Sabtu, 28 Mei 2016

REVITALISASI SUNGAI, SARANA MENGHIDUPKAN KEMBALI FUNGSI SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN



REVITALISASI SUNGAI, SARANA MENGHIDUPKAN KEMBALI
FUNGSI SUNGAI DI  KOTA BANJARMASIN .
( Disusun Sebagai Bahan Diskusi Tentang Revitalisasi Sungai ).


*      PENGANTAR .

Kota Banjarmasin memang sebuah Kota yang memiliki karakter unik. Keunikan yang ujungnya membuat Kota ini mendapat gelar sebagai 'Kota 1000 Sungai'. Ya.., dengan posisi Kota yang terbelah plus dikelilingi berbagai sungai, baik sungai besar ataupun sungai kecil membuat Kota banjarmasin menjadi Kota yg mempunyai 'kekuatan' lokal content yang dasarnya sangat membanggakan. Akan tetapi 'keunikan ornamen' masa lalu yang terdapat pada sungai-sungai ini ternyata mulailah tergeser dan bahkan terabaikan. Kesan ke-khasan sungai berikut pernak pernik budaya kehidupan airnya ternyata pelan tapi pasti mulai tergeser oleh perubahan zaman. Ke-etnik-kan ini terpaksa terkalahkan atau mungkin juga dikalahkan oleh gegap gempitanya program pembangunan yang seolah berpacu dengan waktu. Kearifan lokal yang seharusnya terjaga dan termunculkan akhirnya menjadi pupus tertelan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi.
Dahulu sungai bagi masyarakat Banjar sangatlah penting. Dan bahkan kalau kita mencoba menelusuri perjalanan sejarah Kota ini maka ujungnya kita akan dapat simpulkan bahwa kehidupan sungai merupakan 'ruh'nya Kota Banjarmasin. Ya.., dulu 'Sungai' dan 'orang Banjar' bisa di ibaratkan bagaikan 'Ikan dan Air'.
Akan tetapi sayang semuanya telah berubah, sungai tidak lagi menjadi faktor penting dan mempengaruhi aktivitas masyarakat Kota Banjarmasin. Masyarakat dulu yang tergantung pada sungai dan ornament-ornamennya sekarang telah berubah menjadi tergantung dengan daratan. Dan dampakpun akhirnya pelan tapi pasti bermunculan kepermukaan. Ya..,  sekarang kondisi sungai-sungai di Kota ini menjadi banyak yang terabaikan, menyempit, dangkal dan bahkan mati. Kemudian persoalan kebutuhan 'air baku' yang memenuhi syarat untuk di olah menjadi air PDAM pun juga menjadi semakin bermasalah.


Begitu juga persoalan mengatasi air limpahan tatkala musim hujan untuk di alihkan ke sungai besar melalui aliran disungai sungai kecil. Sungai kecil ataupun anak sungai ini yang awalnya berfungsi lancar sebagai jalan air limbah tersebut menuju ke sungai besar ternyata juga muncul hambatan dalam pasang surutnya dan ini lebih diakibatkan anak sungai tersebut banyak yang mati, buntu dan memyempit serta terjadi pendangkalan. Hal kehidupan fauna dan flora termasuk berbagai biota khas sungaipun telahlah semakin hilang dan sulit untuk tumbuh berkembang.
Bahkan bila hal ini terbiarkan maka kepunahan menjadi keniscayaan yang bakal dihadapi oleh berbagai tumbuhan, pohon-pohonan dan juga ikan-ikan ataupun berbagai biota yang dulu banyak terdapat pada sungai-sungai di Kota Banjarmasin.
