding, memasukkan semuanya dalam kotak dan membawanya ke luar set. Satu persatu warga dan kandidat 01 02 keluar dari set panggung)

( Hanya tersisa, kades, pendukung 1 dan warga 1)

Memet : komaarrr. !!!!! Kamu harus bertanggung jawab ( marah kepada pendukung 1 )

Pendukung 1 : Yadi !!! Kami harus bertanggung jawab ( marah mengejar warga 1, ia pun lari ke luar set panggung dan kades juga ikut mengejar )

Memet : eh jangan lari, jelaskan pada saya, kenapa suara saya bisa cuma 15 , saya pecahkan kepala kau yaaa ... Jangan lari ... ( Mengejar keluar set panggung )


( Lampu padam)

( Tepuk tangan)

( Selesai)




Biodata singkat penulis 

Arif Riduan, S.Sos.I, dengan sapaan akrab Ole, mantan aktivis yang aktif di Sanggar Tasmaq Annida Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Antasari. Meski tulis menulis naskah adalah hal yang baru, tapi ia sudah menulis beberapa naskah teater. Tujuannya agar bisa berkontribusi dalam khazanah penulisan naskah didunia seni teater yang selama ini hanya ia digeluti sebagai aktor panggung. Pernah berkuliah di jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, dan sekarang bergelut di bidang usaha kuliner sebagai wirausaha kecil. Penulis bisa di sapa melalui Instagram @areef.ole


Pernyataan Penulis

Saya Arif Riduan, sebenar-benarnya adalah penulis naskah teater ini, yang mana murni sebagai naskah fiksi dari imaginasi saya sendiri tanpa maksud untuk menyinggung atau mengina seseorang, kelompok atau instansi tertentu. Murni sebagai hiburan untuk pementasan teater, tidak terinspirasi pemilihan atau Pilkades manapun hanya sebagai imaginasi. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau cerita maka itu hanya sebuah kebetulan.

Saya mempersilahkan naskah ini untuk dipakai dimanapun dan dimana pun oleh siapapun yang ingin memakai naskah ini. Gratis !, Boleh disadur, dialih bahasa dan diubah atau dikurang dialognya tanpa mengurangi inti sari dari alur cerita pada naskah. Hanya saja saya mewajibkan kepada siapa saja yang ingin memakai naskah ini untuk memberitahukan kepada saya

 di email arif.riduan1992@gmail.com baik tertulis formal atau chat email saja. Sebagai apresiasi saya sebagai penulis.

By. Arif Riduan 




Naskah Teater: Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) part. 2

 Piguran : wuuuhhhhh (tepuk tangan)

Moderator : ya itulah visi misi Pak Yanto, silahkan kembali ke tempat pak. Untuk selanjutnya nomor 02 kita mintakan kepada Pak Surya untuk menyampaikan visi dan misinya

Piguran : wuuuhhhh (tepuk tangan)

Suryadi : Assalamualaikum, semua dan seluruh warga Desa Handil Mukung Sekalian. Saya Surya, imam sekaligus pengurus musholla At-taubah sejak Remaja hingga kini. At-taubah semenjak kemimpinan saya sangat berkembang pesat. Dulu ketika adzan subuh, saya yang adzan, saya yang qomat, saya juga iman dan sekaligus makmumnya. Tapi sekarang sudah berkembang ada sekitar 10 orang makmum ketika sholat subuh.

Suryadi : intinya, saya akan membawa Desa Handil Mukung ini menjadi desa yang agamis, berakhlak mulia dan dekat dengan surga. Tidak ada lagi warga yang keluyuran saat adzan magrib berkumandang. Mushola-mushola di setiap RT akan kita renovasi. Akan kita waujudkan DESA Syariah !!

Piguran : mantaaapppp !!!! Wuuhhhh ( tepuk tangan)

Moderator : itulah visi dan misi Pak Suryadi, dan selanjutnya kita mintakan kepada Pak Memet untuk menyampaikan visi dan misinya 

Pendukung : pak Memet lah kadesku, pak Memet lah pilihanku, kuyakin bapak Memet pasti menang !!! Wuuuhhhhhhh (tepuk tangan)

Memet : Assalamualaikum, warga sekalian yang berbahagia, saya yang saat ini adalah Kepala Desa Handil Mukung tentu akan bersiap untuk melanjutkan apa yang telah kami lakukan selama ini. Dengan semboyan " DESA SEJAHTERA " izinkan saya untuk melanjutkannya. Tahun depan akan banyak para investor yang akan membuka lahan dan perusahaan di desa ini, yang mana berguna untuk terbukanya lapangan pekerjaan didesa ini. Kampung akan ramai, warung warung akan ramai, penyewaan lahan akan ramai, dengan harapan akan memajukan desa ini dari segi ekonomi dan kemanfaatan.

