Selasa, 23 September 2014

Iblis Menggugat Tuhan ' The Madness Of God



Judul Buku                           : Iblis Menggugat Tuhan ‘ The Madness Of God
Pengarang                                : Da’ud Ibn Tamam Ibn Ibrahim Al-Shawni[1]
Penerjemah                           : Bima Sudiarto & Elka Ferani
Hak Cipta                                : Dastan Books (Terjemahan Indonesia) 2013


Arif Riduan, S.Sos.I [2]

            Menurut penulis: penolakan iblis, yang menjadi sebab keterkutukannya, bukan karena latar belakang iblis diciptakan dari api, sementara Adam hanya diciptakan dari tanah, sebagaimana penafsiran konvensional. Namun justru karena eksistensi Adam adalah pencerminan dosa-dosa iblis. Iblis mengaku penolakannya terhadap Adam menjadi perintah Tuhan atas kecintaan dan ketaatan iblis kepada Tuhan. Jadi, mana mungkin iblis mau bersujud kepada adam dan menolak perintah Tuhan.
            Dalam buku ini, barangkali kita tak cukup kalau sekedar menikmati. Pembaca perlu pemahaman yang intens, penafsiran kritis. Dalam membaca novel ini adalah perlu adanya kehati-hatian yang ekstra, dikarenakan novel ini bagaikan pedang yang mempunyai dua mata. Di satu sisi, novel ini dapat meningkatkan keimanan dan pengetahuan kita. Namun di sisi lain, novel ini juga dapat menggoyahkan keimanan dan menjerumuskan kita akan pemikiran bahwa dunia ini hampa, dunia ini hanyalah permainan-Nya untuk menghibur diri-Nya atau bahkan sebuah bentuk kegilaan-Nya. Karena itu penulis memberinya judul “The madness of God”
            Berangkat dari pertemuan antara Buhairah dan Muhammad, penulis memulai kisahnya. Tokoh Buhairah yang digambarkan sedang mengalami skeptisisme personal terhadap keesaan Tuhan diajak Rasulullah. Dia dibawa ke sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian, yang hanya diterangi kerlip dan redupnya bintang.
            Sebelumnya ia adalah seorang pendeta yang menarik diri dari gereja dan memutuskan hidup menyepi untuk menghadapi kegelisahan yang dia alami tentang ke esaan Tuhan yang di pertanyakan oleh kaum Marcionites, sehingga menjadi pertanyaan baginya. Dalam kesendiriannya, dia banyak membaca dan mengkaji buku-buku klasik tentang Kristen. Namun upaya itu tak berhasil menghilangkan “kegelisahan” teologisnya.
            Suatu saat, di dalam satu buku, Buhairah menemukan sebuah ramalan. Tentang tanda kenabian yang akan dilihatnya pada punggung anak kecil, yakni di punggung Muhamad Saw, yang kelak diangkat menjadi Rasul.Setelah menunggu beberapa tahun, akhirnya saat yang dinanti-nanti telah tiba. dia bertemu dengan Muhammad Saw dan dapat dengan jelas melihat tanda-tanda kenabiannya
            Sang pendeta pun mengeluhkan ihwal keragu-raguannya mengenai kegelisahannya tentang keesaan Tuhan selama ini. beberapa penggalan kata-kata bijak menghiasi jawaban yang diberikan Muhammad Saw kepada pendeta buhaira. salah satu diantaranya, “ketahuilah, sesungguhnya keesaan tuhan itu tersembunyi dari menara logikamu. singkirkan keraguanmu. pengetahuan tentang keesaan tuhan sungguh berbahaya. dan yang mencari mudah sekali tersesat.”
            Suasana malam yang hening, Muhammad Saw membawa Buhairah ke sebuah tempat yang tak jauh dari tempat tingganya. Mereka berhenti di sebuah telaga yang rasanya manis. Di tempat itu terlihat seorang darwis yang memakai jubah rombeng dan menutup wajahnya dengan tangan sambil menangis. dari bibir sang darwis terdengar aluanan kata-kata: “ Di dalam taman cintaNya, ia menabur benih kepedihan. Merawatnya dengan garam dan air asin, demi mencintai yang Esa ini. Dengan cinta yang dapat Dia terima, kosongkan benakmu dari selainNya. Campakkan cintamu pada selain-Nya. Lalu cinta-diri, lalu semua harapan,semua mimpi. Terakhir, campakkan pula cintamu padaNya, Karena dalam kehadiranNya tak pernah ada ruang tersisa bagimu”.
            Ketika Buhairah mendekat ke arahnya, si darwis segera bangkit dengan sayang hitam yang mengembang dari punggungnya, maka tampaklah wajag seorang Iblis. Buhairah jatuh terjerembab dan mengutuk nama Iblis. Iblis pun tertawa mendengarnya, lalu berkata, “Wahai tukang intip yang ceroboh, kenapa kau kunjungi aku hanya untuk mengutukku dan memohon perlindungan-Nya? Padahal bukan aku yang mendatangimu. Aku bahkan tak pernah mengganggumu, wahai Buhariah. Engkaulah yang menggangguku, dan kini engkau mengutukku karenanya?  yang benar saja!” Buhariah berkata, “Aku mengutuk ‘ia yang terkutuk,  tak peduli apa situasinya.”
            Iblis tersenyum lalu berkata, “Kau mengutukku? Sadarkah kau, bahwa kau tengah mengutuk ‘ia yang telah dilaknat karena kutukannya’? Aku mengutuk Adam, dan karenanya aku diusir dari surga. Mestinya kau lebih berhati-hati dalam mengutuk; atau memang kau tak ada bedanya dengan Adam yang juga diusir dari surga? Adam dan aku telah dikutuk oleh Allah. Jadi, buat apa aku harus takut pada kutukan Buhariah?”