Sisi lain kalau dicermati dari segi aktivitas masyarakat Banjar di sungai maka kita akan juga dapatkan gambaran yang cukup memprihatinkan. Sebagai contoh bila dulu berbagai prestasi dibidang olahraga air terutama yang terkait dengan sungai seperti renang, loncat indah dan dayung yang begitu membanggakan. Dan cukup banyak para Atlet Kota Banjarmasin ini pernah berjaya di tingkat ASEAN padahal prestasi mereka tersebut didapatkan adalah akibat dari 'Latihan Alami' diatas Sungai Martapura dan sungai-sungai disekitarnya. Sekarang semuanya itu telah hilang dan terabaikan akibat peran sungai yang menjadi semakin terpinggirkan serta tidak dijadikan bagian penting dari kehidupan masyarakat Banjar. Memang kondisi yang tanpa sadar terjadi saat ini yang semakin menjauhkan masyarakat/anak anak Banjar dengan sungainya turut berandil membuat 'Prestasi' yang dulu membanggakan menjadi terpuruk. Harapan untuk kembali menoreh prestasi di bidang olahraga air ini semakin sulit untuk tercapai dan tentu akhirnya mau tidak mau terpaksa diterima dengan lapang dada.
Akan tetapi yang mengherankan mengapa langkah perbaikan terhadap potensi sungai untuk menunjang terlahirkannya prestasi olahraga air ini tidak tersentuh dan mau dimunculkan lagi. Ya.., tentu ini sangatlah mengherankan. Bahkan yang menyedihkan adalah adanya dimunculkan aturan larangan terhadap masyarakat Banjar 'berenang' di sungai yang dulunya menjadi tempat bermain anak anak serta warga kota dengan alasan berbahaya.
Tentu ini memunculkan tanya. Ya..., bagaimana bisa ada muncul kebijakan yang melarang warga Banjar untuk bermain, berenang dan beraktivitas di sungai yang dulunya merupakan 'ruang publik' mereka dan bahkan sungai bagi masyarakat banjar adalah 'jiwa' kehidupan mereka. Masyarakat Banjar secara aspek Budaya dan peradabannya, aspek sosial ekonominya tidaklah pernah lepas dari Sungai.
Hal lain yang juga menghantam kondisi sungai di Kota Banjarmasin ini adalah terkait dengan kondisi airnya yang semakin terancam erupsi 'air laut'.  Kondisi pengaruh dampak efek perubahan iklim seperti mencairnya es di kutub utara yang menyebabkan 'naik'nya permukaan air laut juga berdampak langsung terhadap 'masuk'nya rob air laut mencapai jauh kedalam kawasan hulu/atas sungai.
Apalagi dengan posisi ketinggian muka kota yang berada minus sekitar 18 cm dari muka air laut (data puluhan tahun lalu) tentu semakin memberi pengaruh.  Sehingga puncaknya ini menyebabkan air sungai yang terletak diarea permukiman terbanyak warga kota yang dulunya bisa aman digunakan memenuhi kebutuhan hidup keseharian masyarakat menjadi semakin terancam. Bahkan pengolahan air Baku PDAM pun menjadi terganggu sehingga tatkala musim kemarau membuat bangunan intake untuk mengolah air bakupun menjadi semakin terkejar oleh 'air asin'.  Dan kondisi ini akhirnya membuat produksi air bersih untuk memenuhi kebutuhan minum, mandi dan cuci bagi masyarakat menjadi terkendala, bahkan menjadi macet.
Hal penting yang juga terkait dengan dampak dari kondisi menaiknya muka air laut tersebut menyebabkan posisi Kota Banjarmasin semakin jauh berada dibawah permukaan air laut. Diprediksikan secara kasar saat ini ada kemungkinan  posisi permukaan air laut tersebut sudah berada dikisaran 30 cm. Dan yang sangat merisaukan adalah tatkala sungai-sungai sebagai tempat 'Jalan Air' mengalir sekaligus berfungsi sebagai 'Rumah Air' ternyata banyak yang menyempit, semakin dangkal karena endapan dan bahkan mati karena dampak pembangunan yang tidak ramah lingkungan.