Pendukung dan piguran : wuuhhhhhhh ( tepuk tangan)

Pendukung : Pak Memet ! Pak Memet !! Pak Memet ! Pak Memet !!!

Moderator: penonton harap tenang, tenang, mari kita lanjutkan sesi berikutnya

Moderator : sesi selanjutnya adalah para calon kades mengambil kertas pertanyaan yang ada didalam toples dan menjawabnya, ada 1 pertanyaan disetiap toples yang akan dibacakan oleh panelis.dan calon yang lain boleh menyanggahnya atau bertanya hanya satu kali

Moderator : Pak Yanto silahkan ambil, lalu berdiri di depan mic

Yanto : ..... ( mengambil kertas, dan memberikannya kepada panelis, Yanto lalu menuju mic)

Panelis : silahkan dijawab langsung, pertanyaan pertama bagaimana cara anda untuk mensejahterakan petani ?

Yanto : kita sediakan pupuk yang murah dan terjangkau

Memet : lah ngapain yang murah, kalau murah ya pasti kualitasnya buruk

Yanto : murah biar warga mampu membeli kalau mahal siapa yang beli, produksi pertanian jangan sampai memberatkan petani, kalau produksi pertanian itu terjangkau, maka menjual hasil panennya lebih mudah menentukan harga yang terjangkau juga buat pembeli

Memet : selama ini warga sini beli yang mahal kok gak yang murah, tapi berkualitas

Yanto : ya karena gak ada pupuk yang murah terpaksa beli yang mahal

Moderator : bagaimana pak Suryadi, ada sanggahan ?

Surya : mensejahterakan petani itu bukan hanya sekedar pupuk, tapi juga harus dibantu distribusi penjualannya, selama ini petani menjualnya ke tengkulak atau makelar dengan harga murah. Untuk ke pasar tidak bisa mendistribukannya, ya pembeli harus datang ke Desa ini agar dapat harga yang bagus, maksunya pemerintah desa harus ikut andil dalam pendistribusian hasil panen ke pasar, bukan memndatangkan tengkulak atau makelar.

Yanto : ya kalau pupuk mahal distribusi mahal ya percuma jugakan, jadi pupuk harus terjangkau oleh petani 

Moderator : sudah cukup, silahkan kembali ketempat, selanjutnya pak Suryadi, silahkan ambil pertanyaannya dan serahkan ke panelis

Panelis : apa langkah kongkrit bapak Suryadi untuk memberantas nepotisme, alias mementingkan orang terdekat saja dalam kebijakan atau pekerjaan.

Suryadi : nopotisme itu haram !!! Masuk neraka !!! Haram hukumnya seorang pemimpin ketika terpilih lalu semena mena mengangkat perangkat desa hanya dari kalangan keluarganya sendiri. Sembako sembako bantuan yang dapat hanya keluarganya sendiri, proyek proyek pemerintah yang mengerjakan keluarganya sendiri, itu haraammm !!! Nerakaaa !!!

Panelis : langkah konkritnya apa pak ?

Suryadi : yaa , yaaa haram pokoknya haram, gak boleh nepotisme itu haram, saya akan mengharamkan nepotisme di desa ini, seperti yang sudah sudah.

Yanto : saya setuju pak, Haram nepotisme itu, haram, yang dapat kerja cuma keluarganya saja !! Itu haram

Memet : kita tidak boleh serta mengharamkan hal itu tanpa fatwa dan dalil yang jelas, contoh saya sendiri merekrut perangkat desa itu dari nilai kompetensinya, jika saya nilai kompetensi bagus ya saya silahkan berkerja menjadi aparat desa, kalau dia keluarga saya ya itu hanya sebuah kebetulan

Yanto : kebetulan kok hampir semua, kebetulan macam apa itu, itu namanya dinasty politik 

Suryadi: itu haram, neraka titik !!!!

