Minggu, 22 Desember 2024

Si Halaban Di Telaga Air Bertuah, Naskah Drama Teater, Cerita Legenda Banjar

 


Si Halaban Di Telaga Air Bertuah

Legenda Gunung Bajuin


*Terinspirasi dari cerita rakyat legenda Halaban dan Telaga Banyu Batuah Gunung Bajuin, Kalimantan Selatan


Sound Awal

WAHAI ANAKKU HALABAN YANG SANTUN, BAIK DAN GAGAH BERANI SUDAH SAATNYA ENGKAU MENGGANTIKAN AYAHMU INI SEBAGAI RAJA DIKERAJAAN KECIL INI. JANGAN KAU LIHAT KECILNYA KERAJAAN INI, TAK MEGAH DAN TAK MEMILIKI WILAYAH YANG LUAS. YANG KAU PERLU LIHAT ADALAH BETAPA BAHAGIA DAN SEJAHTERANTA RAKYAT DI NEGERI YANG DAMAI INI 

JADILAH RAJA YANG BAIK PADA SEMUA RAKYATMU, BERILAH PERTOLONGAN BAGI SIAPA SAJA YANG MEMERLUKAN BANTUANMU TANPA MENGHARAP IMBALAN. JANGAN MEMENTINGKAN KESENANGAN PRIBADI, SEBAB MENJADI RAJA BUKAN BERARTI KAU MENJADI PENGUASA DIANTARA RAKYATMU, MELAINKAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB YANG BESAR YANG HARUS KAU JALANKAN DENGAN BAIK

ANAKKU HALABAN YANG GAGAH BERANI, JAGALAH SOPAN SANTUNMU BAHKAN KEPADA MUSUHMU SEKALIPUN, JANGAN MENYAKITI APAPUN YANG HIDUP. MEMBUNUH JANGAN SAMPAI KAU LAKUKAN. JIKA ITU TERPAKSA KAU LAKUKAN, MAKA LAKUKANLAH DENGAN HATI YANG BERSIH DARI RASA AMARAH

Diperankan oleh :

Selamat menyaksikan !


Episode 1

Lampu perlahan menyala

(Suasana panggung seakan akan disebuah rumah / didepan rumah/ latar kosong/ ada karpet rumah yang mewah kerajaan. Dan ada sebuah dipan kecil (seperti kursi pantai) ada pemuda yang sedang sakit berbaring di dipan tersebut. Pemuda itu mengidap penyakit aneh yang menyebabkan dia menjadi bisu, ada seorang raja dan seorang tabib yang sedang memeriksa keadaan putra raja yang sakit tersebut juga ada seorang pengawal raja)

(Tabib sedang memeriksa keadaan putra tersebut, dan putra itu yang tadinya berbaring diminta untuk duduk di dipan oleh tabib tersebut)

Tabib : sepertinya ini bukan penyakit biasa, tuan

Raja : kudengar kaulah tabib terhebat dipenjuru negeri ini

Tabib : maaf tuan, saya pun baru pertama kali melihat penyakit seperti ini, sungguh aneh, kemungkinan ini adalah guna guna dari orang yang tak suka dengan tua

Pengawal : guna guna ? Jujur saya tak percaya jika ada orang yang tidak suka dengan tuan raja kami ( menyela pembicaraan)

Pengawal : semua rakyat sejahtera, semua bahagia dengan kepemimpinannya, beliau orang yang dermawan serta tak pernah menyengsarakan rakyat. Setiap hari ada rakyat kecil datang kepada beliau dan beliau selalu membantu setiap rakyat yang datang

Tabib : ya itu hanya sebuah kemungkinan, sebab ini adalah penyakit yang sangat aneh, bahkan belum pernah saya temukan selama jadi tabib

Raja : ya, sejak terkena penyakit ini, putraku satu satunya ini tidak lagi dapat berbicara. Dia menjadi bisu serta rasa sakit yang tak terkira (sedih)

Tabib : tuan, saya pernah mendengar tentang mata air yang bisa menyembuhkan segala penyakit jika meminumnya

Raja : menyembuhkan segala penyakit ?! ( Antusias)

Tabib : tapi ini cerita sudah lama, lama sekali. Letaknya ada di puncak gunung Bajuin

Raja : Gunung Bajuin di negeri seberang sana ?

Tabib : Tapi tak sembarangan orang mampu kesana, banyak orang yang mencoba kesana dan tak pernah kembali lagi. Dulu ada orang yang pernah ke sana dan mengambil air di mata air tersebut dan menyembuhkan penyakit orang orang di kampungnya, semua penyakit orang kampung semuanya sembuh

Pengawal : apakah orang itu masih ada ?

Tabib : sayangnya itu cerita sudah lama sekali, mungkin sudah ratusan tahun yang lalu, menjadi cerita turun temurun kampung itu

Raja : pupus sudah harapanku ( sedih)

Raja : akan ku taruhkan nyawaku, akulah yang akan ke gunung itu

Tabib : itu bukan ide yang bagus tuan, sebab di gunung itu dijaga oleh penunggu yang siap memangsa siapapun yang kesana, itu sebabnya tak ada lagi orang yang mampu kembali dari sana.

(Hening, berpikir)

Tabib : tapi ada satu cara yang mungkin akan berhasil

Raja : apa itu ? (Antusias)

Tabib : tak jauh dari Gunung Bajuin, ada sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang anak muda yang terkenal hebat dan memiliki kesaktian. Sehingga ia sangat disegani dan dihormati oleh rakyatnya, bahkan disegani oleh kerajaan disekitarnya

Raja : siapa dia ? Apakah dia bisa menolong menyembuhkan putra ku ini?

Tabib : dia adalah Halaban. Dia bukan tabib, tapi dengan keberaniannya kemungkinan ia akan mampu mengambil mata air di telaga gunung Bajuin itu

Pengawal : untuk mengambil air dari telaga itu ? Yang mampu menyembuhkan semua penyakit itu ?

Tabib : ya betul sekali, sepertinya hanya dia yang mampu kesana, Si Halaban

Raja : Halaban ?!, baikan besok aku akan kesana, meminta pertolongan darinya untuk mengambil air di telaga puncak gunung Bajuin itu

(Lampu Redup)


Episode 2 

(Kerajaan kecil dikampung tak jauh dari gunung Bajuin, suasana panggung biasa saja seperti halaman rumah/ halaman kerajaan kecil/ atau panggung kosong, ala ala hutan, semi taman, atau rumah)

Halaban : jadi tuan meminta saya untuk pergi ke puncak gunung Bajuin ?

Raja : betul wahai saudaraku, hanya saudara harapan kami satu satunya untuk kesembuhan putra semata wayang kami (memelas)

Halaban : sudah sejak lama, banyak sekali orang orang hebat yang ingin kesana, tapi tak ada seorangpun yang berhasil kembali, diceritakan disana ada penunggu yang menjaga kawasan tersebut. Kesana sama dengan bunuh diri

Raja : kehebatan dan keberanian saudara tersiar dimana mana, kerajaan besar pun takut mengganggu saudara, saya yakin saudaralah yang mampu menolong kami

(Halaban berpikir sejenak)

Raja : apapun akan kami berikan kepada saudara, bahkan separu dari kerajaan pun akan kami berikan

Halaban : aku sesungguhnya tak tertarik dengan tawaran itu, kampung kecil kerajaan ini pun sudah cukup bagiku dan rakyatku

Raja : hanya saudara harapan bagi kami

(Halaban berpikir)

Halaban : baiklah, saya akan kesana. Akan tetapi ada syarat yang harus tuan penuhi

Raja : apapun itu akan kami penuhi

Halaban : Bawakan ayam berwarna hitam, 7 tangkai bunga, dan satu bibit tanaman. Konon itulah syarat yang harus dibawa jika ingin ke telaga itu

Raja : ya segera akan kami penuhi

( Lampu redup)


Episode 3


( Suasana panggung seperti hutan, banyak dedaunan berserakan, terlihat Halaban memulai perjalanannya menuju puncak gunung Bajuin. Dengan membawa tas butah/ lanjung / anjat ( tas khas masyarakat pedalaman Meratus yang terbuat dari rotan) didalamnya ada ayam hitam, sebilah Mandau, 7 tangkai bunga dan 1 bibi pohon. Dan membawa botol kayu/kaca/bambu, untuk menampung air telaga)

Halaban : lebat sekali hutan ini, tak tampak ada tanda tanda kehidupan di hutan ini. Seperti kata orang orang ke gunung ini sama dengan bunuh diri, sebab takkan pernah bisa kembali. ( Melihat sekeliling)

Halaban : wasiat dari abahku, pantang untuk tidak menolong orang lain yang sedang kesusahan, apa lagi kitalah harapan satu satunya untuk menolong. Abahku pula berpesan jangan menyakiti apapun dan siapapun

( Dengan sangat mengejutkan munculah siluman biawak putih yang tubuhnya besisik seperti biawak. Dia adalah biawak jadi jadian Penunggu hutan lereng gunung Bajuin)

Biawak : heyyy anak muda, berani beraninya kau menginjakkan kaki di hutan ini ( Halaban terkejut, ada biawak jadi jadian dia terheran)

Halaban : kau ini siapa ? Sepertinya kau bukan dari kalangan manusia

Biawak : betul, aku adalah siluman biawak, dan siap menghabisi siapa saja yang berani melintasi hutan ini

Halaban : siapapun kamu, aku tidak ada urusan dengan dirimu. Aku kesini ingin menolong seseorang untuk menyembuhkan penyakit yang dia derita

Biawak : menolong orang sakit ?! ( Biawak mereda)

Halaban : dengan meminum air telaga Batuah yang ada di puncak kami yakin hanya itu yang bisa menyembuhkannya

Biawak : sepertinya kau bukan orang sembarangan, sampai disinipun kau sudah cukup berani. Tapi aku tidak yakin kau akan dapat melewati dua makhluk ganas yang ada diatas sana.

Halaban : apapun rintangan itu, akan kulewati, aku yakin niat baik akan selalu berjalan dengan baik

Biawak : niatmu sungguh mulia, ku persilahkan melewati jalan ini, aku tak akan menggagalkan niat baik mu itu

Halaban : terima kasih banyak

Biawak : keberanian saja tak cukup untuk menggapai puncak, carilah sebilah kayu untuk mendaki dan kayu itu akan menolongmu dari bahaya

(Halaban pun meneruskan perjalanannya, menuju keluar set panggung)

(Lampu redup)


Episode 4


(Suasana panggung masih di hutan, banyak dedaunan, Susana hutan dan ada sebilah tongkat kayu, Halaban mengambilnya untuk mendaki)

Halaban : mungkin tongkat ini yang dimaksud oleh siluman biawak yang tadi

( Halaban, melirik kesana kemarin, melihat keadaan hutan, dan melanjutkan perjalanannya yang terjal, sedikit terbantu dengan adanya tongkat tersebut)

(Halaban menuju keluar set panggung, tiba tiba pas mau keluar set panggung ada siluman ular yang hampir saja mematuknya. Siluman ini menggunakan tangan kiri dan kanannya sebagai ular. Tangan kanan dan kirinya berwarna putih / seperti ular putih)

Ular : sttttttttttttttt... Stttttttt.. ( mengayunkan tangannya seperti ular kepada Halaban)

Halaban : siapa kamu, kenapa menyerang saya ( Halaban menghindar dari serangan serangan ular tangan yang bertubi tubi)

Ular : menurut kau aku ini apa ?! Hah ! ( Selalu menguyunkan tangan seperti ular)

Halaban : sepertinya kau ini adalah siluman angsa 

Ular : angsaaaa !!!! Begini kau sebut angsa !? ( Menunjukkan tangannya dengan jurus ular)

Halaban : di kampungku angsa itu sepertinya ditangan kamu itu

Ular : sttttttttttt.. sttttttttttt.. (suara ular mendesis)

Ular : dengan suara ini ! Stttttttttt... Stttttttt . Apakah itu juga suara angsa di kampungmu

Halaban : iyaa sih mirip ular, suaranya . Tapi itu bentuknya seperti angsa

Ular : sudah kubilang ini ular ! ( Kesal) 

Halaban : angsa ! (Mengolok)

Ular : ulaaaaarrr !!! Masih tak percaya, rasakan ini ( masih mencoba menyerang Halaban, dan Halaban masih menghindar hindar serangan itu)

( Saking mengamuknya, si tangan ular malah ingin menyerang si siluman ular itu sendiri, terlihat si siluman ular menghindari serangan tangannya sendiri)

Halaban : wahahahahahahahaha.. angsa menyerang siluman ular ( tertawa)

Halaban : liar juga ternyata angsa milikmu itu 

Ular : hey ! Hey ! Ada apa ini, serang dia si mulut keparat itu, bukan aku, gimana sih angsa angsa ini ! ( Berbicara dengan tangannya sendiri)

Halaban : nah tu kan betul, angsa !

Ular : eh kok angsa, ini ular ! , wahai ular, serang dia, si keparat itu telah mengolok ngolok kalian ( lalu ular itu menyerang Halaban lagi)

( Halaban menggunakan tongkat kayu, untuk menghindari serangan tangan ular tersebut, hingga akhirnya siluman itu terjatuh dan tangannya dapat di tahan Halaban dengan tongkat. Siluman ular itu tertiarap dengan tangan ke depan ditindih dengan tongkat oleh Halaban)

Ular : ampun ampun jangan bunuh aku 

Halaban : aku tak akan menyakiti siapapun, apap lagi membunuh

Ular : lepaskan aku ( coba berontak)

Halaban : tenang dulu tenang

Ular : yaa aku berjanji untuk tidak lagi menyerangmu lagi

( Halaban pun melepaskan tongkatnya dari menindih tangan siluman ular)

( Siluman ular mulai tenang, terlihat lelah, dan ularnya pun tampak sempoyongan tak bertenaga)

Ular : sebetulnya kau ini siapa ? Dan ada urusan apa jadi kesini

Halaban : aku adalah Halaban, yang ingin ke puncak gunung Bajuin untuk mengambil air telaga bertuah di atas sana, untuk menyembuhkan sakit seseorang. 