Kondisi endapan dan menyempitnya sungai. Kemudian juga banyaknya anak-anak sungai yang mati. Semuanya  tentu berpengaruh besar terhadap kemampuan untuk menampung dan mengalirkan air. Dan ini bila ini juga dikorelasikan fakta menaiknya muka air laut dalam setiap tahun yang bila diasumsikan berada sekitar 0,5 cm sd 1 cm. Maka dalam 20 tahun kedepan permukaan daratan Kota Banjarmasin akan berada sekitar 50 cm (0,5 meter) dibawah muka air laut.
Tentu bila hal ini terkoneksi dengan hal 'pembiaran' endapan yang semakin menebal sehingga kedalaman sungai menjadi semakin dangkal dan ditambah menyempitnya  lebar sungai. Bisa di pastikan  kondisi ini sangat 'membahayakan' keberadaan Kota Banjarmasin dan bila tidak diatasi sejak dini dan berkesinambungan maka bukan sebuah Keniscayaan Kota 1000 Sungai ini akan berubah menjadi 'KOTA AIR' alias semua kawasan akan tergenang air terutama tatkala musim hujan tiba. Ya..., bila dibiarkan dan tidak dilakukan langkah 'revitalisasi sungai' secara tepat guna dan berkesinambungan maka 'calap' (banjir) besar akan melanda Kota Banjarmasin.
Sungaipun dalam perkembangannya ternyata juga terancam oleh 'buangan' limbah sampah rumah tangga dan bahkan kadangkala juga menjadi tempat buangan limbah Industri.  Kondisi ini semakin mempercepat terjadinya kerusakan terhadap kondisi fisik dan non fisik sungai. Penyempitan sungai, endapan dan kekumuhan, kekotoran dan juga bau telah menjadi 'santapan' keseharian yang terpaksa dinikmati.
Kondisi ini sangat terasa dan terlihat saat air surut, saat air surut inilah maka kita akan bisa saksikan bagaimana sampah plastik berserakan dan menyatu dengan tanah atau lumpur yang terdapat pada permukaan dasar sungai.  Ini tentu sangatlah berbahaya bagi kelangsungan kehidupan binatang, tanaman, biota dan semua ekosistem kehidupan sungai. Bahkan udang-udang dan ikan khas sungai air tawar sekarang sangatlah sulit untuk didapatkan.  Kalau dulu dengan hanya menjala atau 'menangguk' di daerah sela-sela akar pohon yang menjulang masuk ke air di area bantaran sungai saja sudah banyak mendapatkan udang ataupun ikan maka sekarang hal tersebut sangat tidak mungkin lagi untuk di dapatkan.

*       REVITALISASI SUNGAI .

Saat ini Kota Banjarmasin sedang giat dalam mendandani sungai-sungai melalui berbagai kegiatan. Tentu ini sangatlah patut untuk di Apresiasi dan didukung.  Konon dengan ber-lebel program  'revitalisasi sungai' maka pemerintah Kota didukung program pemerintah pusat menggelontorkanlah dana ratusan milyar untuk digunakan dalam menata sungai tersebut. Akan tetapi sayangnya yang dilakukan masih terpusat untuk 'menata' bantaran sungai dengan membangun berbagai infrastruktur serta fasilitas bangunan dikawasan seputar pusat Kota di tepi sungai Martapura. Sisi lain hal revitalisasi sungai dalam arti sebenarnya masih belum tersentuh dan terlaksanakan dengan terpadu, fokus dan komprehensif. Ya.., dengan kata lain yang dilakukan adalah hanya membangun sarana fisik di area bantaran sungai tanpa betul-betul menerapkan konsep revitalisasi sungai secara 'kaffah'.
Menurut 'Kamus Besar Bahasa Indonesia', kata 'Revitalisasi' diartikan sebagai sebuah 'proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali'. Bila ini dikaitkan dengan hal “Revitalisasi Sungai” maka tentu yang akan dihidupkan kembali adalah sungai-sungainya bukan hanya sekedar bantaran sungainya.