Piguran : wwuuuuhhhhhhhh (riuh)

Moderator : tenang tenang semuanya tenang,

Moderator : terakhir kita mintakan untuk Pak Memet mengambil kertas pertanyaannya dan silahkan bersiap untuk menjawab

Panelis : apa yang bapak lakukan untuk memberantas maksiat di Desa ini, contoh seperti banyaknya warung remang remang 

Suryadi : itu haraammmm !!! Neraakaaaaa !!!

Moderator : tenang pak Surya, kita beri kesempatan buat pak Memet untuk menjawab

Memet : ada sesuatu itu jadi ada ya karena kebutuhan masyarakat itu sendiri, ketika banyaknya warung remang remang berdiri ya itu karena masyarakatnya sendiri yang membutuhkannya. Kadang perlu hiburan, perlu teman ngobrol sambil ngopi, nakal nakal dikit. Toh dosanya dia pribadi juga yang nanggung.

Memet : coba masyarakat tidak datang ke warung sama, ya pasti bakalan tutup gulung tikar semua, ya saya tidak bisa menyalahkan juga, masyarakat datang sendiri kok tanpa diminta ke sana. Lebih baik dikelola di tarik pajaknya ya lumayan buat pendapatan desa, dan dialokasikan untuk fasilitas fasilitas umum

Suryadi : tapi itu tidak sesuai dengan norma agama

Memet : ajaran yang mana ?, sholat subuh aja cuma sepuluh orang itupun jarang, Cuma hari jumat, tiap hari musholla kosong melompong tidak ada kegiatan

Yanto : musholla kosong melompong ? berarti anda gagal sebagai kepala Desa

Memet : eh untuk urusan agama ya kembali kepada pribadi masing masing, saya pun pernah lihat anda minum kopi di warung remang remang sana, ya jangan munafik

Yanto : eh . Itu kan dulu .

Memet : ini juga, Pak Suryadi, saya lihat juga pernah ke warung remang remang sana ngopi hingga pagi, hayoo.. itu haram pak haraammm nerekaaa !!!

Suryadi : hmmmmmm.. itukan.. itukan.. dulu

Piguran : wwuuuhhhhhhh (riuh)

Moderator: tenang tenang semuanya tenang,, dengan berakhirnya penyampaian dari Pak Memet tadi maka selesai acara debat kandidat calon kepada desa pada hari ini, ayooo kita memilih, jangan lupa datang lusa di depan balai desa memilih calon kepada desa. Wassalamu'alaikum

Penonton: ( riuh tepuk tangan)


Lampu meredup

Episode Kampanye

Set panggung seolah olah berada dialun alun desa, ada sebuah Pos Ronda/gardu/ dipan, tempat para warga biasanya berkumpul, dan tempat biasanya ibu menunggu penjual sayur dan ikan. Bisa di tambahkan balaho baleho calon kades. Ada beberapa warga yang sedang santai di pos/dipan, ada juga 1 orang ibu ibu sedang menunggu pedagang sayur lewat (pakai sepeda atau sepeda motor)

Warga 1 : pilih siapa entar pemilihan kades ?

Warga 2 : belum memutuskan

Warga 1 : kenapa, pilihan sulit, karena bagus semuanya

Warga 2 : jelek semuanya, ya ya semua calon jelek semuanya

Warga 1 : hahahahahaha, iya iyaa.. tidak masuk kriteria

Ibu : Halah, tidak masuk kriteria, emang kriterianya apaa yang kamu maksud?

Warga 2 : ya seorang pemimpin yang baik, yang mampu membuat desa ini berkemajuan

Ibu : Halah, pemimpin baik, aku tahu apa yang kamu maksud, gak ngasih kamu duit kan !?

Warga 1 : nahh serangan Pajar itu namanya

Ibu : itu itu serangan Pajar, gak dapat kan kalian ?!, makanya kamu bingung pilih siapa

Warga 2 : bisa iya bisa tidak, ya mungkin aja, calon pemimpin dermawan tu tandanya

Ibu : pemimpin dermawan kamu bilang ?!, kebalikannya malah itu, kalau dia main sogok sogok saat pemilu, ya nanti kalau terpilih giliran kamu yang sogok sogok biar urusanmu lancar, kalau kamu tidak nyogok mana mau dia mengerjakan urusanmu. Bikin surat ini, harus bayar, bikin izin itu harus bayar, urus ini itu bayar, ya seperti yang sudah sudah.