Ular : aku tak yakin kau akan mampu menghadapi Siluman Bangkui diatas sana, dia tak terkalahkan

Halaban : apapun itu akan dihadapi

Ular : kekuatannya 100 kali lipat dari kekuatanku

Halaban : dan kekuatanku 1000 kali lipat dari kekuatan dia (yakin)

( Halaban meninggalkan siluman ular, dan melanjutkan perjalanannya, jika ada barang barang terjatuh maka ia bereskan terlebih dulu, dan memasukkannya ke dalam tas rotan lagi)

(Lampu redup)


Episode 5


( Susana panggung masih seperti dihutan, tapi ada batu besar ditengahnya yang menandakan bahwa telaga bertuah itu sudah dekat)

(Halaban tanpak kelelahan, setelah mendaki, masih menggunakan tongkotnya dan membawa barang bawaannya di tas rotannya)

Halaban : uhhhhfff... Akhirnya sampai juga di sini, seujung sana pasti ada telaga itu, yang mata airnya dapat menyembuhkan semua penyakit

(Halaban beristirahat, di depan batu besar )

( Menghela nafas dan mengurut kakinya yang pegal)

(Lalu datanglah segerombolan Bangkui / beruk/ monyet ganas/ manusia berwajah monyet/ siluman monyet,, meneriaki Halaban)

Bangkui semua : wukk wukkkk wukkkk wukkkkk (suara monyet menakuti)

(Halaban ketakutan)

( Ketua Bangkui lali maju dan mendekati Halaban, dan Bangkui yang lain masih bersuara menakut nakuti Halaban )

Ketua Bangkui : berani beraninya kau datang ke wilayah kekuasaan ku

Halaban : ( tak bergeming) (agak gugup)

Ketua Bangkui : kau akan menjadi orang yang kesekian yang tak akan pernah kembali ke kampung halamanmu ( Halaban masih gugup)

Ketua Bangkui : Manusia hanyalah ingin merusak hutan ini, manusia punya tabiat serakah ! Menggunduli hutan ! Membunuh bintang bintang yang ada dihutan !, menjadikan para binatang sebagai santapan mereka

Ketua : tapi tidak ! di wilayahku ini, manusialah santapan kami 

(Halaban menarut tas rotannya, dan mengambil sebilah Mandau yang masih berkumpang/ terbungkus . Dan Halaban masih terlihat gugup dan lelah, berapa tampak ganasnya ketua Bangkui ini)

Halaban : aku tak akan merusak apapun, aku tak akan membunuh siapapun

Ketua : semua manusia yang datang kesini mengatakan persis sepertimu, tapi apa yang mereka perbuat? Pohon mereka tebang, tanah mereka keruk mencari emas !, mengambil air telaga untuk kepentingan pribadi. Hmmm .. selama aku ada disini tak kubiarkan itu terjadi lagi

Halaban : aku bukan manusia seperti yang kau maksud

Ketua : akhhhh. Mandau ditanganmu itu sudah cukup dapat membuktikan kau tak segan membunuh siapapun ( memotong pembicaraan Halaban yang ingin menjelaskan)

( Kemudian ketua Bangkui ini pun menyerang Halaban, namun Halaban hanya berusaha menangkis dan menghindar dari serangan ketua Bangkui. Bangkui Bangkui yang lain tampak bersorak ketika Halaban kena serangan atau terjatuh)

( Bangkui makin mengganas, Halaban hanya menghindar dan ketika kena serangan ia tak melawan, padahal ada Mandau ditangannya tapi ia tak menggunakannya)

Ketua : ku kira kau adalah orang yang hebat, cepat buka mandaumu, serang aku dengan mandaumu itu ! ( Bangkui menyerang lagi dan lagi lagi Halaban tak melawan)

Halaban : aku tak akan membunuh siapapun

Ketua : kalau begitu akulah yang akan membunuhmu ! (Menyerang Halaban bertubi tubi dengan brutal dan ganal, serta teriakan teriakan Bangkui lainnya membuat suasana semakin mencekam)

( Halaban pun telah kehilangan kesabarannya dengan sekali tebas dengan mandaunya, membuat ketua Bangkui terpental dan kesakitan. Mandau itu mengenai lengan ketua Bangkui. Ia tampak kesakitan dan tak mampu lagi melanjutkan pertempuran. Bangkui Bangkui yang lain tampak ketakutan dengan hal tersebut, bersembunyi di belakang tubuh ketua Bangkui yang terduduk tak berdaya)

( Halaban mencoba mendekati Bangkui yang terluka. Dan Bangkui yang lain tampak ketakutan. Halaban mencoba menenangkan mereka)

Halaban : tenang tenang , aku tak akan membunuh siapapun ( menenangkan para Bangkui )

(Halaban melepas kain pengikat kepalanya, dan membalut luka ketua Bangkui dengan perlahan dan ketua Bangkui tampak meringis)

Halaban : tenang, ini akan baik baik saja, kain ini akan menutup luka dan segera akan sembuh 

( Ketua Bangkui mulai tenang)

Halaban : andai kau tak menyerangku duluan, aku tak akan menggunakan Mandau ini untuk melukaimu

Ketua : lantas apa maumu sehingga kau berani ke puncak gunung ini ?

Halaban : aku hanya ingin mengambil sedikit air di telaga bertuah di ujung sana, mata airnya dapat menyembuhkan sakit seseorang dan aku sini untuk membantu seseorang yang sakitnya tak kunjung sembuh

(Ketua Bangkui terdiam pasrah)

Halaban : wahai Bangkui Bangkui sekalian, bawalah pemimpin kalian ini kesarang kalian, biarkan ia untuk beristirahat, obatilah lukanya sampai sembuh. Aku meminta maaf telah melukainya, itu pun kulakukan dengan terpaksa tak ada niatan untuk melukainya

( Para Bangkui pun keluar set panggung, menyerah )

Kakek : Wahahahahahaha.. wahahahahahaha ( terdengar suara kakek menggema tajam)

( Halaban mencari sumber suara itu)

Kakek : setelah sekian lamanya, ratusan tahun berlalu, kini ada lagi manusia berhasil naik ke puncak ini

Kakek : demi mata air dari telaga bertuah puncak gunung Bajuin, wahahahaahahaha, kau beruntung masih hidup

(Lalu keluarlah seorang kakek kakek dari balik batu besar)

( Halaban terkejut)

Kakek : kebaikan hatimu mengurungkan niatku untuk menyerangmu

( Kakek mengarahkan tongkat ajaibkan ke Halaban, seketika itu Halaban menjadi patung tak bergerak)

Halaban : kenapa ini ?! Kenapa aku menjadi batu !? ( Mencoba bergerak tapi tak bisa)

Kakek : mudah saja jika aku ingin menghabisimu anak muda wahahahaha, tapi kebaikan hatimu tidak membunuh Biawak, Ular dan Bangkui yang menyerangmu, membuatku mengurungkan untuk membunuhmu

Halaban : aku hanya ingin mengambil sedikit air untuk menolong seseorang

Kakek : itulah yang membuatmu mampu ke puncak gunung ini ( mengarahkan lagi tongkat saktinya dan Halaban pun bisa bergerak)

Halaban ; kakek ini siapa ?

Kakek : tak penting, kau tau aku ini siapa, tugasku adalah menjaga gunung dan hutan ini, termasuk telaga bertuah diujung sana. Tak kubiarkan manusia serakah datang kemari

Halaban : aku hanya ingin menolong seorang 

Kakek : kuizinkan kau mengambilnya, hanya secukupnya, tolonglah orang yang ingin kau tolong, telaga itu ada diujung sana (menunjuk keluar set panggung)

Kakek : taburkan tujuh tangkai bunga disepanjang jalan menuju telaga itu, lepaskan ayam hitam biarkan ia hidup bebas dihutan dan tanamlah satu bibit pohon disini 

( Halaban lalu mengambil bibit tanaman di tas rotannya lalu menanamnya didepan batu besar, di tumpuk dengan dedaunan kering)

Kakek : beri lah nama pohon itu dengan namamu

Halaban : wahai pohon, tumbuhlah dengan subur dan besar, ku namanya engkau sebagaimana namaku Haaaa laaaa baannn !

( Lalu Halaban membawa tas rotannya menuju telaga (keluar set panggung), kemudian masuk set panggung lagi, dengan membawa wadah air yang terbuat dari bambu/ kayu/ atau sejenisnya jangan botol air mineral atau plastik lainnya)

( Ketika/ saat Halaban keluar set panggung, si Kakek pun menghilang, keluar set panggung atau bersembunyi lagi d balik batu)

(Halaban lalu mencari kakek tersebut yang tiba tiba hilang, lalu Halaban melaju kembali ke kampungnya. Keluar set panggung)


(Lampu redup)


Episode 6


( Suasana panggung seperti halaman kerajaan, atau di dalam istana. Raja dan anaknya yang bisu telah menunggunya, dan banyak penduduk warga setia raja ikut menunggu kedatangan Halaban)

(Halaban pun tiba, masuk set panggung dengan wajah gembira namun terlihat lelah, suasana tegang)

Raja : Halaban, apakah kau berhasil ?

Halaban : ( mengeluarkan wadah air dari tas rotannya)

( Halaban lalu meminumkannya kepada putra raja, suasana menjadi tegang, si putra raja pun meminumnya dengan perlahan)

( Setelah beberapa saat)

(Si putra mencoba berbicara namun belum berhasil, ia masih saja bisu, tampak kecewa dari raut wajah orang orang)

(Halaban kemudian meminumkan kembali air itu kepada sang putra)

(Beberapa saat kemudian)

(Si putra pun dapat berbicara)

Putra : saaa.. saaa.. Saudaraku, Ha.. haa... halaban terima kasih atas semua ini ( diucapkan terbata bata dan perlahan)

( Semua orang punya bergembira)

Orang orang: hidup Halaban ! Hidup Halaban ! Hidup Halaban

( Semua bersuka ria)

Dan lampu pun redup


Selesai







Penulis:

Penulis ialah Arif Riduan, alumni dari Sanggar Tasmaq Annida. Lulusan dari studi Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin. Naskah ini ditulis hanya untuk hiburan semata, tanpa ada maksud dan tujuan yang terselubung, kesamaan nama, tempat dan kejadian Hanyar faktor kebetulan saja. Silahkan disebarkan dan dipakai naskah ini untuk jenis pertunjukan apapun atau sebagai bahan diskusi. Pemakaian naskah bersifat gratis 100%, penulis tidak meminta bayaran apapun. Hanya saja jika bersedia, panitia Sudi kiranya mengkabarkan pemakaian naskah (jika berkenan) kepada penulis baik melalui email arif.riduan1992@gmail.com atau IG @areef.ole (sekedar memberi kabar) 


Selasa, 17 Desember 2024

Naskah Drama Teater: Nasib Cinta Diujung Pengayuh



NASIB CINTA DIUJUNG PANGAYUH

Karya Arif Riduan

Inspirasi dari Cerita Dari Kisah Cinta Si Kembar Sukmaraga & Fatmaraga kepada Putri Junjung Buih

Back Sound Pembuka:

( Suara kakek tua, yang sakit sakitan)

ANAKKU MANDASTANA, JAGA DAN SAYANGILAH ADIKMU HINGGA AKHIR HAYATMU, TEGUR DAN BIMBING DIA JIKA MELAKUKAN KESALAHAN. KAU ADALAH PEMIMPIN YANG SANGAT BIJAKSANA, HATIMU LEMBUT AKAN SELALU MAMPU MENENANGKAN SIAPA SAJA YANG MARAH.

WAHAI ANAKKU LAMBU MANGKURAT, KAMU ADALAH PEMIMPIN YANG SANGAT PEMBERANI DAN BAIK HATI KEPADA RAKYAT. JANGAN BERTENGKAR DENGAN SAUDARAMU. SEPENINGGALKU HIDUPLAH DENGAN RUKUN

ADA WASIAT PENTING YANG KUSAMPAIKAN KEPADA KALIAN. KITA INI BUKANLAH KETURUNAN KAUM RAJA, KITA HANYALAH PEDAGANG YANG DIMINTA RAKYAT UNTUK MEMPIMPIN NEGERI INI. JIKA NEGERI INI TIDAK DI PIMPIN OLEH RAJA YANG BENAR BENAR KETURUNAN DARI KAUM RAJA MAKA MALAPETAKA BESAR AKAN MELANDA NEGERI INI

dilanjutkan dengan lagu :

Kasih, kasih pang putus ditengah jalan

Bambang Sukma raga, Fatma Raga

Lawan seri junjung buih, oh kasian

( Awal lagu dari lagu Kasih Putus Di Luhuk Badangsanak) Link ada diakhir


Episode 1

Lampu nyala perlahan

(Suasana set panggung Balai persidangan kerajaan, yang sedang mengadakan rapat, dihadiri beberapa pengurus kerajaan, ada bangku raja dan yang lain duduk dilantai, karpet mewah )

Lambu : terima kasih wahai semua menteri kerajaan yang sudah berhadir pada sidang kali ini, silahkan panglima perang sampaikan laporan ke depan

Panglima : daulat paduka mulia, izin untuk berdiri didepan

Lambu : silahkan panglima yang gagah perkasa

Panglima : laporan kali ini masih sama seperti kemarin paduka. Kerjaan kita aman, rakyat setia, pasukan dan bala tentara tercukupi serta sejahtera. Tidak ada tanda tanda serangan dari musuh diberbagai wilayah. Jika pun ada bala tentara kita siap siaga selalu

Lambu : terima kasih wahai panglima, silahkan duduk kembali

Lambu : perdana menteri, silahkan

Perdana : daulat paduka mulia, izin berdiri ke depan

Lambu : silahkan ke depan dan laporkan keadaan rakyat kita saat ini

Perdana : rakyat aman dan sejahtera yang mulia, tahun ini panen raya berhasil, rakyat senang gembira dengan hasil pertanian mereka. Pada sektor pedangan juga bagus, para pedagang luar pulau dan luar negeri juga masih bersandar dipelabuhan kita. Ekonomi rakyat bagus tidak ada kendala. 