Revitalisasi sungai bisa diartikan secara gamblang adalah sebuah tindakan dan  proses, cara atau perbuatan 'menghidupkan' atau menggiatkan kembali keberadaan sungai seperti fungsi awalnya dahulu. Fungsi awal yang terdapat pada sungai berikut ornament-ornamen fisik ataupun non fisik yang melingkupinya dimasa lalu tentu menjadi pertimbangan utama yang akan mewarnai dalam kegiatan 'revitalisasi' sungai tersebut. Sehingga dalam 'revitalisasi' sungai terdapat 2(dua) hal penting yang harus diperhatikan. Dan kedua hal ini umumnya menjadi kegiatan utama yang harus dilakukan dalam melaksanakan kegiatan revitalisasi, pertama revitalisasi terkait hal aspek fisik dan yang kedua revitalisasi terkait aspek non fisik.  Tentu revitalisasi sungai pada kedua hal ini tidaklah bisa dipisahkan tapi haruslah dilakukan secara ber-iringan dan saling menunjang.
Revitalisasi sungai merupakan sebuah upaya untuk mem'vital'kan kembali kawasan sungai yang dulunya pernah ada dan menjadi 'penyangga utama' dalam pemenuhan kehidupan ataupun aktivitas masyarakat kawasan sungai tersebut.  Kondisi sungai yang fisiknya terganggu atau berubah menjadi rusak inilah yang perlu untuk dilakukan revitalisasi melalui proses perbaikan. Perbaikan untuk mengembalikan ke fungsi awalnya sehingga akhirnya sungai yang di revitalisasi ini dapat kembali seperti kondisi dahulu dan mampu menampung ataupun memenuhi segala aktivitas kehidupan yang di inginkan oleh pengguna/masyarakat sungai ataupun pemakai sungai tersebut. Dan dengan revitalisasi ini di yakini akan dapat menghidupkan kembali dan bahkan meningkatkan kondisi fisik ataupun kondisi non fisik yang terdapat pada sungai-sungai di kota ini. Ya.., sungai akan semakin mampu memfungsikan dan memproduktifkan dirinya dalam mengelola limpahan air, kondisi kebersihan air serta mampu untuk menampung kebutuhan siklus ekosistem flora fauna yang tergantung dengannya.
Dalam hal 'Revitalisasi Sungai' secara sederhana dasarnya minimal ada 2(dua) kegiatan penting yang bisa dilakukan. Pertama melakukan hal 'NORMALISASI' atau dikatakan juga dengan memfungsikan dan menghidupkan kembali peran sungai seperti awalnya dulu, baik dari sisi fisik ataupun non fisik. Sedangkan yang kedua melakukan kegiatan 'OPTIMALISASI' dengan memfungsikan dan menghidupkan sungai melalui langkah meningkatkan/mentransformasikan atau menyesuaikan kondisi sungai dengan kondisi perkembangan zaman dan kebutuhan yang diperlukan saat ini tanpa mengurangi dan mengabaikan 'eksistensi' masa lalu sungai tersebut. Akan tetapi kegiatan normalisasi dan optimalisasi dalam hal revitalisasi sungai bisa dikerjakan secara bersamaan. Dan ini tergantung dengan kondisi serta karakteristik dari sungai dan kawasan sekitarnya yang akan di revitalisasi. Tentu hal faktor fisik dan non fisik yang melingkupi hal kawasan sungai tersebut haruslah terlebih dahulu di inventarisir dan di identifikasi untuk kemudian dipilih langkah revitalisasi yang manakah yang paling tepat guna.
Sisi lain bila kita bicara revitalisasi sungai ditinjau dari aspek fisik dan non fisik maka umumnya minimal ada 3(tiga) faktor utama yang harus dilakukan pendalaman, investigasi dan identifikasi. PERTAMA ; pengendalian dan penangganan terhadap sumber daya yang terdapat pada kawasan sungai tersebut terutama yang terkait dengan hubungan aspek 'Pelestarian'  dan  aspek  'Kearifan Lokal' yang dimiliki dan dibanggakan oleh masyarakat setempat.  KEDUA ; pencarian dan pengendalian terhadap berbagai sumber daya potensial yang bisa digunakan sebagai  'Katalisator' dalam  usaha  'Revitalisasi Sungai', dan terakhir atau KETIGA ; sumber  daya  potensial  pada  sungai  dan   kawasannya  tersebut  telah ditentukan dan dipilih oleh masyarakat setempat dan mendapat  'dukungan penuh' dari Pemerintah untuk di 'Vital'kan  kembali.