            Kening Iblis berkerut saat Buhairah berkata, “ Kau dikhianati oleh kesombonganmu sendiri, sedangkan adalah di usir dari surga karena hasutanmu dan dia menyesal kepada Allah”, Iblis pun menjawab “Kau bilang Adam berdosa gara-gara hasutanku? Kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? Adam saja tidak pernah berbicara sekasar itu padaku, tidak pula menyalahkanku, walaupun aku telah menggiringnya ke kehancuran. Tapi ia tak akan pernah melupakan perannya dalam kehancuranku. Aku bersekongkol melawan Adam hanya setelah Allah mengusirku dari surga karena dia. Sekarang, dengan naifnya kau berani menghinaku dan meninggikan derajatnya (Adam) dengan omong kosong bahwa, ‘Hatinya penuh kepedihan dalam penyesalan.’
            Aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun! Tak ada tempat tersisa di langit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya. Sama sekali tak pantas bagimu untuk memandang sesama pemuja Allah dengan kebencian. Ibadahmu, walau dikalikan seribu kali umurmu, tak lebih dari setetes air di lautan dibanding cintaku pada-Nya. Apa hakmu menantangku yang masih terhitung malaikat Allah ini, meludahiku dengan fitnah bahwa aku membangkang kepada-Nya? Jangan berani-berani mengaku pada Tuhanmu bahwa, ‘Aku lebih baik daripada dia! “.
            Buhairah pun menyuruh Iblis untuk segera bertobat. Iblis pun menjawab “Bagaimana mungkin aku memohon ampun lantaran mematuhi keinginan Allah? Aku tak mungkin menyembah siapa pun selain Allah, karena itulah perintah yang sesungguhnya. Pembuangan ini adalah ujian-Nya, untuk melihat apakah aku akan melanggar sumpahku dan memuja seorang berhala. Lihatlah di balik jubah kemurkaan-Nya, dan temukan bentuk sejati dari cinta-Nya. Lihatlah di balik gunung kutukan-Nya, dan selami permata kasih sayang dan ampunan-Nya. Jangan melihat wujudku semata-mata sebagai hukuman-Nya. Di balik setiap bejana yang retak, pasti dia sisipkan anggur yang manis. Cintaku pada-Nya tak pernah luntur sejak aku berdiri di hadapan-Nya. Kau sendiri, kapan kau pernah bersama-Nya? Sekali saja kau pandng matahari, sengatan cahayanya akan menyakitimu. Bahkan saat kau tutup lagi matamu, masih saja kau rasakan sengatan yang membakar, apalagi saat terik. Sedangkan aku, dalam keadaan buta pun masih kulihat wajahnya! Jangan hanya menilai fisik. Saat kutatap Adam, yang kulihat pun hanya tanah lempung. Jika aku memang tak lebih dari sekedar wujud yang buruk, maka kau sendiri tak lebih berarti daripada debu. Jangan tertipu oleh penampilan lahir segala sesuatu. Mengabaikan kesejatian batin bisa membahayakan mereka yang ingin memahami makna keesaan ilahiah.”
            Iblis pun bercerita tentang Raja Mahmud; Konon Raja Mahmud selama memerintah dikelilingi oleh para penjilat dan penghasut. Setiap senyum yang ia temui rasanya menyimpan kebencian. Ia tak bisa memercayai siapa pun di istana, kecuali sang putra mahkota yang ia cintai lebih dari hidupnya sendiri. Pemuda inipun bisa mencium bahaya di istana, dan pada suatu hari berkata pada ayahnya, ‘Ayahanda, mari kita pura-pura bertengkar dan kita tunjukkan pertengkaran kita terang-terangan. Pada saat itu, mereka yang diam-diam membenci dan ingin menghancurkanmu pasti akan segera menarikku dalam rencana mereka.’
            Sang ayah awalnya merasa ragu, melihat betapa bahayanya hal ini bagi si anak. Tapi si anak bersikeras dan akhirnya sang Raja menyetujui. Di hadapan banyak pejabat istana, sang Raja dan putranya mulai bertengkar dan saling berteriak. Tapi tak ada seorang pun yang mendekati putranya karena ia dikenal amat mencintai ayahnya. Putra mahkota berkata, ‘Ayahanda, penjarakanlah aku agar para penghasut berpikir bahwa pertengkaran kita memang sungguhan. Barangkali saja pada saat itu mereka akan membuka kedok mereka padaku.’
            Lagi-lagi Mahmud ragu, karena ia jelas tak ingin melihat anaknya dipenjara. Tapi sekali lagi sia anak berkeras dan sang Raja akhirnya luluh. Setelah beberapa bulan mendekam di penjara, si anak mengirimkan sepucuk surat rahasia padanya. ‘Ayahanda, tak ada yang percaya kalau pertengkaran kita sungguhan. Jatuhkanlah hukuman yang mengerikan buatku agar mereka lebih yakin. Suruh para prajurit Ayah untuk mencambuk dan menghukum mati diriku. Dengan begini, para pembenci Ayah pasti akan segera membelaku.’ Ketika Raja menerima pesan tersebut ia memekik ngeri. ‘Bagaimana mungkin kulakukan hal ini?’
            Beberapa bulan berlalu, si anak tetap merana di penjara sementara sang Raja masih ragu untuk menjatuhkan hukuman. Akhirnya si anak mengirim pesan lagi pada Mahmud, ‘Jika Ayahanda tak segera memerintahkan agar aku dihukum cmbuk, maka sia-sialah penderitaaanku selama ini. Segera jatuhkan hukuman. Jangan sampai kelembekan hati Ayah terhadapku malah jadi penghalang.’
            Sekali lagi sang ayah terpaksa menuruti kemauan anaknya dan menjatuhkan hukuman. Segera saja para pembenci sang Raja bergabung membela putra mahkota. Setelah bebas, sang putra mahkota mengumumkan pemberontakan secara terbuka; ia berjanji untuk menggantikan posisi ayahnya.