Lambu : terima kasih perdana menteri yang bijaksana atas laporannya. Semoga kerjaan kita selalu di berkahi oleh yang kuasa, silahkan duduk kembali

Lambu : wahai kakanda Mandastana, silahkan maju ke depan ada sesuatu hal yang penting untuk kita bicarakan bersama

Mandastana : daulat adinda raja

Lambu : jangan sungkan seperti itu kakanda ( Mandastana ke depan)

Lambu : wahai panglima, perdana menteri, para tokoh kerajaan dan menteri menteri lainnya, ketahuilah saya dan kanda Mandastana bukanlah keturunan dari kalangan raja, kami hanyalah keturunan pedagang yang diangkat menjadi raja oleh rakyat

Panglima : daulat paduka mulia, ayahanda paduka adalah seseorang yang sangat di hormati dan dicintai oleh rakyat, sehingga di angkat jadi raja untuk memimpin tanah negeri ini

Perdana : daulat paduka mulia, betul apa yang dikatakan panglima, yang mulia raja dan yang mulia Mandastana adalah orang yang kami cintai, begitu pula rakyat, sehingga dari kalangan apapun yang mulia berdua adalah raja bagi kami, pemimpin tanah ini

Mandastana : sebelum Empu Jatmika, ayahanda kami wafat, beliau berpesan agar tanah ini dipimpin oleh seseorang yang benar benar keturunan dari kaum raja, bukan dari kami yang hanya keturunan kaum pedagang, Jika ingin terhindar dari mala petaka yang besar, maka harus dipimpin oleh keturunan kaum raja

Lambu : kami tak ingin negeri ini dilanda malapetaka, kami tak ingin negeri ini hancur karna kualat dengan aturan leluhur bahwa raja mesti keturunan dari raja, sedangkan kami bukan

Perdana : jadi apa langkah yang harus kami ambil, wahai paduka ?

Lambu : satu satunya jalan ialah menjodohkan Putri Junjung Buih dengan seseorang keturunan raja, entah itu kerajaan apa, yang peting dia adalah keturunan dari kaum raja


Perdana : maksudnya Putri junjung buih harus di nikahkan dengan seorang raja, lalu ketika mempunyai anak, maka anaknya adalah keturunan raja, itu kah maksudnya yang mulia ?

Lambu : betul sekali, menikahkan putri junjung buih dengan seorang berdarah raja, maka ketika mereka memiliki anak maka ia memiliki darah seorang raja dan negeri ini terhindar dari malapetaka

Mandastana : bagaimana jikalau putri junjung buih tidak mau di jodoh kan ?

(Hening)

Panglima: daulat paduka mulia, iya bagaimana jikalau ada seseorang yang membuat putri junjung buih jatuh cinta, tetapi bukan dari keturunan raja dan sehingga putri menolak untuk dijodohkan ?

(Kembali hening, raja berpikir sejenak)

Lambu : JIKA ADA MEMBUAT PUTRI JUNJUNG BUIH JATUH CINTA SEHINGGA PUTRI JUNJUNG BUIH MENOLAK UNTUK DIJODOHKAN, MAKA KETAHUILAH ORANG ITU BERARTI IA TELAH MENYERAHKAN NYAWANYA UNTUK DI AMBIL, TANGANKU SENDIRILAH YANG AKAN MENGAMBIL NYAWAN ITU( keras, agak marah)

(semua tercengang, tak menyangka sang raja, berbicara seserius itu)

( Lampu redup)


Episode 2

Set panggung seperti taman / tanah lapang / pelataran kerajaan

( Putri junjung buih, bermain ria dengan teman temannya datang dayang kerajaan)

Dayang 1 : gak sabar mau lihat lelaki yang beruntung menikahi putri cantik jelita ini

Putri : apa sih kalian ini

Dayang 2 : denger denger putri akan di jodohkan

Dayang 1 : siapa tuh, si jodoh itu, pasti ganteng ( mereka mengejek)

Putri : aku tidak mau dijodohkan, aku ingin menikah dengan seseorang yang aku cintai

Dayang 2 : katanya kalau dijodohkan itu, awalnya memang canggung tapi lama kelamaan seiring waktu bakalan jatuh cinta juga

Dayang 1 : bukankah dijodohkan itu adalah hal yang biasa ?, ayah dan ibuku juga dulunya di jodohkan

Putri : tapi yaaaa, gimana yaaa, pokoknya aku gak mau, aku mau menikah dengan pilihanku sendiri

(Masuklah Sukma dan Fatma, anak kembar, yang gagah rupawan, anak dari Mandastana, kakak Lambu Mangkurat)

Dayang 1 : putri dua lelaki tampan itukan yang putri maksud ?

Putri : ih apaan sih 

( Si kembar mendekat)

Fatma : Kanda dengar dengar, putri cantik ini sedang mencari jodoh ?

Sukma : apakah kanda berdua ini boleh ikut serta, siapa tau kita berjodoh ?

Putri : jika kanda berdua ikut serta, sungguh putri tidak mampu untuk menentukan pilihan Kanda Fatma atau Kanda Sukma

Dayang 1 : tidak boleh gitu, pilih satu saja, dan satu buat saya ( senyum senyum merayu)

Dayang 2 : kalau bisa sih jangan pilih keduanya, biar kanda Sukma dan Kanda Fatma, buat kami berdua saja ( malu malu sendiri)

Fatma : jika sudah begini, kanda jadi merasa menjadi orang yang paling rupawan didunia ini, diperebutkan wanita wanita cantik seperti kalian

Putri : siapa yang berebut, hmmmmm ( merajuk manja)

Sukma : Putri, kalau berajuk seperti ini, muka nya semakin cantik

Fatma : betul sekali, adinda putri ini merengut saja sudah cantik, apa lagi tersenyum, cantik berseri sekali 

( Putri tersenyum tersipu malu )

Dayang 1 : Ah, kakanda berdua ini suka sekali merayu, aku juga mau dong dirayu

Dayang 2 : rayu aku juga wahai kanda

Fatma : adinda adinda, ketahuilah ini semua bukan rayuan

Sukma : benar sekali, ini bukanlah rayuan, melainkan kata hati yang tersirat dari lubuk hati yang paling dalam 

Dayang 1 : ayolah putri, pilih satu dari dua kakanda ini, biar yang tak terpilih buat saya 

Dayang 2 : enak saja, ya buat saya lah, yaa kan kanda ?

(Suasana semakin ramai, ceria, canda tawa)

Putri : Kanda Fatma , adinda mau bertanya, jika seandainya adinda lebih memilih kanda Sukma bagaimana ?

Fatma : belum terjadi saja hati kakanda sudah remuk, tak sanggup rasanya melanjutkan hidup ini

(Putri menghela napas)

Putri : Kanda Sukma, bagaimana jika adinda lebih memilih kanda Fatma ?

Fatma : dunia akan gelap gulita, dan pasti kanda tak ingin lagi tinggal dunia ini. Sebab apalah gunanya hidup bila tanpa putri nan cantik jelita ini

Putri : jika demikian adinda pun tak ingin kehilangan kakanda berdua, dan juga tak mampu memilih salah satu dari kakanda berdua

( Lalu sang putri memberikan tanda mata, sejenis bunga langka yang selalu dibawanya yang bernama Kembang Nagasari, masing masing satu kepada kedua pangeran kembar)

Putri : ini adalah kembang nagasari yang tak dimiliki oleh orang lain, putri berikan kepada kanda berdua, siapa yang bisa menjaga bunga ini maka dialah yang putri pilih. Meskipun sulit, tetapi putri harus memilih

Sukma : kanda akan jaga segenap jiwa dan nyawa kanda agar bunga ini tetap terjaga

Fatma : nyawapun akan menjadi taruhan demi bunga ini wahai adinda 

Putri : dan siapa yang menghilangkan atau merusak bunga ini, berarti harus ikhlas pula kehilangan adinda

(Lampu redup)


Episode 3

Suasana pang seolah didalam istana, ditandai dengan kerpet merah, balai persidangan

(Lampu menyala)

Lambu : ayahanda tidak setuju jika kamu menikah dengan anak paman Mandastana , baik itu Sukma atau Fatma (marah )

Putri : bukankah ayahanda juga juga menyayangi mereka seperti anak ayahanda sendiri ?

Lembu : betul, ayahanda sayang sekali dengan mereka bedua, sebagaimana ayahanda menyayangi kamu, tapi bukan untuk dijadikan menantu

Putri : mereka pintar, pandai dalam berbagai hal, juga dari keluarga terhormat, anak paman Mandastana, kakak ayahanda sendiri, masalahnya dimana ?

Lembu : masalahnya mereka bukan dari keturunan raja

Putri : aku pun sama 

Lembu : itulah masalahnya, negeri ini akan dilanda oleh malapetaka yang besar jika tidak dipimpin oleh seseorang yang benar benar keturunan dari kaum raja

Putri : ayahanda lebih memilih kerajaan ini, lebih sayang dengan kerajaan ini, lebih memilih kehilangan kebahagian anaknya 

Lembu : bukan sekedar kerjaan wahai anakku, tapi juga ada kamu dikerajaan ini, ada rakyat yang tak berdosa, jika malapetaka melanda negeri ini, semua akan hancur lebur

(Putri menangis dan masuk ke kamar (keluar set panggung)

Lembu : putri .. ! Putri ! Dengarkan ayah sebentar ( putri tak hiraukan)

(Hening)

(Lembu Mangkurat berbicara dengan diri sendiri)

Lembu : mana mungkin kubiarkan malapetaka akan melanda negeri ini, wasiat dari Ayah kami empu jatmika harus dilaksanakan segera, mau tak mau Fatma dan Sukma harus lenyap dari kehidupan putri junjung buih)

(Lampu redup perlahan)



Episode 4

(Suasana panggung rumah Mandastana diruang keluarga yang berbicara dengan kedua anak kembarnya dan ibunya sikembar)

Mandastana : ayah tidak tau lagi cara untuk melarang kalian bertemu putri junjung buih, paman kalian Lambu Mangkurat pasti akan marah 

Fatma : tidak bertemu lagi pun kami sudah saling mencintai

Mandastana : cinta seperti apa yang kalian harapkan, kita bukanlah kalangan kaum raja, paman kalian Lambu Mangkurat pun sudah pasti tidak menyetui hubungan kalian

Sukma : apakah ayahanda setuju, salah satu dari kami menikah dengan putri junjung buih ?

Mandastana : ayahanda tak mampu menjawab pertanyaan itu

Fatma : kami sepakat, akan mengiklaskan siapa yang diantara kami yang tidak dipilih oleh putri junjung buih

Sukma : kami akan menerima dengan hati yang lapang jika salah satu dari kami kalah dari persaingan ini

Mandastana : bukan itu yang ayahanda takutkan

(Lalu masuk seorang panglima)

Panglima : Daulat Mulia Mandastana, izin menyampaikan pesan dari Paduka Lambu Mangkurat, beliau mengajak pangeran Sukma dan pangeran Fatma untuk menjala ikan di sungai hulu. Dan beliau sudah menunggu dimuara.

Mandastana : terima kasih wahai panglima

Panglima : Saya memohon izin untuk pamit 

( Mandastana mengangguk mempersilahkan, panglima pun pergi)

( Mandastana menghela napas panjang)

Mandastana : ini lah yang ayahanda takutkan 

Fatma : apakah kami akan dibunuh oleh paman ?

Mandastana : sepertinya

Sukma : tak mungkin paman seperti itu, beliau begitu sayang dengan kami

Fatma : beliau begitu hormat pula dengan ayah sebagai kakaknya

Mandastana : ayahanda tau pamanmu itu sangat sayang dengan kalian berdua, namun ayahanda juga tau bahwa paman kalian itu sangat taat dan berpegang teguh pada ajaran leluhur

Mandastana : kisah cinta kalian, hanya akan menghancurkan negeri ini

(Sukma dan Fatma keluar set panggung, dan mereka masing masing mengambil batang bunga dan memberikannya kepada orang tua mereka)

Fatma : ayahanda simpanlah bunga ini, jika bunga ini rontok atau rusak tangkainya maka ikhlaskan lah kepergian anakmu ini ( memberikan bunga kepada Mandastana )

Sukma : wahai ibunda, jika bunga ini patah ataupun rontok dedaunannya, maka ketahuilah anakmu ini tidak akan lagi pulang kerumah ini, selamanya

( Beranjak, ingin keluar set panggung)

Mandastana : bisakah kalian berdua, untuk tidak pergi

Sukma : kami akan pulang wahai ayahanda

Fatma : paman adalah orang yang baik, dan sayang dengan kami

( Mereka keluar set panggung, Mandastana dan istri melepaskannya dengan pilu dan sedih )

(Lampu redup)

Episode 5 

Set panggung kini seperti layar wayang, akting di alihkan ke layar putih yang di terangi lampu, sehingga lakon menjadi seperti pertunjukan wayang yang hanya menampilkan bayang bayang dari cahaya lampu dari belakang layar dan drama dilakukan dibalik layar putih)

Seolah olah mereka sedang berada di perahu/ sampan / jukung dengan satu pengayuh (dayung kayu) yang dipegang oleh Lembu Mangkurat, mereka mencari ikan dengan cara di jala / lunta, namun dinaskah ini di peragakan dengan memancing )

(Kail Fatma terkait di air, tersangkut sesuatu)

Fatma : Daulat ayahanda Raja, sepertinya kail ananda tersangkut di bawah sana, ( sambil menarik pancingan yang tersangkut)

Lambu : coba kalian turun menyelam, lepaskan kail yang tersangkut di dalam air itu

Fatma : daulat ayahanda Raja 

( Mereka berdua pun menyelam, menyebur ke sungai)

(Lambu Mangkurat menunggu dengan dayung / pengayuh, berniat untuk memukul si kembar jika timbul)

( Sukma pun timbul untuk bernapas)

(Lalu di pukul kepalanya oleh raja menggunakan dayung, hingga tewas dan tenggelam)

(Tak lama, Fatma pun juga timbul untuk bernapas, dan juga di pukul oleh Raja menggunakan dayung hingga tewas dan juga tergelam, berteriak kesakitan sebelum tenggelam)

( Raja mengambil napas panjang dan tampak bingung dengan apa yang ia telah lakukan, diam sejenak)

( Terkejut )

Lambu : Fatma !? Sukma !?, ponakanku ( sambil mengibas air dengan tangan seolah mencari mereka berdua panik)

Lambu : apa yang aku lakukan !? (Panik menyesal)

Lambu : Sukkkkmmmaaaaaa !!!!!!!, Fatmaaaaaaaaaaa ! Sukmaaaaaaaa !!! fatmaaaaaaaa !!!!