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan revitalisasi sungai. Revitalisasi bukanlah bertujuan untuk sekedar 'mempercantik' sungai, apalagi bila hanya mempercantik atau memoles bantaran sungai. Revitalisasi juga bukan untuk mengawetkan atau melestarikan sejarah. Tapi lebih diutamakan untuk menjadi alat mentransformasikan sungai agar bisa berfungsi seperti kondisi sebelumnya dengan tujuan memberikan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya agar lebih baik. Lebih baik dari sisi fisik ataupun sisi non fisiknya yang bisa tercapai dengan melakukan proses penerapan program-program yang berkelanjutan, kreatif, menarik disertai mengembangkan program partisipasi yang terkorelasi pada aspek ekonomi, sosial dan budaya.
Revitalisasi sungai juga bisa dikaitkan dengan bagian dari upaya pelestarian yang berkesinambungan. Kesinambungan dalam menerima perubahan atau pembangunan yang terjadi. Akan tetapi perubahan atau pembangunan tersebut tetap dalam tujuan memelihara dan menjaga identitas, ciri khas, kearifan lokal dan sumber daya lingkungan yang terdapat pada sungai dan kawasannya tersebut. Dan bahkan bila memungkinkan bisa juga dilakukan melalui pengembangan beberapa aspek 'ornamen-ornamen' sungai dalam rangka memenuhi kebutuhan modern dan untuk meningkatkan kualitas sungai dan kualitas kehidupan ekosistem kawasan tersebut agar menjadi lebih baik.
Perubahan yang terjadi juga tidak boleh secara drastis tapi diarahkan dan diprogram secara alami dan teruji dengan tepat guna.  Dan ini umumnya bisa dilakukan dengan menerapkan 'manajemen perubahan dan manajemen resiko' disaat sebelum dan disaat pelaksanaan dilakukan.
Revitalisasi sungai juga merupakan sebuah bagian dari upaya untuk menciptakan 'pusaka' budaya masa depan. Dalam hal ini bisa juga diartikan memvitalkan atau menghidupkan kembali sungai dengan potensi dan sumber daya masa lalu yang di milikinya tersebut agar bisa dinikmati, dirasakan dan diketahui oleh masyarakat masa kini adalah dasarnya merupakan menciptakan pusaka budaya masa depan yang bisa berkisah tentang kebahariannya untuk diketahui oleh generasi masyarakat nanti.
Inti utama kegiatan revitalisasi sungai yang menghidupkan kembali asset-aset atau ornament-ornamen potensial yang dimiliki sungai tentu diwujudkan tidak hanya sebatas faktor fisik seperti hal infrastruktur, pemugaran, penataan ataupun pengembangan bangunan-bangunan, ataupun hal penyediaan dukungan utilitas. Tapi juga membuat perencanaan aktivitas baru yang kreatif, inovatif, tepatguna, tepat sasaran lengkap dengan penyiapan mekanisme atau manajemen pengelolaan dan pemeliharaannya.
Dalam hal kegiatan revitalisasi sungai perlu juga kehati hatian dan ketepatan dalam membuat program pelaksanaan tahapan kegiatan. Identifikasi dan inventarisier berbagai aspek sangatlah penting dan mendasar. Kalau tidak tepat maka yang terjadi bisa saja bukan revitalisasi tapi devitalisasi.