Ibu : setan semua memang, yang disogok setan dan yang menyogok pakai serangan Pajar juga setan. Gitu begitu gitu aja desa, gak ada kemajuan

Warga 1 : ibu ngomongin kepala desa kita sekarang?

Ibu : aku gak sebut nama ya, gak ada kubilang kepala desa kita suka sogok menyogok

Warga 2 : berarti kades kita pemimpin yang baik dong

Ibu : gak ada juga aku pernah bilang gitu, Kitakan bahas pemimpin yang akan datang

Warga 2 : tapi kan sekarang calonnya juga ada kades kita yang sekarang

Ibu : ah pikir aja sendiri ( tukang sayur masuk, ibu memilih milih sayur)


(Lalu pak suryadi masuk, bersosialisasi dan berkampanye)


Suryadi : assalamualaikum, wih pada ngumpul ni warga yang baik dan Budiman (bersalaman)

Suryadi : pasti lagi ngomongin calon kepala desa

Warga 2 : wah dukun ni pasti, kok tau

Suryadi : ya akhir akhir ini memang saya jadi bahan obrolan warga sana sini di desa ini

Warga 1 : bukan cuma bapak, calon yang lain juga, tiga tiganya diomongin juga

Warga 2 : tapi memang bapak sering diomongin sih

Suryadi : tu kan, bener

Warga 2 : ya selama bapak jadi calon kepala desa, adzan Dzuhur dan ashar sering telat, bahkan pernah adzan Dzuhur jam 3 hahahahaha

Suryadi : sebenarnya itu bukan adzan Dzuhur tapi ceksound untuk adzan ashar

Warga 1 : nah cocok ni jadi kepala desa

Warga 2 : kenapa ?

Warga 1 : pinter banget ngeles, banyak alasan

Suryadi : gak juga ah, saya mencalonkan diri sebagai kepala desa agar desa kita semakin dekat dengan agama, lebih dekat kepada sang pencipta, dekat pada sang pencipta adalah salah satu jalan untuk merubah tatanan hidup, sejahtera dan bahagia. Desa damai, penuh berkah

Warga 2 : jadi penceramah sih kayaknya yang cocok ?

Warga 1 : cocok juga jadi kepala desa, jadi pas sambutan terasa khutbah Jum'at

Suryadi : nah, itu baguskan, berpahala dan berkah

Warga : iiii yaaa sih

Suryadi : nah bapak bapak ibu sekalian, jika memang ingin desa ini maju dan agamis maka pilihlah saya nomor urut 02. Suryadi, berpengalaman sebagai ketua musholla At-taubah dari remaja. Insya Allah berkah dan berpahala jikalau bapak ibu memilih saya, nanti akan mendapat balasan yang setimpal di akhirat kelak

Warga 1 2 : aamiiiiiiiiiinnnnnnn

Suryadi : ya sudah, saya mau ke RT sebelah dulu, sosialisasi

Warga 1 : iyaa pak , silahkan

Suryadi : berkah dan berpahala !!!! (Mengepalkan tangan)

Warga 1 2 : berkah dan berpahala ( terlihat terpaksa menyahut - tangan terkepal)

Suryadi : assalamualaikum

Warga 1 2 : waalaikum salam


(Lalu masuk Pak Memet dan 3 pendukung )


Pendukung : pak Memetlah kadesku, pak Memetlah pilihanku, kuyakin bapak Memet pasti menang 2x (para pendukung bernyanyi)

Memet :...... ( mengisyaratkan untuk berhenti bernyanyi)

Memet : nah, pas sekali wargaku sedang berkumpul menikmati hari yang indah

Ibu : wihh tumben banget pak ke sini, apa karena kampanye doang

Memet : sudah sepatutnya seorang kades melihat situasi desa secara langsung, ya sekalian silaturrahmi, bukan semata mata karena kampanye

Ibu : iya maksud saya, tumben tumbenan kesini pak, biasanya lewat lewat aja kek mobil pejabat mau rapat,, gossssss, gosssssss, gosssssss !! Melaju