( Sambil mengibas ngibaskan tangannya di sungai mencari si kembar, dan memanggil manggil nama mereka dengan berteriak)

Lampu meredup


Episode 6

Lampu perlahan hidup

( Set panggung di rumah Mandastana) 

( Sang ibu terkejut melihat bunga milik kedua anaknya ternyata rontok dan rantingnya patah, bunga itu di taruh di pot yang ada tanahnya)

Ibu : kandaaaa !!! Kandaaaaaa !!! ( Memanggil suaminya )

Mandastana : ada apa adinda ? ( Bergegas masuk set panggung )

Ibu : lihat kedua bunga ini 

Mandastana : ( terdiam, raut wajah memerah marah dan sedih )

( Mandastana mencabut bunga yang rusak itu dan memeluknya)

Mandastana : ayahanda harus bagaimana nak ? ( Meringis )

Mandastana : adindaaa .. ambilkan Keris Parang Sari milik kanda

Ibu : buat apa kanda ?

Mandastana : Hal buruk telah terjadi, dan itu harus dibalas

( Kemudian datang panglima bergegas )

Panglima : daulat yang mulia, izin menyampaikan sesuatu yang penting, adinda Fatma dan Sukma tenggelam di Sungai hulu, dan masih belum ditemukan. Yang mulia raja Lambu Mangkurat masih ada disungai mencari mereka berdua

Mandastana : (tak bergeming)

Panglima : izin undur diri yang mulia, saya mau kembali menyusul raja yang masih disungai mencari adinda Fatma dan Sukma ( panglima keluar set panggung)

Mandastana : ambilkaannnnn ! Keris Parang Sari Milikku ! ( Mandastana berteriak)

(Istrinya mengambilnya, keluar set panggung dan masuk lagi , dan menyerahkan keris itu kepada suaminya. Dan Mandastana langsung memegangnya)

Mandastana : darah dibayar darah !

Ibu : apakah dengan darah Lambu Mangkurat, anak anak akan kembali lagi ? (Menasihati)

Mandastana : ( terdiam )

Mandastana : inilah yang paling aku takutkan, yakni bermusuhan dengan saudara sendiri 

Ibu : sakit sekali hati adinda wahai kanda, tapi membalas kematian anak kita dengan cara membunuh Lambu Mangkurat juga tidak akan mengobati rasa sakit itu

Mandastana : ya, aku telah kehilangan kedua anakku, apakah juga harus kehilangan saudara kandungku pula ? ( mereda sedih )

Mandastana : Kalau begitu, biarlah aku menyusul Fatma dan Sukma di alam baka sana, sebab jika dilanjutkan permusuhan ini tak akan pernah berakhir 

( Mandastana menusukkan kerisnya ke perut nya sendiri, bunuh diri)

( Sang istri menangis pilu, lalu mengambil pisau yang disimpannya dipakaiannya, lalu ikut bunuh diri menusukkan pisau keperutnya)

( Mayat mereka tergeletak dilantai, bersampingan)

Musik Sound 

Judul lagu Kasih Putus DiLuhuk Badangsanak ( cari di YouTube dengan judul lagu Banjar paling mistis akun Yuns Flo

Mulai langsung pada bagian akhir dengan lirik :

Hati Nang kuitan, sakit kada sakira

Hati nang Nang kuitan, sakit kada sakira

Diambil pang putusan manyusul nasib putra 

Mambunuh diri Nang hina, lawas Karis parang sari

Hingga akhir lagu, perlahan lampu redup


Episode 7 terakhir


Set panggung kosong

Ada putri junjung buih, terduduk sedih dan pilu, sambil menangis terisak dan berteriakkk


Putri : aakkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhh !!!( Berteriak panjang, meluapkan emosi sedihnya)

(Lampu redup)

Selesai 

Tepuk tangan

Referensi : YouTube, link di bawah

https://youtu.be/l_ncLl3KgJI?si=mWFgCtv-y7yYMWRt


Penulis:

Penulis ialah Arif Riduan, alumni dari Sanggar Tasmaq Annida. Lulusan dari studi Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin. Naskah ini ditulis hanya untuk hiburan semata, tanpa ada maksud dan tujuan yang terselubung, kesamaan nama, tempat dan kejadian Hanyar faktor kebetulan saja. Silahkan disebarkan dan dipakai naskah ini untuk jenis pertunjukan apapun atau sebagai bahan diskusi. Pemakaian naskah bersifat gratis 100%, penulis tidak meminta bayaran apapun. Hanya saja jika bersedia, panitia Sudi kiranya mengkabarkan pemakaian naskah (jika berkenan) kepada penulis baik melalui email, Instagram atau pengurus sanggar Tasmaq Annida sebagai apresiasi sebagai penulis. Baik melalui surat resmi, atau sekedar chat pemberitahuan biasa. Email. arif.riduan1992@gmail.com dan Instagram @areef.ole atau akun medsos Sanggar Tasmaq Annida 




Selasa, 03 Desember 2024

Naskah Drama Teater : Petugas Keamanan Bersertifikat



PETUGAS KEAMANAN BERSERTIFIKAT

Naskah Teater karya Arif Riduan

Sound Pembuka :

SEORANG KEAMANAN YANG DIPERCAYA OLEH MASYARAKAT BUKANLAH SEMBARANGAN ORANG. TIDAK SEMATA MATA UJUK UJUK DIPILIH OLEH MASYARAKAT, MELAIKAN JUGA ADA SYARAT KHUSUS UNTUK MENJADI SEORANG KEAMANAN, DIANTARANYA ADALAH KEBERANIAN, SEHAT FISIK MAUPUN MENTAL 

PT. JASA KEAMANAN PRIMA MENAWARKAN JASA PELATIHAN PETUGAS KEAMANAN YANG TANGGUH DAN PROFESIONAL SERTA BERSERTIFIKAT RESMI NASIONAL. 

TIDAK SEMBARANG ORANG BISA MENGIKUTI PELATIHAN KEAMANAN PROFESIONAL, HARUS MEMERLUKAN FISIK DAN MENTAL LEBIH DARI MANUSIA BIASA.

SELAMAT DATANG DI PELATIHAN PETUGAS KEAMANAN BERSERTIFIKAT, RAGU RAGU LEBIH BAIK KEMBALI.

Selamat menyaksikan !

Suasana panggung :

Camp militer, semi hutan. Ada halang rintang buat merayap disebelah kiri. Dan di sebelah kanan ada gapura/ gang , bertulisan RAGU-RAGU LEBIH BAIK KEMBALI. Ada kursi panjang kayu, tempat bersantai, ada bekas api unggun di sebelah kanan.

Peserta pelatihan keamanan memakai pakaian ala ala militer, atau seragam hansip, atau celana cargo atau seragam loreng loreng, stelan hijau, atau apapun yang berbau militer, tidak harus sama. Tapi kalau seragam itu lebih baik. Memakai sepatu Laras tentara, atau sepatu olahraga biasa kalau tidak ada.

Lampu perlahan menyala

Rukayah : uh, sepertinya ini tempatnya, kok masih sepi, kalau di brosur ini dimulai jam 7 pagi, ini belum jam tujuh sih ( Rukayah datang dengan membawa brosur pelatihan keamanan, lalu menaruh tas di samping kursi panjang dan duduk disana)

Rukayah : sebenarnya males sih ikut pelatihan pelatihan seperti ini, pasti capek. Tapi ya mau gimana lagi, nasib pengangguran. Habis dari pelatihan semoga dapat kerja. 

(Kemudian masuk fajar, seorang pemuda yang sangat semangat mengikuti pelatihan ini, fajar berbicara cadel, tidak bisa menyebutkan hurup R. Penyebutan hurup R nya di tenggorokan " errrr")

Fajar : permisi mbak, apakah ini betul tempat pelatihan petugas keamanan ?

Rukayah : sepertinya betul, saya juga pesertanya

Fajar : oh peserta juga, apa ini belum mulai ?

Rukayah : ya belum mulai sepertinya

(Lalu masuk seorang kakek kakek yang berpakaian ala militer juga, dan langsung mengagetkan Fajar dan Rukayah. Kakek itu bernama Salim)

Kakek : PERSIAAAAAAPPPPPAAN !!!

Fajar : apaan tuh persiapan ? ( Keget dan bertanya kepada Rukayah)

Rukayah : jangan jangan kakek ini pelatih kita ( bergegas berdiri dan ikut berbaris di samping kakek Salim, berjejer tiga)

Kekek : nah bagus, selanjutnya, lencang kanaaaannnnnnn ayo !

( Fajar dan Rukayah bingung)

Fajar : ayo apaan kek ?

Kakek : yaa ayooo lencang kanan, apaan lagi (mereka pun lencang kanan)

Kekek : teeeeggaakkk gerak ! (Merepun tegak rapi dan diam)

...

(Beberapa saat kemudian)

Kekek : aahhhhh !!!! Capek juga pemanasan, duduk dulu ah

(Rukayah dan fajar bingung lagi)

Kakek : eh, kalian ngapain disitu, kurang kerjaan ini sini dulu

Fajar : lah kan kakek tadi yang nyuruh baris

Kakek : kapan saya nyuruh kalian baris, kalian aja yang ngikutin

Fajar : kakek ini siapa emangnya ?

Kakek : ya peserta pelatihan ini, sama kek kalian, tadi pemanasan dulu

(Fajar dan Rukayah, terkejut, bingung dan ikut duduk dikursi)

Rukayah : belum apa apa sudah dikerjain

Fajar : kakek yakin ikut pelatihan keamanan ini ?

Kakek : lah meragukan, emang kenapa, tua tua gini sudah pengalaman 50 tahun jadi hansip

Rukayah : dari umur berapa emang jadi hansip ?

Kakek : gak usah di hitung, umur gak penting, pokoknya segitu 50 tahun pengalaman jadi hansip

Fajar : kalo udah jadi hansip, kok ikut pelatihan ini ?

Kakek : yaa sertifikat pelatihan ini berguna untuk saya naik pangkat

Fajar : naik pangkat jadi apaan ?

Kakek : ya tetap hansip juga

Fajar : kan tadi naik pangkat?

Kakek : yaa dari hansip biasa jadi hansip bersertifikat 

Rukayah : ada ada saja

....


( Kemudian masuk seorang perempuan, panitia pelaksana dari pelatihan keamanan ini, untuk menjelaskan acara ini. Ketiga peserta pun berbaris. Halimah membawa map)


Kakek : ayo baris baris, sepertinya ini Pantia pelatihan kita (mereka pun berbaris )

Halimah : perkenalkan saya Halimah, Ketua panitia dari pelatihan petugas keamanan ini. Saya absen dulu, Salim ! 

Kakek : ada !

Halimah : lah kakek ikut lagi ?

Kakek : ya kemarin gak lulus, asam lambung dan asam urat saya kambuh pas hari ke 2

Halimah : oke lah semoga sehat sehat dan panjang umur ya kek, selanjutnya Rukayah !

Rukayah : siap ada !

Halimah : fajar

Fajar : hadir !!! ( Err yang ditenggorokan)

Halimah : Sartono Milano ! ( Tidak ada yang menyahut)

Halimah : satu lagi Ubai ! ( Tidak ada yang menyahut)

Halimah : sepertinya mereka takut dengan pelatihan ini, seperti mottonya RAGU RAGU LEBIH BAIK KEMBALI itu artinya kalau sudah yakin maka haram hukumnya untuk menyerah

Kakek : kecuali asam lambung dan asam urat kambuh kek saya kemarin boleh menyerah

( Yang lain ketawa)

Halimah: baiklah saya akan bacakan tujuan dan aturan pelatihan ini

SELAMAT DATANG DIPELATIHAN KEAMANAN PT. JASA KEAMANAN PRIMA. RAGU RAGU LEBIH BAIK KEMBALI.

TUJUAN DARI PELATIHAN INI ADALAH MENEMPA PESERTA DIDIK AGAR MENJADI PETUGAS KEAMANAN YANG PROFESIONAL, TANGGUH DAN BERWAWASAN LUAS. PESERTA YANG LULUS SELAMA 10 HARI AKAN MENDAPATKAN SERTIFIKAT KEAMANAN PROFESIONAL BERTARAP NASIONAL, YANG BERLAKU UNTUK SYARAT MENJADI SATPAM SEKOKAHAN, PENJAGA MALAM, KEAMANAN KOMPLEK, SATPOLPP, SATPAN BANK, SATPAM PASAR, HANSIP DESA, KEAMANAN TPS SAAT PEMILU DAN KEAMANAN LAINNYA.