            Rakyat tentu saja mengutuk habis-habisan si anak; tapi seluruh musuh sang Raja – baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi dengan bersemangat menjilat si anak. Sementara itu, si anak juga tak putusnya mengirimkan pesan rahasia dan membeberkan segalanya pada sang Raja. Dengan demikian, sia anak berhasil melindungi ayahnya, sekaligus merontokkan kekuatan oposisi. Rakyat yang mencintai Mahmud dengan segera membenci si anak, tanpa sama sekali mengetahui duduk perkara sebenarnya.”
Iblis berkata lagi, “Jadi, aku sebenarnya melakukan apa yang Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi? Tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri; jika kuturuti keinginanku, sudah pasti akan kujaga kedekatanku dengan-Nya dari melakukan kesalahan konyol semacam itu, tak peduli berapapun harganya. Istana-Nya penuh dengan para penjilat yang mencintai-Nya karena takut. Allah telah memberiku kuasa atas dunia demi menyingkap kuasa-Nya yang agung. Kekuasaanku tentu saja tersamar; karena semua adalah milik-Nya. Tetapi melalui aku, Dia meninggikan dan memuliakan diri-Nya. Dengan berperang melawanku, sekalian makhluk-Nya akan menjadi lebih tangguh dan terbukti keimanannya.
            Jangan tuding aku sebagai sumber penderitaan manusia. Justru manusialah yang merupakan sumber malapetaka bagiku. Karena Adam-lah aku dikutuk. Karena dosa-dosanya, aku juga dibuang. Sementara tuduhanku kepadanya, semuanya nyata. Hanya karena tak rela sujud di atas debu untuk memuja anak debu (Adam), aku dilaknat. Kau tahu, di surga, Kekasihku tega mencelakaiku karena aku tak sanggup meninggalkan-Nya. Bahkan para malaikat berkata, ‘Iblis adalah yang pertama kali tunduk kepada Allah, karena tiada yang lebih mencintai Allah daripada dia.’ Tapi Dia memerintahkan perpisahan kami agar umat manusia berkesempatan menyelami keesaan-Nya. Dia umumkan ketidak-patuhanku agar manusia memahami kekuasaan-Nya. Saat dia memerintahkanku untuk sujud di hadapan Adam, diam-diam Dia berbisik di dalam dadaku, Pergilah, dan ingatkan mereka tentang Aku!’ Dia sendirilah yang memilihku untuk memberontak; bukan aku. Kutetapkan hatiku sampai detik ini. Aku diciptakan untuk menyembah-Nya. Sama sekali tak ada pilihan buatku dalam hal ini. Katakan padaku, di manakah di antara kekuasaan-Nya yang agung, pilihan itu pernah Dia bebaskan bagiku?”
            Iblis pun terus memaparkan argumen-argumennya tentang keberadaan dan tugasnya yang hakiki, bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dia hanya menjalankan apa yang sudah diperintahkan-Nya. Iblis menjelaskan tentang keterkutukannya yang berawal dari kecintaannya kepada Tuhan seakan-akan Iblis tak perduli dengan apa yang menjadi keterkutukannya, dia menyangkal semua ini adalah perintah Tuhan dengan berpura-pura memberontakNya. Dia berkata “ Dialah dalang sejati, Kita ini apa ? tak lebih dari sekedar wayang di atas panggung milikNya”.
            Sampai kepada perkataan Buhairah “ Tuhan menciptakan Adam dalam keagungan-Nya. Dengan meniupkan roh ke dalam tubuh Adam, Dia mengujimu dengan perintah bersujud kepada Adam, namun kau menolaknya dan berkata ‘tidak kepada siapapun selain Engkau’. Kau berlagak patuh dn setia dalam pembangkanganmu. Saat kau melihat Adam, kau tak mampu melihat Tuhanmu”.
            Sambungnya, “ jika memang mencintai Tuhan sedemikian yang kau katakan, kenpa kau tak bisa mempercayai-Nya barang sedikit?, kau mengaku mampu memahami kehendak Tuhan yang tersembunyi, tapi melihat Tuhan melalui makhlukNya saja tidak bisa !. Tuhan tidak memintamu untuk tunduk kepada Adam semata, tapi melalui Dia berniat menyimbak makna keesaan Tuhan. Tapi gara-gara kesombonganmu dan kebodohanmu, belum sempat kau mengerti keesaan-Nya.
            Pada akhirnya perbebatan itu usai dan meninggalkan Iblis, Muhammad Saw menjelaskan kepada Buhairah “ dosa kesombongan tidak serta merta menghalangi Iblis dari hadiratNya. Masalahnya adalah, Iblis menyalahkan Allah atas kesombongan itu”. Buhairahpun mengerti mengapa Muhammad Saw mengajaknya bertemu Iblis, yakni untuk menjawab keraguaannya selama ini atas kebenaran keesaan Tuhan.
                Kita mesti berpikir dan merenungkan apa yang Al-Shawni tuliskan kata demi kata. Kemungkinan kecerdasan cara memaparkan pendapat yang sulit dalam pandangan masyarakat awam, terasa lebih mudah dan pembaca akan terbuai dengan alur cerita yang mengagumkan. Bahkan ceritanya membuat para pembaca terus menemukan hal-hal yang mencengangkan. Namun hal-hal tersebut bila diterima dengan pemahaman jabariyah, pasti akan segera menemukan hanya kegilaan yang memang ditawarkan sebagai judul tersebut sekaligus megerikan bagi dia. Di pihak lain akan terdapat rasa dan pemikiran kagum dapat mengungkapkan secara rasional apa yang menjadi teka-teki penciptaan Iblis ini berdasarkan pemahaman qadariyah.
           