Dimana dalam hal ini tujuan utama revitalisasi sungai yang jiwanya adalah terciptanya 'harmonisasi' antara kehidupan sungai dengan kehidupan manusia, juga dengan kelangsungan kehidupan flora fauna ataupun biota khas sungai. Ya.., hal 'simbioses mutualisme' antara ornament-ornamen sungai tersebut tidak terjadi dan kemudian menjadi 'rusak'  dengan terganggunya ekosistem di sungai tersebut maka ini bisa dinyatakan bahwa revitalisasi telah gagal. Dan walaupun keindahan fisik berdiri serta terbangun dengan megah tapi ini hanyalah sekedar keindahan yang semu yang di ibaratkan oleh para ahli sebagai 'puing-puing keindahan yang tidak bernafas'.  Aktivitas denyut kehidupan fisik dan non fisik sungai seperti masa lalunya yang diharapkan muncul ternyata 'pupus' dengan selesainya project revitalisasi yang hanya terfokus pada penyelesaian hal keindahan fisik semata.
Hal penting lain, bahwa revitalisasi sungai bukanlah hanya sekedar perbaikan, penataan ataupun pembangunan terkait fisik saja. Revitalisasi sungai merupakan penggabungan antara penghidupan kembali 'jiwa dan raga' dari sungai berikut ornamen-ornamen yang terkait dengannya. Dan ini hanya bisa dilakukan melalui program berkesinambungan/berkelanjutan yang dilakukan secara tahap demi tahap dan tidak bisa secara instant. Revitalisasi dilakukan melalui tahap jangka pendek dengan program kerja yang urgenitasnya sangat penting, kemudian dilanjutkan dengan rencana jangka menengah dan panjang yang merupakan program kelanjutan dari program jangka pendek yang telah sukses tercapai.  Revitalisasi sungai dari sisi non fisik, untuk langkah pertama bisa dicontohkan dengan upaya membangun dan menggalang atau membangkitkan kekuatan masyarakat lokal sekitar sungai dalam meningkatkan kepedulian, partisipasi dan rasa memiliki terhadap potensi sumberdaya yang terdapat ataupun terkait dengan sungai.  Dan tahap keberhasilan revitalisasi sungai berikutnya adalah bila telah termunculkannya aktivitas kehidupan masyarakat yang semakin sadar tentang pentingnya keberadaan  lingkungan sungai yang sehat.  Dan merekapun mampu mengelola potensi sungai sebagai sebuah sumber daya yang mampu memberikan manfaat dari sisi sosial budaya dan juga terutama peningkatan ekonomi bagi masyarakatnya.  Sungai telah menjadi bagian penting dalam peningkatan penghasilan masyarakat.
Tentu saja dalam mencapai hal tersebut diperlukan sebuah ide, pemikiran dan pola kerja yang komprehensif, terpadu dan berkesinambungan. Bahkan 'bisnisplan' atau tepatnya 'roadmap' revitalisasi sungai' melalui luncuran program pengembangan kawasan sungaipun mesti tersusun dengan baik dan tepat guna. Mengembangkan kemitraan, menawarkan investasi 'pusaka alam dan budaya' dengan tujuan untuk menjadikan image atau citra kawasan Kota sungai yang terjaga, terpelihara dan bahkan tumbuh berkembang sepanjang masa menjadi sebuah  'asa'  besar yang mesti tercapai.


*     KESIMPULAN .

Dari penjelasan terdahulu maka tentu akhirnya kita dapat menangkap esensi utama dari hal kegiatan 'revitalisasi sungai'. Intinya adalah bagaimana hal aspek 'vital' yang dimiliki oleh sungai-sungai di Kota Banjarmasin ini bisa untuk dihidupkan kembali dan berfungsi seperti kondisi kebahariannnya. Dan dalam menghidupkan tentu tidaklah hanya dari segi fisik atau raga saja. Tapi juga yang paling penting adalah menghidupkan hal non fisiknya atau 'jiwa' dari sungai-sungai di Kota Banjarmasin ini.