PESERTA WAJIB MENGIKUTI PELATIHAN INI HINGGA HARI TERAKHIR, TIDAK ADA ALASAN APAPUN UNTUK MENINGGALKAN PELATIHAN SEBELUM SELESAI 10 HARI.

Halimah : semuanya paham !?

Semua : paham !

Halimah : ingat kek, jangan sampai sakit maag lagi

Kakek : tenang saya punya stok promah yang banyak

(Lalu datang peserta lagi dengan ibunya yang mengantarkan anaknya. Ubai adalah anak mami, berpakaian ala ala militer namun membawa tas ransel kecil anak anak dan membawa botol minum yang bergantung dileher)

Ubai : Mami, mami jangan tinggalin Ubai. Ubai takut mami

Mami : tenang sayang, Ubai akan baik baik saja, semua ini mami lakukan untuk kebaikan Ubai

Ubai : Ubai takut mami ( merengek)

Mami : sudah sana baris nak, tuh teman teman sudah datang ( Ubai pun baris)

Mami : maaf ya Bu, Ubai terlambat, soalnya tadi bangunnya agak kesiangan

Halimah : ya gak papa pelatihan belum dimulai

Mami : ya Bu, saya titip Ubai ya Bu ( mami mau pergi)

Ubai : mami jangan tinggalin Ubai mi, siapa nanti yang nyuapin Ubai makan, siapa nanti yang bacain cerita pas Ubai mau bobo

Kakek : ingat umur , ingat umur

Ubai : apaan sih kakek tua ini

Ubai : mami Ubai takut disini ada kakek kakek rese

Mami : gak bisa Ubai, mami gak boleh ada disini, mami yakin Ubai lulus pelatihan ini

Halimah: silahkan berbaris dulu, sebentar lagi pelatih kalian akan datang, saya pamit dulu, selamat mengikuti pelatihan ( Halimah dan mami keluar set panggung, Ubai masih menangis)

Rukayah : tenang tenang ada kami disini

Fajar : ya tenang kalo masalah makan nanti ada ni si kakek yang nyuapin

Kakek : saya suapin pakai kaki mau !?

( Ubai makin menangis, sampai sesegukan)

Kakek : sudah tua, masih kek anak anak aja

Ubai : dari pada kakek, sudah tua masih hidup aja ( yang lain tertawa kecil)

Fajar : sudah sudah pelatih kita sebentar lagi datang ayo baris ( mereka pun masih berbaris, Ubai masih sesegukan)

( Musik ala ala militer, masuknya seorang komandan yang berpakaian ala militer dan memakai baret, namun memakai sepatu bot dan berkacamata, gaya sok Sokan, sombong, gayanya ngeselin)

Komandan : sudah kumpul rupanya 

Komandan : cebecebe geekk ! ( Aba aba gak jelas )

Fajar : apaan itu nda ?

Komandan : gimana sih ! Itu saja gak tau kalian ini, tolol ! Semua, itu artinya siap gerak ! 

Komandan : saya ulangi, cebecebe gekkk ! 

( Semua bersiap )

Komandan : bagus, kalian mulai paham 

(Lalu datang satu lagi peserta yang bernama Sartono Milano, tergesa gerasa. Dia seorang lelaki tegak gagah, tapi gayanya seperti waria. Alias bencong. Memakai pakaian ala ala militer bersepatu Laras, tapi memakai baju kaos pink yang ketat)

Sarmila : aduuuy aduuuu.. eke telat rupanya, maaf yaa komandan ( gaya waria)

Komandan : loh loh loh, apaan apaan ini, tidak ada sangar sangarnya.

Sarmila : embeerrrrrrr

Komandan : nama kamu siapa ?

Sarmila : Sar Mi laaa , si imut imut dan baik hati

Fajar : kayaknya gak ada Sarmila deh nama peserta yang tadi di absen

Rukayah : iya gak ada

Sarmila : gak mungkin gak ada

Kakek : Yang ada kalo gak salah Sartono Milano

Sarmila : nah itu ada, Sartono Milano, di singkat ya Sarmila, huhuhu ulaa ulaaa.. si imut imut dan baik hati ( gaya waria)

Komandan : sudah sudah gak penting itu, yang penting persiapkan fisik dan mental kalian

Komandan : istri emmmmmm paaattttttf gerak !

Kakek : hah istri empat!?

Komandan : dasar tuli ! ( Memukul kakek dengan sapu lidi yang ia bawa, kakek kesakitan)

Komandan : saya tadi bilang istirahat ditempat gerak, mana ada istri empat

Komandan : eh kamu, kamu tadi mendengarnya apa ? ( Menunjuk Ubai)

Ubai : maaaammmiiiiiiii huaakkkkkk ( Ubai menangis)

Komandan : dasar anak mami, pusat up dulu sana ! Nangis Mulu ( Ubai pun pusat up 5 kali) mm b

Komandan : muka kalian kurang sangar !, dalam hitungan ke sepuluh muka kalian harus disapu dengan arang bekas api unggun itu, 1 ! 2 ! 3 ! ( Peserta bergegas menyapu muka mereka dengan arang, Ubai sambil menangis)

( Mereka bergegas berbaris kembali, dengan muka cemong)

Komandan : wahahahahah wahahahahah ( tertawa gelak, melihat muka para peserta)

(Para peserta pun saling menertawakan satu sama lain, melihat kekiri dan kekanan sesama peserta) 

Peserta : wahahahahahah wahahahhaha ! ( Saling menertawakan)

Komandan : stop ! Stop ! Gak ada yang lucu ! , apa yang lucu hah ! Apa !

(Semua terdiam )

Komandan : wahahahahahha wahahahhaha ( komandan tertawa terbahak lagi, tidak bisa ditahan)

( Semua peserta pun ikut tertawa lagi, saling menertawakan)

Peserta : wahahahahhaha wahahahha

Komandan : stop ! Goblok ! Gak ada yang lucu, pusat up semuanya ! Cepat !

( Semuanya pusat up 3 kali dan berdiri lagi )

Komandan : semuanya , majuuuuuuuuuuuuuuu.. jangan !!! ( Semua peserta pengen maju tapi tertahan )

Komandan : kalo ada kata kata jangan, berarti jangan 

Komandan : kalian sebagai seorang tentara, harus banyak memiliki kemampuan

Fajar : maaf komandan bukannya kita ini keamanan, bukan tentara

Komandan : maksudnya mitra dari tentara, sebab petugas keamanan pun harus siap untuk berperang jika negara ini dalam situasi perang

Komandan : dan sebagai petugas keamanan yang siap berperang, kalian harus punya kemampuan menyelam, bertahan didalam air

(Komandan kemudian kepojok panggung yang sudah disediakan bak air besar yang berisi air. Komandan lalu terlihat seperti mengencingi ember tersebut, dan mengangkatnya ke depan para peserta)

Komandan : satu persatu kalian harus menyelam, miniman 10 menit

Komandan : Rukayah, kamu duluan !, kakek Salim anda kesini pijitin saya ( komandan duduk di kursi, sambil d pijit oleh kakek)

Komandan: cepat menyelam ! ( Perintah kepada Rukayah yang di depan ember)

Rukayah : kok bau banget, ( sambil menahan bau Rukayah pun menyelamkan kepalanya ke ember, beberapa saat , lalu bangkit lagi, sambil pengen muntah)

Komandan : whahahahahahaha, heh cepat giliran kamu fajar !

(Fajarpun menyelamkan kepala ke ember dan juga kebauan)

Komandan : wahahahahahahah, Ubai giliran kamu !

Ubai : Mami Ubai gak kuat, Ubay menyerah

Komandan : cepat menyelam !!! Tolol !

Ubai : Mamiiiiiiii, Ubai gak kuat ( sambil berlari keluar set panggung, melarikan diri dari pelatihan)

Komandan : Fajar ! Sarmila !

Fajar : siap komandan !

Sarmila : ahhhh.. siaapppppp ( takut dengan gaya waria )

Komandan : sekarang giliran kalian berdua ! Cepat

( Fajar dan Sarmila pun menyelamkan kepalanya secara bersamaan, hampir muntah kebauan)

Komandan : wahahahhahah ( terbahak bahak )

Komandan : Kakek Salim, sekarang giliran kamu ! Sana menyelam !

Kakek : lah kalau saya menyelam siapa yang memijitin komandan ?

Komandan : owh iya yaa.. yaa sudah gak usah, pijit saja,

Komandan : yang lain berbaris, siap siap merayap melewati halang rintang, cepat !!! Ayoo merayap ( peserta pun merayap, merayapi halang rintang, kakek Salim tetap memijit)

Komandan : ( tertawa terbahak bahak, melihat tingkah peserta yang sedang kesusahan merayapi halang rintang)

( Kemudian masuk dua orang dokter petugas dari rumah sakit jiwa. Berpakaian dokter, atau serba putih celana dan kemeja putih)

Dokter 1 : ini dia ini, cepat tangkap !

( Kemudian dokter 2 segera menangkapnya, menangkap komandan yang ternyata pasien rumah sakit jiwa yang kabur)

Komandan : tunggu dokter, mainnya belum selesai ( merengek seperti anak anak dan ditangkap oleh dokter 2)

(Peserta yang tadi merayap pun berdiri, bingung dan heran)

Dokter 1 : mohon maaf bapak ibu sekalian, dia ini pasien rumah sakit jiwa yang kabur, dia memang terobsesi menjadi tentara dan gagal menjadi tentara membuatnya gila

Kakek : wooohhhh, orang gila ternyata ( mau memukul komandan gila, namun d hentikan dokter 1, begitu juga peserta yang lain terlihat marah dan kesal mau menghakimi)

Komandan : tolong dokter tolong, temen temen mau mukulin saya (merengek seperti anak kecil)

Dokter 1 : ayoo ayooo cepat kita bawa ke rumah sakit jiwa 

( Komandan, dokter 1 dokter 2, keluar set panggung)

Fajar : kurang ajar banget tu orang gila, kalo ketemu ku patahin lehernya

Sarmila : pantesan, ketawa ketawa gak jelas

Rukayah : mana bau banget, bau Pesing ( sambil mencium badannya sendiri)

Fajar : kayak bau air kencing

Sarmila : yaa yaaa bau air kencing Dajjal

Rukayah : emang pernah di kencingi Dajjal 

Sarmila : uuuhhhh ulaa ulaaaaa.. pernah dong ahhh.. legit rasa (gaya waria)

Kakek : dokter ! Dokter ! Ni ada satu lagi pasien rumah sakit jiwa (menunjuk Sarmila)

Sarmila : ih enak aja, hihihi 

( Mereka pun sambil beres beres barang barang bawaan mereka dan membersihkan muka dengan tisu basah yang di bawa oleh Rukayah)

Kakek : belum apa apa muka sudah cemong gini

Fajar : ketemu lagi bakalan mampus tu orang

( Lalu masuk Halimah dan komandan yang asli, komandan yang asli adalah saudara kembarnya komandan gila yang tadi, ( yang asli dan yang gila diperankan oleh orang yang sama)

(Komandan asli berpakaian ala militer rapi dan memakai jaket hitam, para peserta terheran dan terkejut melihat Komandan Ansar)

Halimah : bapak dan ibu, ini perkenalkan Komandan Ashar, anggota TNI dari Bataliyon sebagai pelatih kita selama 10 hari ke depan 

( Kakek dan Fajar pun ingin menghakimi dan mencaci)

Fajar : sini kamu, ku patahin leher kamu

Kakek : dasar orang gila berani muncul lagi

( Halimah melerai, Komandan Ansor kebingungan)

Rukayah : ini tadi si orang gila yang mengerjai kami, disini, kami disiksa habis habisan, katanya dia kabur dari rumah sakit jiwa

Ansar : owh dia, dia itu Hendi alias palui, saudara kembar saya, dia memang gila akibat gagal jadi tentara seperti saya

Rukayah : saudara kembar !? Pantesan mirip sekali dengan yang gila tadi

Ansar : jadi dia kesini, jadi pelatih!?, walah walah dasar di Palui terlalu obsesi jadi tentara

(Lampu redup)

(Selesai)

( naskah ini juga tersedia dalam bahasa Banjar, ada di postingan sebelumnya)


Penulis ialah Arif Riduan, alumni dari Sanggar Tasmaq Annida. Lulusan dari studi Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin. Naskah ini ditulis hanya untuk hiburan semata, tanpa ada maksud dan tujuan yang terselubung, kesamaan nama, tempat dan kejadian Hanyar faktor kebetulan saja. Silahkan disebarkan dan dipakai naskah ini untuk jenis pertunjukan apapun atau sebagai bahan diskusi. Pemakaian naskah bersifat gratis 100%, penulis tidak meminta bayaran apapun. Hanya saja jika bersedia, panitia Sudi kiranya mengkabarkan pemakaian naskah (jika berkenan) kepada penulis baik melalui email, Instagram atau pengurus sanggar Tasmaq Annida sebagai apresiasi sebagai penulis. Baik melalui surat resmi, atau sekedar chat pemberitahuan biasa. Email. arif.riduan1992@gmail.com dan Instagram @areef.ole atau akun medsos Sanggar Tasmaq Annida

Naskah Drama Teater Bahasa Banjar : Petugas Keamanan Bersertifikat

 


VERSI BAHASA BANJAR


PETUGAS KEAMANAN BERSERTIFIKAT

karya Arif Riduan

Sound Pembuka :

SEORANG KEAMANAN YANG DIPERCAYA OLEH MASYARAKAT BUKANLAH SEMBARANGAN ORANG. TIDAK SEMATA MATA UJUK UJUK DIPILIH OLEH MASYARAKAT, MELAIKAN JUGA ADA SYARAT KHUSUS UNTUK MENJADI SEORANG KEAMANAN, DIANTARANYA ADALAH KEBERANIAN, SEHAT FISIK MAUPUN MENTAL 

PT. JASA KEAMANAN PRIMA MENAWARKAN JASA PELATIHAN PETUGAS KEAMANAN YANG TANGGUH DAN PROFESIONAL SERTA BERSERTIFIKAT RESMI NASIONAL. 