Warga 1 : lah pak Memet kan memang pejabat

Memet : bukan begitu, yang saya urus bukan hanya RT sini, RT RT yang lain juga harus dapat porsi pelayanan yang sama, nah mungkin RT lain lebih banyak masalahnya jadi lebih sering saya kunjungi

Ibu : disini juga banyak masalahnya pak, ada jalan berlubang, lampu jalan mati, bantuan sembako tidak tepat sasaran, ada warga miskin yang tidak dapat bantuan banyak pokoknya pak. Apa lagi yang dapet bantuan sembako pasti keluarga dan kerabat RT pak dan saya denger denger ketua RT sini juga keluarga bapak ya pak

Memet : ....... ( Mengeluarkan uang memberikannya ke IBu )

Ibu : ... Ya bukannya apa ini pak, bapak harusnya juga sering sering kesini mengontrol wilayah bapak, bukankah disini juga wilayah bapak ( nada semakin pelan karena dapat uang)

Memet : ..... ( Memberikan lagi uang kepada ibu )

Ibu : masih wilayah Desa Handil Mukung juga kan pak, jadi ya harus dekat dengan pemimpinnya ( nada semakin pelan dan senang)

Memet : .... ( Memberikan lagi uang kepada ibu )

Ibu : pokoknya saya berharap ke depan bapak lagi deh yang jadi kades, semoga yaa semoga ya ( mendukung halus nada pelan)

Warga 2 : astaghfirullah, ini sogok menyogok ( mengejek ibu )

Memet : bukan sogokan ini mas, ini adalah sedekah, murni pemberian tanpa embel embel apapun

Warga 1 : ehem ehemmmmm.. kita gak disedekahin pak

Memet : ada, sudah siapin tenang ,( sambil memberi uang selembar selembar, termasuk penjual sayur)

Memet : ini bukan sogokan loh yaa, ini kedermawanan

Ibu : iya pak ini kedermawanan, saya sepakat pak

Memet : tapi, terlepas dari kedermawanan saya ini, saya mohon doa dan restu bapak ibu mas mas sekalian agar saya terpilih nantinya, ya Sudi kiranya pula saya diberi dukungan dengan cara memilih saya untuk menjadi kades lagi, masih banyak program program di desa ini yang masih ingin saya lanjutkan

Pendukung 1 : hidup pak kades !! Lanjutkan !

Pendukung lain : lanjutkan !!!!

Memet : saya izin pamit dulu, mau ke RT RT lain, ingin survey lingkungan desa bagaimana, assalamualaikum.

Warga 12 : waalaikum salam

( Kades pun pergi keluar set panggung, diiringi dengan yel yel dari para pendukung)


Warga 1 : lumayan buat beli seblak

Warga 2 : yang nyogok setan ! Yang di sogok juga setan !!! Hahahaha ( menyinggung ibu )

Ibu : kan sudah dibilang ini sedekah, buka sogokan

Warga 1 : emang apa bedanya ?

Ibu : kalau kita berjanji untuk memilih dia dengan uang ini ya itu baru sogokan, money politik, kan kita gak janji

Warga 2 : tapi kan kita semua tau, bagi bagi uang ini untuk di pilih, walau dia gak mengatakan, tapi kita sudah paham tujuannya apa

Warga 2 : ya pura pura gak paham aja, apa susahnya sih

Ibu : nah itu, lumayan buat beli sayur, pak ini pak saya bayar sayurnya ( ngasih uang bayar kepada pedagang sayur, dan penjual sayur keluar set panggung )

(Penjual sayur keluar set)

Warga 1 : jadi kalau kita pilih pak Memet, artinya ini uang jadi sogokan, gitu kah

Warga 2 : ya iya kayaknya

Warga 1: bukan seten kan Bu ? ( Mengejek)

Ibu : bukan pokoknya bukan sogokan, anggap aja ini rezeki nomplok, ditolak juga sayang kan ? Sini kalo kamu gak mau uangnya buat saya aja

Warga 1 : saya gak bilang saya gak mau , saya cuma tanya status uang ini aja


(Masuk pak Yanto kandidat kades lainnya juga bersosialisasi kampanye)

Naskah Teater Monolog : Kampus Daun Kering

KAMPUS DAUN KERING Naskah Monolog Realis Oleh Arif Riduan (Berjalan perlahan seorang nenek tua yang berumur senja, sengaja pergi ke kampus t...