Bila kita mencoba untuk sekilas menguak hal vital apa yang dimiliki sungai-sungai di Kota Banjarmasin untuk kembali dihidupkan maka salah satunya adalah bagaimana cara atau proses yang mesti dilakukan untuk mengatasi persoalan kondisi fungsi fisik sungai-sungai di Kota ini.  Revitalisasi sungai dari sisi kondisi air yg semakin bermasalah karena erupsi air laut yang semakin mengejar kehulu sungai ataupun akibat dari kondisi kemarau panjang yang sekarang sering melanda tentu patutlah untuk diatasi.   Saat ini kondisi air sungai bila digunakan sebagai 'sumber air baku' untuk diolah menjadi air bersih adalah sebuah 'persoalan besar' yang harus teratasi dalam kegiatan 'revitalisasi' ini. Kemudian juga hal 'endapan' serta penyempitan sungai bahkan kondisi sungai yang banyak mati atau tergusur oleh bangunan sehingga berdampak sulitnya untuk menyalurkan buangan air tatkala musim hujan melanda Kota.  Dan disamping itu juga memberikan dampak semakin mengurangi daya tampung air pada sungai-sungai tersebut sehingga turut memperpanjang jangkauan erupsi air laut/asin tentu juga menjadi masalah yang termasuk dalam obyek cakupan kerja 'revitalisasi sungai'. Ya.., bagaimana memfungsikan kembali sungai sebagai jalan air limbah hujan agar lancar mengalir sehingga tidak tersedat dan tertampung di area rendah di kawasan permukiman yang saat ini terjadi juga merupakan persoalan yg harus diatasi melalui hal revitalisasi.
Bila kita mencermati secara jujur dan indefenden maka sejatinya ada hal yang terasa memprihatinkan yang dalam kurun puluhan tahun ini terjadi dalam kaitannya dengan hal penangganan sungai-sungai di Kota ini. Kata revitalisasi dan normalisasi sungai tidaklah dipahami dan dimengerti secara tepat guna. Hal normalisasi ataupun revitalisasi sungai ternyata hanya di fungsikan untuk memperkuat alibi bahwa menata dan menyiring bantaran sungai Martapura di sepanjang kawasan TENDEAN, kawasan Sungai Baru, kawasan muara sungai Kelayan dan bahkan sampai ke kawasan RK ILIR.  Kemudian bantaran sungai kawasan sepanjang Jalan SUDIRMAN sampai menuju bantaran sungai belakang ke kawasan Pasar Ujung Murung, belakang pasar sudimampir baru, dan direncanakan juga disepanjang bantaran sungai dipasar lima dan harum manis, dan tidak lupa dikawasan pasar lama, kawasan kampung sasirangan semuanya direncanakan akan dibangun dengan siring berkonstruksi beton. Dan sebagai contoh bila kita saksikan saat ini yang terjadi maka bagaimana sepanjang bantaran sungai martapura di jalan tendean telahlah dipenuhi dengan 'hamparan halaman beton' lengkap dan 'bukit beton' sebagai pemisah antara tanah dan sungai.  Dan ini bila ini kita kaitkan dengan kondisi fisik dan non fisik kehidupan sungai dahulu dikawasan tersebut maka kita pasti nyatakan bahwa kondisi yang ada saat ini telah jauh berubah dari kondisi awalnya dahulu. Dan  bila ini kita kaitkan dengan hal ekologi kawasan,  hal kelangsungan ekosistem kehidupan flora dan fauna khas sungai, budaya dan aktivitas masyarakat banjar di sungai maka yang terjadi saat ini adalah sangat kontra produktif dan bahkan inilah yang dikatakan sebagai  DEVITALISASI SUNGAI.
Tentu saja langkah pembangunan ini sangatlah tidak benar dan tepat bila dikaitkan dengan filosofi hal 'revitalisasi sungai' ataupun hal 'normalisasi sungai'.  Revitalisasi sungai inti utamanya adalah sebuah proses atau tindakan untuk 'menghidupkan, memfungsikan, membangkitkan, mengoptimalkan, mengembalikan' kebaharian kondisi daripada sungai-sungai tersebut sehingga bisa menjadi kembali 'hidup', kembali menjadi 'vital', dan menjadi pusaka budaya masa depan yang lestari dan terjaga baik fisik ataupun non fisik.