TIDAK SEMBARANG ORANG BISA MENGIKUTI PELATIHAN KEAMANAN PROFESIONAL, HARUS MEMERLUKAN FISIK DAN MENTAL LEBIH DARI MANUSIA BIASA.

SELAMAT DATANG DI PELATIHAN PETUGAS KEAMANAN BERSERTIFIKAT, RAGU RAGU LEBIH BAIK KEMBALI.

Selamat menyaksikan !

Suasana panggung :

Camp militer, semi hutan. Ada halang rintang buat merayap disebelah kiri. Dan di sebelah kanan ada gapura/ gang , bertulisan RAGU-RAGU LEBIH BAIK KEMBALI. Ada kursi panjang kayu, tempat bersantai, ada bekas api unggun di sebelah kanan.


Peserta pelatihan keamanan memakai pakaian ala ala militer, atau seragam hansip, atau celana cargo atau seragam loreng loreng, stelan hijau, atau apapun yang berbau militer, tidak harus sama. Tapi kalau seragam itu lebih baik. Memakai sepatu Laras tentara, atau sepatu olahraga biasa kalau tidak ada.

Lampu perlahan menyala

Rukayah : uhai, ini kira kira tempatnya, masih sunyi ih, tapi di brosur ini dimulai jam tujuh pang, tapi ini baluman jam tujuh jua pang nah ( Rukayah datang dengan membawa brosur pelatihan keamanan, lalu menaruh tas di samping kursi panjang dan duduk disana)

Rukayah : kulir padahal umpat pelatihan kaini, lapah awak, tapi ya kaini pang pengangguran. Mudahan ai imbah pelatihan ni dapat gawian, barang ai jadi Satpam kah, atau hansip kah

(Kemudian masuk fajar, seorang pemuda yang sangat semangat mengikuti pelatihan ini, fajar berbicara cadel, tidak bisa menyebutkan hurup R. Penyebutan hurup R nya di tenggorokan " errrr")

Fajar : permisi, bujur kah ini tempat pelatihan petugas keamanan ?

Rukayah : kayaknya bujur pang, aku peserta, Ikam peserta jua kah

Fajar : iih peserta jua, baluman mulai kah ?

Rukayah : Balum pinanya

(Lalu masuk seorang kakek kakek yang berpakaian ala militer juga, dan langsung mengagetkan Fajar dan Rukayah. Kakek itu bernama Salim)

Kakek : PERSIAAAAAAPPPPPAAN !!!

Fajar : apa tuh persiapan ? ( Keget dan bertanya kepada Rukayah)

Rukayah : jangan jangan kai ni pelatih kita ( bergegas berdiri dan ikut berbaris di samping kakek Salim, berjejer tiga)

Kekek : nah bagus, selanjutnya, lencang kanaaaannnnnnn ayu !

( Fajar dan Rukayah bingung)

Fajar : ayu Napa Kai ?

Kakek : yaa ayu llencang kanan, Napa lagi (mereka pun lencang kanan)

Kekek : teeeeggaakkk gerak ! (Merepun tegak rapi dan diam)

...

(Beberapa saat kemudian)

Kekek : aahhhhh !!!! Lapah ih, Hanyar pemanasan, duduk hulu nah (kakek duduk)

(Rukayah dan fajar bingung lagi)

Kakek : eh, bapaan buhan Kam disitu, kadada gawian lain kah ?

Fajar : maka Pian tadi yang menyuruh babaris

Kakek : pabila bila aku menyuruh buhan Kam babaris, buhan Kam yang maumpati aku, tadi pemanasan haja

Fajar : Pian siapa gerang ? 

Kakek : ya peserta, sama kaya buhan Kam jua, dudukan dulu santai sini

(Fajar dan Rukayah, terkejut, bingung dan ikut duduk dikursi)

Rukayah : belum apa apa sudah diwaluhi dah kita

Fajar : kada papa lah Pian umpat pelatihan kaini KAI ?

Kakek : lah meragukan, tuha tuha kaini aku sudah 50 tahun jadi hansip

Rukayah : dari umur berapa Pian jadi hansip ?

Kakek : kada usah di hitung, umur kada penting, pokoknya saitu 50 tahun pengalaman jadi hansip

Fajar : sudah bagawi jadi hansip, gasan apa umpat pelatihan ini Pian ?

Kakek : yaa sertifikat pelatihan ni Kawa gasan naik pangkat

Fajar : naik pangkat jadi apa ?

Kakek : ya tetap jadi hansip jua ai

Fajar : maka tadi naik pangkat ?

Kakek : yaa dari hansip biasa jadi hansip bersertifikat 

Rukayah : KAI KAI heh, ada ada jaa

....


( Kemudian masuk seorang perempuan, panitia pelaksana dari pelatihan keamanan ini, untuk menjelaskan acara ini. Ketiga peserta pun berbaris. Halimah membawa map)


Kakek : ayo baris baris, kayaknya Pantia pelatihan kita Inya nih (mereka pun berbaris )

Halimah : perkenalkan saya Halimah, Ketua panitia dari pelatihan petugas keamanan ini. Saya absen dulu, Salim ! 

Kakek : ada !

Halimah : lah kakek ikut lagi ?

Kakek : ya kemarin kada lulus, asam lambung WAN asam urat kambuh pas hari ke 2

Halimah : oke lah semoga sehat sehat dan panjang umur Pian kai ai, selanjutnya Rukayah !

Rukayah : siap ada !

Halimah : fajar !

Fajar : hadir !!! ( Err yang ditenggorokan)

Halimah : Sartono Milano ! ( Tidak ada yang menyahut)

Halimah : satu lagi Ubai ! ( Tidak ada yang menyahut)

Halimah : sepertinya mereka takut dengan pelatihan ini, seperti mottonya RAGU RAGU LEBIH BAIK KEMBALI itu artinya kalau sudah yakin maka haram hukumnya untuk menyerah

Kakek : kecuali asam lambung WAN asam urat kambuh kaya aku sumalam, bulih ai kalu lah manyarah

( Yang lain ketawa)

Halimah: baiklah saya akan bacakan tujuan dan aturan pelatihan ini

SELAMAT DATANG DIPELATIHAN KEAMANAN PT. JASA KEAMANAN PRIMA. RAGU RAGU LEBIH BAIK KEMBALI.

TUJUAN DARI PELATIHAN INI ADALAH MENEMPA PESERTA DIDIK AGAR MENJADI PETUGAS KEAMANAN YANG PROFESIONAL, TANGGUH DAN BERWAWASAN LUAS. PESERTA YANG LULUS SELAMA 10 HARI AKAN MENDAPATKAN SERTIFIKAT KEAMANAN PROFESIONAL BERTARAP NASIONAL, YANG BERLAKU UNTUK SYARAT MENJADI SATPAM SEKOKAHAN, PENJAGA MALAM, KEAMANAN KOMPLEK, SATPOLPP, SATPAN BANK, SATPAM PASAR, HANSIP DESA, KEAMANAN TPS SAAT PEMILU DAN KEAMANAN LAINNYA.

PESERTA WAJIB MENGIKUTI PELATIHAN INI HINGGA HARI TERAKHIR, TIDAK ADA ALASAN APAPUN UNTUK MENINGGALKAN PELATIHAN SEBELUM SELESAI 10 HARI.

Halimah : semuanya paham !?

Semua : paham !

Halimah : ingati KAI ai , jangan sampai sakit maag lagi

Kakek : tenang, aku sudah membawa stok promah, 2 kaping

(Lalu datang peserta lagi dengan ibunya yang mengantarkan anaknya. Ubai adalah anak mami, berpakaian ala ala militer namun membawa tas ransel kecil anak anak dan membawa botol minum yang bergantung dileher)

Ubai : Mami, mami jangan tinggalin Ubai. Ubai takut mami

Mami : tenang sayang, Ubai akan baik baik saja, semua ini mami lakukan untuk kebaikan Ubai

Ubai : Ubai takut mami ( merengek)

Mami : sudah sana baris nak, tuh teman teman sudah datang ( Ubai pun baris)

Mami : maaf ya Bu, Ubai terlambat, soalnya tadi bangunnya agak kesiangan

Halimah : ya gak papa pelatihan belum dimulai

Mami : ya Bu, saya titip Ubai ya Bu ( mami mau pergi)

Ubai : mami jangan tinggalin Ubai mi, siapa nanti yang nyuapin Ubai makan, siapa nanti yang bacain cerita pas Ubai mau bobo

Kakek : ingat umur , ingat umur

Ubai : apaan sih kakek tua ini

Ubai : mami Ubai takut disini ada kakek kakek rese

Mami : gak bisa Ubai, mami gak boleh ada disini, mami yakin Ubai lulus pelatihan ini

Halimah: silahkan berbaris dulu, sebentar lagi pelatih kalian akan datang, saya pamit dulu, selamat mengikuti pelatihan ( Halimah dan mami keluar set panggung, Ubai masih menangis)

Rukayah : tenang tenang ada kami ja disini

Fajar : ya tenang kalo masalah makan ada ja ni si KAI kena yang nyuapi Ikam makam

Kakek : aku suapi pakai batis banar ai, mau kah

( Ubai makin menangis, sampai sesegukan)

Kakek : sudah tuha, masih ja kaya kakanakan liwar heh

Ubai : dari pada kakek, sudah tua masih hidup aja ( yang lain tertawa kecil)

Fajar : sudah sudah pelatih kita stumat lagi datang ayo baris ( mereka pun masih berbaris, Ubai masih sesegukan)

( Musik ala ala militer, masuknya seorang komandan yang berpakaian ala militer dan memakai baret, namun memakai sepatu bot dan berkacamata, gaya sok Sokan, sombong, gayanya ngeselin)

Komandan : sudah kumpul rupanya 

Komandan : cebecebe geekk ! ( Aba aba gak jelas )

Fajar : apaan itu ndan ?

Komandan : gimana sih ! Itu saja gak tau kalian ini, tolol ! Semua, itu artinya siap gerak ! 

Komandan : saya ulangi, cebecebe gekkk ! 

( Semua bersiap )

Komandan : bagus, kalian mulai paham 

(Lalu datang satu lagi peserta yang bernama Sartono Milano, tergesa gerasa. Dia seorang lelaki tegak gagah, tapi gayanya seperti waria. Alias bencong. Memakai pakaian ala ala militer bersepatu Laras, tapi memakai baju kaos pink yang ketat)

Sarmila : aduuuy aduuuu.. eke talambat rupanya ih, uh maaf komandanlah ( gaya waria)

Komandan : loh loh loh, apaan apaan ini, tidak ada sangar sangarnya.

Sarmila : embeerrrrrrr, buncusssssss

Komandan : nama kamu siapa ?

Sarmila : Sar Mi laaa , Nang bungas ula ula mengapit !

Fajar : kayaknya kadada pang nama Sarmila di absen tadi tu

Rukayah : iih kadada Sarmila, di absen tadi seingatku

Sarmila : kada mungkin kadada, pasti ada Sarmila 

Kakek : Yang ada tu kalo kada salah Sartono Milano

Sarmila : nah itu ada, Sartono Milano, di singkat ya Sarmila, huhuhu ulaa ulaaa.. Nang bungas ula ula mangapit ! ( gaya waria)

Komandan : sudah sudah gak penting itu, yang penting persiapkan fisik dan mental kalian. Pelatihan ini nyawa taruhannya

Komandan : istri emmmmmm paaattttttf gerak !

Kakek : hah istri empat!? Apa tuh

Komandan : dasar tuli ! ( Memukul kakek dengan sapu lidi yang ia bawa, kakek kesakitan)

Komandan : saya tadi bilang istirahat ditempat gerak, mana ada istri empat

Komandan : eh kamu, kamu tadi mendengarnya apa ? ( Menunjuk Ubai)

Ubai : maaaammmiiiiiiii huaakkkkkk ( Ubai menangis)

Komandan : dasar anak mami, pusat up dulu sana ! Nangis Mulu ( Ubai pun pusat up 3 kali)

Komandan : muka kalian kurang sangar !, dalam hitungan ke sepuluh muka kalian harus disapu dengan arang bekas api unggun itu, 1 ! 2 ! 3 ! ( Peserta bergegas menyapu muka mereka dengan arang, Ubai sambil menangis)

( Mereka bergegas berbaris kembali, dengan muka cemong)

Komandan : wahahahahah wahahahahah ( tertawa gelak, melihat muka para peserta)

(Para peserta pun saling menertawakan satu sama lain, melihat kekiri dan kekanan sesama peserta) 

Peserta : wahahahahahah wahahahhaha ! ( Saling menertawakan)

Komandan : stop ! Stop ! Gak ada yang lucu ! , apa yang lucu hah ! Apa !

(Semua terdiam )

Komandan : wahahahahahha wahahahhaha ( komandan tertawa terbahak lagi, tidak bisa ditahan)

( Semua peserta pun ikut tertawa lagi, saling menertawakan)

Peserta : wahahahahhaha wahahahha

Komandan : stop ! Goblok ! Gak ada yang lucu, pusat up semuanya ! Cepat !