Wallāhu A’lam bi murādih.

           



                [1] Da’ud bin Tamam bin Ibrahim al-Shawni, juga dikenal sebagai Da’ud bin Ibrahim al-Shawni atau cukup Shawni saja adalah seorang penulis dan pengarang yang tertarik pda masalah agama dan literatur filosofis. menurut berbagai sumber ia lahir antara tahun 1963 dan tahun 1969, identitasnya sendiri tidak jelas, satu-satunya petunjukada pada Shawni Biografi, yang menjelaskan identitas sebenarnya. Bila dilihat dari nama depannya mencirikan asalnya dari Arab namun Shawni juga mencerminkan sebuah kota di utara Mesir. naskah aslinya yang berbahasa Inggris menunjukkan ia memiliki latar belakang pendidikan di Barat tetapi seluruh karyanya mencerminkan bahwa ia seorang muslim meskipun kadang merujuk pada sumber-sumber kristen, yahudi, hindu dan buddha.
                [2] Penulis resensi yang disajikan pada diskusi mingguan Forum Komunikasi Pemuda Antar Iman (FKPAI) di Kantor LK3 Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Teater : Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! ( karya Arif Riduan)

Ospek Mahasiswa Baru, Bubar ! Karya : Arif Riduan Suasana panggung : Taman Kampus atau halaman kampus tempat ospek, ada bak sampah, kursi ta...