Sisi lain tindakan pembangunan atau penataan bantaran sungai berikut pembangunan berbagai inrastruktur seperti siring, dermaga, bangunan menara pandang, patung bekantan, gedung omnu, dan bangunan lainnya yang berkonstruksi beton tersebut.  Termasuk hal pembebasan lahan-lahan di bantaran sungai yang sejak dahulunya di penuhi dengan bangunan-bangunan  khas tepi sungai berikut kehidupan masyarakat yang berada ditepian sungai yang telah digusur tersebut.  Maka kalau kita kaitkan dengan hal aspek REVITALISASI SUNGAI bisalah kita katakan yang digaraf pembangunannya dengan memakan biaya ratusan milyar rupiah ini adalah telah SALAH SASARAN dan TIDAK TEPAT GUNA. Karena sangat jauh menyimpang dan yang dilakukan saat ini dasarnya adalah DEVITALISASI BANTARAN SUNGAI, sebuah kegiatan revitalisasi bantaran sungai (bukan sungai) yang hanya ber-orientasi  pada penyelesaian keindahan fisik semata.
Revitalisasi sungai di Kota Banjarmasin ini seharusnya adalah fokus kearah aspek fisik dan non fisik sungai bukanlah ke arah bantaran sungai. Permasalahan permasalahan kondisi fisik sungai yang ada di kota ini seperti hal menyempitnya lebar sungai, pendangkalan akibat endapan, masuknya erupsi air laut / asin yang semakin menjadi jadi, matinya sungai sungai kecil, kurangnya dan bahkan hilangnya flora dan fauna sungai serta banyaknya enceng gondok dan sampah-sampah disungai. Kondisi sulitnya PDAM mencari air baku untuk diolah padahal air disungai sangat berlimpah apalagi tatkala musim hujan.
Fakta kondisi sungai inilah yang semestinya segera dilakukan tindakan revitalisasi. Revitalisasi sungai melalui cara antara lain seperti melebarkan sungai yang menyempit, mengeruk endapan dan memperdalam sungai dan bahkan mejadikan sebagian kawasan sungai sebagai tempat untuk menampung air, semisal membuat danau-danau atau embung buatan dengan cara mengeruk dan memperlebar sungai-sungai pada titik-titik tertentu yang bisa difungsikan untuk menjadi 'bank air'.  Kemudian mencegah masuknya air laut melalui sungai-sungai dengan tujuan agar tidak semakin mempersulit pencarian dan penyimpanan air baku untuk di olah oleh PDAM menjadi air bersih adalah hal yang penting dan mendesak dilakukan.  Dan tentu yang juga perlu dipikirkan adalah hal persoalan kecalapan (banjir) yang kerap melanda ketika musim hujan tiba. Kecalapan dan tergenangnya beberapa kawasan adalah juga erat terkait dengan banyaknya anak sungai yang dulunya berfungsi sebagai jalan air menuju sungai besar atau menuju area resapan air yang telah semakin hilang.  Sehingga revitalisasi juga perlu untuk turut membantu hal persoalan ini.
Akhirnya bila kita semua mau memahami dan sepakat maka intinya kegiatan 'Revitalisasi Sungai' adalah sebuah kegiatan yang harus dilakukan secara Komprehensif, berkesinambungan, fokus sasaran dan tepat guna. Tentu dengan tujuan utama adalah menghidupkan dan memvitalkan kembali fungsi sungai seperti kondisi masa lalunya disertai dengan peningkatan terhadap aspek kepentingan dan manfaat dari segi ekonomi, sosial dan budaya dengan tetap mempertahankan kearifan lokal yang melingkupi  sungai  berikut 'ornamen-ornamen' yang dikandungnya tersebut.
(Subhan  Syarief - Revitalisasi  Sungai - 8 November 2015).

Manaqib KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin

  Manaqib Syekh KH. Basyirun Ali, Pendiri Pondok Pesantren Nurul Jannah Banjarmasin Penulis Arif Riduan, S.Sos.I Alumni ponpes Nurul Janna...