( Semuanya pusat up 3 kali dan berdiri lagi )

Komandan : semuanya , majuuuuuuuuuuuuuuu.. jangan !!! ( Semua peserta pengen maju tapi tertahan )

Komandan : kalo ada kata kata jangan, berarti jangan 

Komandan : kalian sebagai seorang tentara, harus banyak memiliki kemampuan

Fajar : maaf komandan maka kita ni petugas keamanan, lain tentara lo

Komandan : maksudnya mitra dari tentara, sebab petugas keamanan pun harus siap untuk berperang jika negara ini dalam situasi perang

Komandan : dan sebagai petugas keamanan yang siap berperang, kalian harus punya kemampuan menyelam, bertahan didalam air

(Komandan kemudian kepojok panggung yang sudah disediakan bak air besar yang berisi air. Komandan lalu terlihat seperti mengencingi ember tersebut, dan mengangkatnya ke depan para peserta)

Komandan : satu persatu kalian harus menyelam, miniman 10 menit

Komandan : Rukayah, kamu duluan !, kakek Salim anda kesini pijitin saya ( komandan duduk di kursi, sambil d pijit oleh kakek)

Komandan: cepat menyelam ! ( Perintah kepada Rukayah yang di depan ember)

Rukayah : kanapa bau banar kaini, bau hancing ( sambil menahan bau Rukayah pun menyelamkan kepalanya ke ember, beberapa saat , lalu bangkit lagi, sambil pengen muntah)

Komandan : whahahahahahaha, heh cepat giliran kamu fajar !

(Fajarpun menyelamkan kepala ke ember dan juga kebauan)

Komandan : wahahahahahahah, Ubai giliran kamu !

Ubai : Mami Ubai gak kuat, Ubay menyerah

Komandan : cepat menyelam !!! Tolol !

Ubai : Mamiiiiiiii, Ubai gak kuat ( sambil berlari keluar set panggung, melarikan diri dari pelatihan)

Komandan : Fajar ! Sarmila !

Fajar : siap komandan !

Sarmila : ahhhh.. siaapppppp ( takut dengan gaya waria )

Komandan : sekarang giliran kalian berdua ! Cepat

( Fajar dan Sarmila pun menyelamkan kepalanya secara bersamaan, hampir muntah kebauan)

Komandan : wahahahhahah ( terbahak bahak )

Komandan : Kakek Salim, sekarang giliran kamu ! Sana menyelam !

Kakek : lah kalau Ulun umpat menyelam siapa Nang memijiti komandan ?

Komandan : owh iya yaa.. yaa sudah gak usah, pijit saja,

Komandan : yang lain berbaris, siap siap merayap melewati halang rintang, cepat !!! Ayoo merayap ( peserta pun merayap, merayapi halang rintang, kakek Salim tetap memijit)

Komandan : ( tertawa terbahak bahak, melihat tingkah peserta yang sedang kesusahan merayapi halang rintang)

( Kemudian masuk dua orang dokter petugas dari rumah sakit jiwa. Berpakaian dokter, atau serba putih celana dan kemeja putih)

Dokter 1 : nah itunya tangkap tangkap , cepat tangkap !

( Kemudian dokter 2 segera menangkapnya, menangkap komandan yang ternyata pasien rumah sakit jiwa yang kabur)

Komandan : handangi dokter Ulun indah Bulik, masih handak bamainan lawan kakawanan Ulun ( merengek seperti anak anak dan ditangkap oleh dokter 2)

(Peserta yang tadi merayap pun berdiri, bingung dan heran)

Dokter 1 : mohon maaf bapak ibu sekalian, Inya ni pasien rumah sakit jiwa, gara gara kada kesampaian jadi tentara makanya gila, Inya lapas dari rumah sakit jiwa.

Kakek : wooohhhh, tambuk Banaran, urang gila sakalinya, sini ikam ( mau memukul komandan gila, namun d hentikan dokter 1, begitu juga peserta yang lain terlihat marah dan kesal mau menghakimi)

Komandan : tolong dokter tolong, buhannya handak memukuli Ulun (merengek seperti anak kecil)

Dokter 1 : ayoo ayooo lakasi kita bawa ke rumah sakit jiwa, kaini lapas pulang Harau to

( Komandan, dokter 1 dokter 2, keluar set panggung)

Fajar : bungul banar, Jaka tau urang gila ku gajar tu pang 

Sarmila : cucuk ai, tatawa tatawa kada jelas dari tadi, kaya urang gila

Rukayah : ini pulang nah babau hancing banar ( sambil mencium badannya sendiri)

Fajar : yaa bau banar 

Sarmila : yaa yaaa bau kamih Dajjal

Rukayah : emang pernah kah Ikam di kamihi Dajjal ?

Sarmila : uuuhhhh ulaa ulaaaaa.. pernah dong ahhh.. legit rasa (gaya waria)

Kakek : dokter ! Dokter ! Ni ada lagi saikung nah pasien rumah sakit jiwa Nang lapas (menunjuk Sarmila)

Sarmila : ih Muha Ikam lapas (gaya waria)

( Mereka pun sambil beres beres barang barang bawaan mereka dan membersihkan muka dengan tisu basah yang di bawa oleh Rukayah)

Kakek : Muha dicelemoti, belum apaan diwaluhi urang gila dah

Fajar : asli to KAI ai Mun tatamu Ulun, Ulun lincai tu pang

( Lalu masuk Halimah dan komandan yang asli, komandan yang asli adalah saudara kembarnya komandan gila yang tadi, ( yang asli dan yang gila diperankan oleh orang yang sama)

(Komandan asli berpakaian ala militer rapi dan memakai jaket hitam, para peserta terheran dan terkejut melihat Komandan Ansar)

Halimah : bapak dan ibu, ini perkenalkan Komandan Ashar, anggota TNI dari Bataliyon sebagai pelatih kita selama 10 hari ke depan 

( Kakek dan Fajar pun ingin menghakimi dan mencaci)

Fajar : oh si bangsat, wani banar ke sini pulang, handak mati ni 

Kakek : eh pagat ! Beapa Ikam ke sini lagi

( Halimah melerai, Komandan Ansor kebingungan)

Rukayah : Ikam ni Lo tadi urang gila Nang mengerjai kami, kisah jadi pelatih, lapas lagi kah Ikam ni ?

Ansar : owh dia, dia itu Hendi alias palui, saudara kembar saya, dia memang gila akibat gagal jadi tentara seperti saya

Rukayah : kembaran Pian kah, iih cucuk ai mirip banar lawan urang gila tadi

Ansar : jadi dia kesini, jadi pelatih!?, walah walah dasar di Palui terlalu obsesi jadi tentara, sampai gila

(Lampu redup)

(Selesai)


Penulis :

Penulis ialah Arif Riduan, alumni dari Sanggar Tasmaq Annida. Lulusan dari studi Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin. Naskah ini ditulis hanya untuk hiburan semata, tanpa ada maksud dan tujuan yang terselubung, kesamaan nama, tempat dan kejadian Hanyar faktor kebetulan saja. Silahkan disebarkan dan dipakai naskah ini untuk jenis pertunjukan apapun atau sebagai bahan diskusi. Pemakaian naskah bersifat gratis 100%, penulis tidak meminta bayaran apapun. Hanya saja jika bersedia, panitia Sudi kiranya mengkabarkan pemakaian naskah (jika berkenan) kepada penulis baik melalui email, Instagram atau pengurus sanggar Tasmaq Annida sebagai apresiasi sebagai penulis. Baik melalui surat resmi, atau sekedar chat pemberitahuan biasa. Email. arif.riduan1992@gmail.com dan Instagram @areef.ole atau akun medsos Sanggar Tasmaq Annida


 

Senin, 25 November 2024

Naskah Drama Teater Bahasa Banjar : Jalan Alternatif Pesugihan

 



Jalan Alternatif Pesugihan

Karya Arif Riduan


Sound pembuka :

SIAPA NANG KADA HANDAK SUGIH ?, SIAPA NANG KADA HANDAK BANYAK BADUIT, KAHULU KAHILIR, UNGGANG ANGGUNG KASANA KAMARI KADA LAIN KADA BUKAN DUIT NANG DUIT JUA NANG DICARI. 

KADA BADUIT KADADA NANG BAPARAK, KADA BADUIT KADA BAKALAN ADA NANG MENGAWANI APA LAGI ADA NANG MAHANDAKI?, KADA BADUIT, PARAI ! AMUN URANG BADUIT KANTUNTNYA GEN JADI MOTIVASI, APA LAGI PANDIRANNYA. JADI SARABANYA DIDUNIA NI PARLU DUIT, APA HAJA ITU PASTI PARLU DUIT

TANANG ! TANANG ! ADA JALAN PINTAS, ADA ATERNATIF LAINNYA, TANANG WAN GAMPANG JALANNYA, APA HAJA MASALAHNYA, APA HAJA KASULITANNYA PASTI ADA JALANNYA, DATANG HAJA KE WADAH KAI LIKUR, KAMPUNG RAJA JARUJUT, MASUK SADIKIT DIHIGA GANG KARIWAYA, RUMAHNYA PALING UJUNG


Suasana panggung :

Rumah dukung, dinding dinding kayu, dan kain kain hitam, ada tengkorak di dinding, ada gentong gentong, dan guci guci antik. Ada tungku untuk dupa atau kemenyan, ada ceper yang bertabur kembang, ada pula cirat air dan gelas gelas. Serta aksesoris lain yang relevan dengan perdukunan.

Dukun ialah Kai LIKUR, memakai baju serba hitam, berkumis dan berjenggot, memakai ikat kepala hitam/ kain batik, gelang dan kalung khas dukun banyak sekali, dan berambut ngondrong. Kai Likur ditemani oleh seorang asisten duku yakni Amang ikas, memakai baju kaos putih dan celana hitam ( atau baju hitam celana putih, agar membedakan dengan duku)

Hari pertama

Terlihat dukun sedang duduk ditempatnya, sambil memainkan handphone, dan asistennya menyiapkan keperluan perdukunan

Ikas : Kai, pabila rencananya Pian membuka cabang di kampung sabalah, sekira Ulun yang menjaga tempat praktiknya.

Likur : baluman Kawa lagi Ikam ku lapas, ilmu Ikam Balum sampai lagi, parlu belajar yang banyak masih lawan aku

Ikas : Ulun rasa sudah cukup Ilmu Ulun ni, hapal sudah apa haja Nang harus di gawi Mun ada tamu datang

Likur : barapa tahun Ikam sudah umpat aku ?

Ikas : sudah jalan tiga tahun

Likur : Balum cukup lagi, aku dulu hampir 20 tahun umpat Mbah Jangkung di gunung tambela sana, Hanyar dapat surat izin praktik dari Sidin

Ikas : lawas banar berarti lah 

Likur : tapi tanang Kawa ja dipersingkat, kena ulahakan dulu surat keterangan pengalaman kerjanya dulu, sekira Ikam taat administrasi pas membuka praktik di kampung sebelah

( Semua peralatan, sudah siap, lalu datang seorang pasien untuk meminta bantuan kepada dukun, modusnya adalah KAI LIKUR ini cuma duduk dan bertapa, maka tugas asistenlah yang menyampaikan alias menjadi mediator antara dukun dan pasien)

Kiper : permisi, permisi, boleh Ulun masuk

Ikas : boleh, silahkan masuk

(Ikas pun menghampiri Kiper sebelum bertemu dukun. Si kiper memakai baju sepakbola lengkap hingga sepatunya)

Ikas : tunggu dulu bos, isi dulu buku tamu, dan jangan lupa bayar pendaftaran dan administrasi ( menyerahkan buku tamu, d meja administrasi)

Kiper : berapa bayarnya nih ?

Ikas : Biaya pendaftaran 10.000 Mun administrasi suka rela aja, sama jua jangan kada ingat membari KAI di dalam, tu seikhlasnya ja jua

Kiper : inggih sudah Ulun siapkan

Ikas : ayu jaa silahkan mahadangi ke KAI

...

Ikas : KAI, ni ada tamu

( Kai mengeluarkan jurusnya, seolah olah seperti ritual memanggil roh)

(Kai mulai kejang, dan berubah seolah olah dirasuki oleh roh sakti)

(Mukanya jadi menyeramkan)


Likur : iya wa karin baribabarinbkawa pas (kalimat tidak jelas, tapi di transletkan oleh ikas)

Ikas : jar KAI, ada keperluan apa Ikam datang kamari

Kiper : sore kaini, tim Ulun Final sepakbola melawan Putra Alam jaya FC yang jadi langganan juara turnamen bupati cup, kayapa caranya sekira gawang Ulun kada bebobolan

Likur : warikamakanan wakismuka kawakakikaki wak Wak Gung (kalimat tak jelas namun panjang)

Ikas : tanang !

Kiper : hah, sapanjang itu, artinya tanang haja kah

Ikas : Inya dasar kaitu, bahasa alam sebelah memang lain lawan bahasa kita

Likur : yaa kokotabainkawa Kawa kina Waka Wak Wak (masih kalimat tidak jelas)

Ikas : nah KAI ada beisi kaos kaki sepakbola yang pernah dipakai oleh Messi pas juara piala dunia ( KAI sambil mengambil kaos kaki yang masih berplastik dan membacakan mantrannya ke kaos kaki)

(Lalu KAI menyerahkan kaos kaki itu kepada kiper)

Likur : wakaka satorai cicika ( kalimat tidak jelas tapi singkat, sambil menyerahkan kaos kaki)

Ikas : nah jar KAI, kena pas pertandingan pakai kaos kaki nih, tapi ada syaratnya jangan sampai tajapai oleh babinian kaos kakinya ni kena ruah kajiannya, lawan jua jangan di tapas, hilang apuahnya

Kiper : perasaan KAI tadi menyambat wakaka sotorai cicika aja, Hau panjang banar sekalinya artinya

Ikas : nah kada percaya Inya, yaa kalo KAI kaitu tadi artinya ?

Likur : ikuwa Kawa takuwa tatak dung huwa huwa (sambil manggung manggut)

Kiper : apa artinya mang ?

Ikas : Bujur !

Kiper : ( terheran)

Kiper : aja, makasih banyak dulu, nah ini pikaras nya gasan mahadiahi kaos kaki Abang Messi ( menyerahkan amplop kepada KAI)

Likur : wakaka wasi wasi takuwa huwahuwa Kalam takunar juwaha hahaha

Kiper : aku tau artinya ni

Ikas : apa ?

Kiper : makasih banyak

Ikas : wkwkwkwk.. bujur banar

( Kiper pun keluar set panggung)


Ikas : berapa amplopnya KAI ?, Pina Kandal

Likur : hadang, berapa ni lah ( sambil menghitung uang dalam amplop)

Likur : Alhamdulillah, saratus ribu

Ikas : yaa lumayan ai, bamodal kaos kaki 3 buting 10.000 ja

Likur : ya jakanya banyak lakas sugih kita, ni Nang datang paling banyak badua batiga Sahari, kadang kadang saikung haja Nang datang

Ikas : iya am, asa sunyi banar wahini dunia perdukunan

Likur : aja nah ini gasan bayaran Ikam, Nang d luar ambil jua saparonya gasan Ikam, yaa isuk gen pulang hari Pina muru dah handak hujan, kadada jua Nang datang ( sambil menyerahkan uang upah dan ikas keluar set panggung sambil mengambil separo dari yang yang ada di meja administrasi)

(Lampu redup)

...

(Hari kedua)

(Lampu perlahan menyala)

Likur : halo, ya kas kenapa, oh Ikam kada turun kah hari ini ?, kayapa aku sorangan ? Aur garing ha Ikam ni, panggaringan banar, ingati bawa kepuskesmas, jangan membawa ke urang pintar, luput!, aja bawa kepuskesmas lah

Mariam : permisi, KAI, uuu KAI, boleh kah Ulun masuk

Likur : masuk, masuk silahkan, langsung haja

(Mariam duduk)

Likur : nama Ikam siapa, dan kaparluan Ikam apa kasini ?

Mariam : Nama Ulun Mariam KAI ai, Ulun kasini handak minta syarat pangasih gasan laki Ulun

Likur : uh Mariam, kanapa laki Ikam

Mariam : wahini laki Ulun kada romantis lagi KAI ai, apa apa tu kada peka lagi, Ulun takutan Inya kalain hati

Likur : uh tanang ! Aku paham dengan apa Nang Ikam maksud, tapi ini kada murah pang, talarang saikit

Mariam : gih, Mun masalah duit itu gampang haja, asal laki Ulun kada kalain, nah ini 200 ribu Mayu lah KAI ( sambil menyerahkan amplop)

Likur : sabanar nya biaya lampahannya ni labih pang pada 15 juta, tapi ya hitung hitung aku menolongi Ikam, aja kali ini biar ja 200 ribu

Mariam : makasih KAI lah

Likur : nah ini, sabun Muha, bukan sembarang sabun Muha, ini hasil lampahan didalam kalambu putri junjung buih, Nang cantik rupawan, ku jamin Ikam babasuh pakai ini Muha Ikam bacahaya bungas dilihat oleh laki Ikam ( menyerahkan sabun muka wanita merek pons atau yang lainnya)

Likur : nah ini gasan qm, ini namanya sabun Sidin, khusus area kewanitaan, dijamin laki Ikam barikit lawan Ikam seumuran Mun Ikam mamakai ini

Mariam : ini sama lawan Nang di pasar KAI ai ( sambil menyambut sabun sirih dari KAI)

Likur : ini kada sembarangan sabun, ini hasil lampahan di kayangan selama 41 hari, sama haja lawan Nang di pasar, tapi lampahannya beda

Likur : nah ini jua Ikam minum, 5 kali tiguk ( sambil menyodorkan gelas berisi air putih dan Mariam pun meminumnya)

Mariam : (meminumnya ) , gasan apa ni KAI, gasan sekira di sayang laki jua kah

Likur : kada, ini gasan minum wara ai, sekira ampih haus

Mariam : Ulun kira Napa kah tadi, aja makasih banyak dulu ai lah ( mau keluar set panggung)

Likur : jangan kada ingat, Mun sabunnya habis tukar lagi ke sini

Mariam : umai, Pian ni urang pintar atau sales sabun kah kai ?

Likur: nah maka ku padahi sabunnya sama ja, tapi lampahannya Nang baapuah

(Mariam keluar set panggung)

...

Likur : nah, kaini pang namanya urang pintar, kanapa nah jadi dukun tu di sambat urang pintar ?, karena Nang datang bungul !, hakun dibunguli dukun, sabun dua buting modalnya paling 50 ribu, hakun ja nukari 200 ribu, hahahahaha ( bicara dengan penonton)

Likur : nya Nang datang Ka dukun ni 50-50 ja padahal, bisa salah, bisa bujur, Mun salah paling kada datang lagi urangnya, tapi Mun takana bujur, kabalujuran bujur, pasti urang tu datang pulang, minta apa kah pulang karna Marasa manjur tadih, bahkan pasti bakisah kisah, dukun itu manjur Kam jer lawan urang lain (bicara ke penonton)

Agen : permisi, bujurkah ini rumah Kai LIKUR

Likur : bujur, lakasi masuk, tampulu kosong

( Kemudian duduk bersama Likur)

Agen : nah KAI Ulun kasini kada handak minta apa apa, tapi Ulun handak menawarkan sesuatu KAI ai ( to do point)

Likur : apa, sales sabun kah Ikam ni ? Aku banyak lagi Setok sabun

Agen : lain, ini bisnis KAI ai, yang sangat menguntungkan, ini bisa 5 kali lipat hujungannya dari usaha perdukunan Pian ini

Likur : bujur kah ? Apa itu

Agen : nyaman haja KAI ai, Pian cukup suruh urang menscan barkot ini pakai hp, kena ada masuk link

Likur : link apa ini ?

Agen : namanya link gacor KAI ai, sejenis permainan atau gemes yang bisa jadi duit bagi yang memainkannya. 

Likur : kayapa tuh ?

Agen : coba ambil hp Pian, scan link ini ( sambil membarkot link yang ada dikertas pakai hp Likur)

Agen : nah sudah, coba mainkan, ini main pertama gratis dapat saldo 20 ribu, tinggal sekrol sekrol aja mainnya, nah coba Pian ( memakai hp dan mencontohkan)

Likur : owh kaini, nah nah nah dapat apa ini, (Likur gacor)

Agen : nah ini Pian artinya win, masuk ini saldonya 100 ribu di saldo Pian Kawa d tarik duitnya, mudah haja

Likur : owh iih nyamannya lah

Agen : nah keuntungan Pian Mun ada orang yang main pakai link yang ada dibarkot ini, maka seapa saldo yang Inya mainkan maka 30% gasan Pian

Likur : jadi Mun ada urang datang, ku suruh membarkot link ini, ku suruh main games ini lah

Agen : nah bujur kaitu, padahi jua d jamin gacor

Likur : oke deh 30% berarti gasan aku lah ( kesenangan)

Agen : geh, dan padahi jua, nukar saldo nya harus lawan Pian kai ai sekira lebih gacor, nah Kawa Pian selajur bejual saldo gasan games tu, nah ini hp gasan bejual saldo, hujungannya kita bagi 2 jua ( menyerahkan hp)

( Agen keluar set panggung)


...

( Lalu datang beberapa orang untuk ke dukun)

Pedagang : permisi, boleh kah kami masuk ?

Likur : silahkan masuk ( duduk bersama Likur)

Pedagang : kami ni kesini handak minta pang laris gasan bedagang

Likur : bajualan dimana buhan Kam ni ?

Pedagang : kami batokoan di pasar baru

Likur : ini ni jaman canggih, jadi dunia perdukunan wahini canggih jua, nah buhan Kam barkot link ini, ada games disitu mainkan ( para pedagang scan barkot dan bermain)

Pedagang : ini link games dapat duit kah ?

Likur : nah bujur banar Ikam, pakai barkot ini dijamin gacor, saldonya langsung masuk saat itu jua Kawa d tarik

Pedagang : oh iih nah, aku gacor, banyak nya ih, kada perlu panglaris ini ( menunjukan ke yang lain)

Likur : Mun handak gacor lagi, nukar saldonya wadah aku 

Pedagang 1 : nah nah Ulun nukar saldo 5 juta

Pedagang 2 : nah Ulun nukar 10 juta

Pedagang 3 : Ulun 7 juta

Pedangan 4 : Ulun 2 juta ja mencobai dulu

Likur : hadang hadang, begantian,

(Lampu redup)


Hari ketiga

(Lampu perlahan terang)


Ikas : uh kaitu kah kisahnya, lumayan jua ih sehari urang nukar saldo bejuta juta

Likur : yaa badukun selajur berbisnis wanihi kita

( Lalu masuk beberapa orang bergegas membeli saldo, termasuk para pedagang kemarin)


Orang 1 : Ulun isi saldo sejuta

Orang 2 : Ulun lima puluh ribu haja

Orang 3 : Ulun 2 juta 

Orang 4 : nah samalam Ulun kalah 4 juta hari ini Ulun nukar saldo 10 juta 

Likur : yaa yaa begantian begantian, sabar

(Likur dan ikas sibuk melayani pembelian)

(Setelah itu mereka keluar set panggung)

(Lampu redup)


Hari ke empat

(Lampu perlahan hidup)


Ikas : uh.. tiga bulan dah kita bajualan saldo di link gacor ni KAI ai

Likur : nah ya, jadi kah Ikam handak jadi dukun ke kampung subalah ?

Ikas : kada, bajual saldo haja gen nyata hujungannya, apa urang kampung sini nukar tarus disini, gacor jer link nya

Likur : Nang kampung lain gen nukar disini jua

(Lalu masuk dua orang )


Orang 1 : adakah lagi saldonya ?

Ikas : ada banar 

Orang 1 : isikan 500 ribu haja, lagi rami raminya ni (sambil menyerahkan uang)

Ikas : Manang tarus kah Ikam ?

Orang 1 : kada jua pang, kalah rancak jua, tapi rami

Orang 2 : ya anggap ai jua kaya bedagang, mau pang handak bahujung tarus, pasti ada ruginya jua

Ikas : nah bujur tu, anggap ja bedagang, tapi sambil main gen, mau pang untung tarus, dan kada mau jua rugi tarus

Orang 2 : iih, mudahan ai hari ini gacor nah, Ulun isikan 500 ribu jua

Ikas : aja ajaa ( sambil melayani pembelian dan menerima uang)


(Lalu datang satu orang dengan tergesa gesa)


Orang 3 : kai ! Kai ! Kai ! Gacor banar gacor ( membuat orang lain terkejut)

Likur : kanapa ? Apanya yang gacor

Orang 3 : tuu tuu Haji Madi, gacor max win, dapat 150 juta, langsung Kawa nukar mobil, jar Haji Madi, makin banyak saldonya makin banyak peluang menang

Likur : iih bujur tu

Orang 3 : isikan Ulun 15 juta saldonya, tapi Ulun bayar pakai kendaraan ja lah, ni kuncinya, kandaraannya di luar ( sambil menyerahkan kunci motor)

Likur : aja ajaa.. mudahan qm gacor Kawa nukar Nang Hanyar ( sambil melayani)

Orang 3 : gasan modal kawin KAI ai ..

(Mereka pun keluar set panggung)


Ikas : kayapa Mun buhannya tu kalah berataan kah, busiah menuntut kita

Likur : kada mungkin, sudah tertanam di pikiran buhannya tu, kalo main link gacor ni , sama kaya bedagang jua, ada untung ada ruginya

Ikas : kada musti rugi tarus, kada musti jua untung tarus, kaitu pang bedagang tapi sambil main games

Likur : nah paham Ikam

( Lalu datang lagi beberapa orang)

Orang 1 : nukar saldo KAI nukar

Orang 2 : saldo KAI saldo, mudahan gacor


( Lampu redup)


Hari berikutnya 

Likur : Jaka dari bahari kita bisnis link gacor ni lah, jadi kaya raya dah kita

Ikas : ya am Pian nih Hanyar haja, 7 bulan seini banyaknya dah duit kita

Likur : Hanyar aja jua si Agen tu menawari bisnis ni, baya sekrol sekrol jaa banyak dapat duit, tapi ada jua pang yang rugi

Ikas : yaa kaitu pang bedagang, ada rugi ada untung, kada mau rugi tarus dan kada mau untung tarung hahahahahaha (mereka tertawa)

(Lalu secara mengejutkan masuk 3 orang polisi)

Polisi : angkat tangan !!!! Jangan bergerak

Polisi : kalian kami tangkap atas tersangka afiliator dan fasilitator judi online ( mereka ditangkap, dan kebingungan)

Likur : kami juga menyediakan games online pak

Polisi : itu bukan games, tapi itu judi online yang berkedok games

Likur : tapi pak ..

Polisi : tak usah banyak alesan, nanti jelaskan dikantor saja

( Mereka ditangkap dan dibawa keluar set panggung)

Lampu redup

Selesai


Penulis ialah Arif Riduan, alumni dari Sanggar Tasmaq Annida. Lulusan dari studi Bimbingan Penyuluhan Islam, IAIN Antasari Banjarmasin. Naskah ini ditulis hanya untuk hiburan semata, tanpa ada maksud dan tujuan yang terselubung, kesamaan nama, tempat dan kejadian Hanyar faktor kebetulan saja. Silahkan disebarkan dan dipakai naskah ini untuk jenis pertunjukan apapun atau sebagai bahan diskusi. Pemakaian naskah bersifat gratis 100%, penulis tidak meminta bayaran apapun. Hanya saja jika bersedia, panitia Sudi kiranya mengkabarkan pemakaian naskah (jika berkenan) kepada penulis baik melalui email, Instagram atau pengurus sanggar Tasmaq Annida sebagai apresiasi sebagai penulis. Baik melalui surat resmi, atau sekedar chat pemberitahuan biasa. Email. arif.riduan1992@gmail.com dan Instagram @areef.ole atau akun medsos Sanggar Tasmaq Annida 




Si Halaban Di Telaga Air Bertuah, Naskah Drama Teater, Cerita Legenda Banjar

  Si Halaban Di Telaga Air Bertuah Legenda Gunung Bajuin *Terinspirasi dari cerita rakyat legenda Halaban dan Telaga Banyu Batuah Gunung Baj...